Malam sudah larut. Setelah Karina memindahkan isi tasnya ke dalam lemari yang isinya sudah dikosongkan oleh Bisma dan dipindahkan ke dalam lemari lain di kamar itu, Karina beranjak tidur.
Direbahkannya tubuhnya di atas ranjang. Menutup tubuhnya dengan selimut berwarna putih yang tebal. Seketika, aroma khas Bisma tercium di hidung nya. Rona merah tiba-tiba menyebar di pipi Karina. Harum yang sepertinya akan mulai familiar untuknya.
Ketika memejamkan matanya, bayangan-bayangan kejadian panas itu masuk ke dalam pikirannya. Sontak saja Karina membuka kembali matanya.
“Huh! Kenapa aku tiba-tiba memikirkannya lagi!” dengan kasar Karina memukulkan tangannya di atas ranjang sebelum menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya hingga wajahnya.
Setelah berguling-guling cukup lama, akhirnya Karina tertidur dengan pulas.
Pagi-pagi sekali Karina sudah ada di kamar mandi. Ia sudah berdiri di depan wastafel . Menunduk kan kepalanya selama lima belas menit. Selama itu ia sudah mengeluarkan isi perutnya hingga membuatnya lemas tidak bertenaga.
Setelah mendapatkan tenaganya kembali, Karina berjalan perlahan keluar dari kamar. Rambut Karina yang berantakan ia rapikan menggunakan jepit rambut sebelum keluar kamar. Perutnya terasa tidak nyaman. Ia ingin membuat teh jahe hangat untuk meredakan nya.
Saat Karina keluar dari kamar, ia mencium aroma harum yang membuat perutnya yang kosong semakin keroncongan. Ia segera berjalan ke arah dapur.
”Nona sudah bangun? Apa ada yang anda butuhkan?” tanya seorang wanita paruh baya yang sedang memasak di dapur.
”Kamu siapa?” tanya Karina bingung.
”Oh maaf. Nama saya Eni. Nona bisa panggil bi Eni. Tuan Bisma yang mempekerjakan saya di sini untuk memasak dan bersih-bersih.” bi Eni menjelaskan.
”Jadi begitu. Saya Karina bi. Tolong jangan memanggil dengan nona. Saya merasa kurang nyaman.”
”Baiklah. Bagaimana jika saya memanggil dengan nak Karina saja? Sepertinya usia nak Karina tidak jauh beda dengan anak saya.”
”Boleh bi Eni.”
”Saya sedang membuat ayam goreng dan juga sayur jagung. Apa ada lagi yang nak Karina ingin makan?”
”Tidak bi. Itu saja cukup. Em… bisakah bibi buatkan teh jahe? Perutku sedikit tidak nyaman.”
”Baiklah. Nak Karina duduk saja di sana.” bi Eni mengangguk dan segera menyiapkan untuk membuat the pesanan Karina.
Tak lama kemudian, the jahe panas pesanan Karina siap. Bi Eni meletakkannya di depan Karina. Setelah meletakkan teh jahe, bi Eni juga meletakkan semua masakannya di atas meja.
Namun saat mencium aroma di depannya yang tiba-tiba menyengat, perut Karina mendadak menjadi mual. Dengan segera Karina menutup mulutnya dengan tangannya. Wajahnya juga memucat seketika.
Bi Eni yang melihat wajah pucat Karina menjadi panik. ”Apa yang terjadi nak Karina?”
”Bi tolong jauhkan makanan ini. Semua ini membuatku mual.” jawab Karina dengan susah payah.
Dengan segera bi Eni mengemasi semua makanan dan memindahkannya dari atas meja. Baru setelah makanan itu dipindahkan, perut Karina mulai membaik.
”Apa yang nak Karina mau makan sekarang?” tanya bi Eni.
”Tidak apa-apa bi. Aku makan nanti saja. Saat ini aku sungguh tidak ingin makan apapun.”
”Wanita yang sedang hamil muda memang seperti itu. Ini normal jika nak Karina merasa mual. Tapi demi anak yang ada di dalam perut sebaiknya tetap memaksa untuk makan.”
”Iya bi. Tapi aku benar-benar tidak bisa makan saat ini. Sudah beberapa hari ini aku seperti ini. Aku hanya bisa makan setelah waktu mulai beranjak siang.” jelas Karina. ”Jika aku paksa untuk makan, keadaannya malah semakin buruk.” lanjutnya.
”Baiklah kalau begitu. Jika nanti sudah bisa makan, beritahu saja pada saya.”
”Baiklah bi Eni. Terima kasih. Aku akan masuk ke dalam kamar. Dan juga. Terima kasih untuk teh jahenya. Ini sangat enak.” ucap Karina tulus sebelum beranjak pergi ke dalam kamar.
Setelah menghabiskan sarapannya yang sangat terlambat, Karina pergi ke hotel untuk menyerahkan surat pengunduran dirinya. Bi Eni menawarkan diri untuk menemani Karina, tetapi calon ibu muda itu menolak. Ia bisa pergi dengan menggunakan taksi.
**
Bisma sedang bekerja di kantornya saat bi Eni memberinya kabar jika Karina pergi ke hotel. Bi Eni juga memberitahu Bisma jika Karina ke sana untuk mengantar surat pengunduran dirinya.
”Baiklah bi aku mengerti. Terima kasih sudah memberitahuku. Aku akan menjemputnya nanti.”
Bisma menutup sambungannya. Kemudian segera mengambil kunci mobil. Ia akan berangkat menjemput Karina sekarang. Lagipula pekerjaannya juga tidak terlalu banyak.
