Keesokan harinya, Karin sudah diperbolehkan untuk pulang. Bisma menjemput Karina untuk dibawanya bertemu dengan Nadia dan Nathan. Mereka memutuskan untuk segera mempercepat pernikahan demi anak mereka.
Sepanjang perjalanan, keduanya diam. Karina menautkan kedua tangannya di atas pahanya. Bisma sesekali melirik gadis yang sedang gelisah itu.
“Nanti kamu diam saja. Biarkan aku