”Aku keluar sebentar. Aku akan kembali setelah makan siang.” Andi yang dipamiti Bisma hanya bisa linglung di tempatnya. Selama ia mengikuti Bisma, belum pernah sekali pun ia keluar atau pulang sebelum waktunya.
**
Karina sudah selesai dengan pekerjaannya. Ia juga mengambil gaji terakhirnya juga uang hasil taruhannya dengan managernya. Lagi pula ini sudah berjalan tiga bulan setelah kejadian itu. Karina tersenyum puas saat melihat notifikasi uang masuk ke dalam rekeningnya.
”Apa yang membuatmu tersenyum senang seperti itu?” Karina terkejut saat mendengar suara yang familiar itu. Bisma berdiri di samping mobilnya dengan tangan yang ia masukkan ke dalam saku celana.
”Ah tidak apa-apa. Hanya saja aku sangat puas dengan nominal yang masuk ke dalam rekeningku.” Karina menunjukkan ponselnya. Bisma melihat nya sekilas.
”Oh ya kenapa kamu ada di sini?”
”Bi Eni bilang jika kamu pergi ke sini. Kenapa kamu menolak BI Eni menemani?”
”Memangnya kenapa? Aku sudah besar dan bisa melakukannya sendiri. Untuk apa merepotkan orang lain untuk hak kecil seperti ini?”
”Lain kali jangan diulangi lagi. Kamu harus ingat kamu tidak sendiri lagi. Bagaimana jika terjadi sesuatu padamu?” ucap Bisma khawatir.
”Aku hanya hamil. Bukan pesakitan.”
”Patuhlah. Hati-hati untuk berjaga-jaga juga tidak ada salahnya.” Bisma menghampiri Karina dan mengelus kepala wanita itu.
”Hump. Baiklah.” Karina mengangguk dengan paksa.
”Setelah ini kamu mau kemana?”
”Rencananya aku mau pergi ke mall untuk membeli susu hamil.” jawab Karina sedikit ragu. Ia masih tidak terbiasa dengan perhatian Bisma padanya.
”Baiklah aku akan menemanimu.” Bisma membukakan pintu untuk Karina masuk.
”Tapi apa kamu tidak sedang sibuk? Aku takut mengganggu.” Karina enggan untuk masuk ke dalam mobil.
”Aku agak senggang hari ini. Jika kamu memang merasa takut menggangguku, lain kali jika ingin pergi keluar, mintalah bi Eni untuk menemanimu. Baru aku akan merasa tenang jika seperti itu.”
”Baiklah. Maafkan aku.”
”Tidak perlu minta maaf terus. Hanya jangan diulangi lagi. Masuklah. Aku akan mengantarmu membeli kebutuhan mu juga.” Karina masuk dan duduk dengan baik di sebelah kemudi. Bisma juga masuk ke dlaam dan segera melajukan mobilnya.
Sampai di mall, Karina dan Bisma berjalan bersama menuju tempat susu. Keduanya sibuk memilih dan membandingkan berbagai jenis susu ibu hamil yang dipajang di etalase.
”Kamu mau yang rasa apa?” tanya Bisma setelah menemukan merk susu yang ia rasa paling baik.
”Aku biasanya tidak pemilih dalam hal makanan. Tetapi akhir-akhir ini berbeda.” jawab Karina tanpa mengalihkan pandangannya pada kotak susu yang sedang ia baca keterangannya.
”Beli yang merk ini saja. Mereka bilang ini yang paling baik.” Bisma menyerahkan satu kotak dengan merk terkenal.
”Tentu saja ini terbaik. Harganya juga mahal. Kembalikan.” Karina menyerahkan kembali kotak susu pada Bisma.
”Tidak perlu memikirkan harga. Berapapun aku bisa membelikannya untuk mu.” Karina diam di tempatnya. Sebenarnya ia tidak berniat menggunakan uang Bisma untuk berbelanja. Itulah mengapa ia daribtadi sibuk membandingkan harga.
”Sebagai orang tua, jika kita mampu memberikan yang terbaik untuk anak kita, apa lagi yang perlu diperhatikan?” Bisma mendekati Karina yang masih diam. Memegang bahu wanita muda itu.
”Kamu benar. Aku hampir lupa jika bayi ini bukan hanya milikku saja. Tapi juga milikmu.” Karina mengelus perut nya yang masih rata.
”Dia bayi kita. Ingat itu.” Karina mengangguk. Hatinya bergetar saat Bisma mengatakan jika bayi yang sedang dia kandung adalah milik mereka berdua. Hal sederhana ini membuatnya merasa aman.
”Nanti malam aku akan menjemputmu.” ucap Bisma setelah mereka selesai membeli beberapa kotak susu dengan varian rasa yang berbeda.
”Kita mau kemana?”
”Mama memintaku untuk membawamu ke rumah. Mama ingin membicarakan pernikahan kita.” Karina menghentikan langkahnya secara tiba-tiba. Ia rasa ia masih belum siap berte8 dengan Nadia lagi. Ia masih sangat malu pada calon ibu mertuanya itu.
”Ada aku. Kamu tenang saja.”
*
*
*
Terima kasih sudah mampir 🤩
Dukung akoh melalui like 👍, komentar dan juga vote ya 😎
Kembang kopi penambah semangat juga boleh banget 🤩
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
THE OR TEH??
2025-02-26
0
fifid dwi ariani
trus semangat
2023-07-30
0
Eni Purwanti
Bisma so suit ya😍😍😍😍
2022-05-26
1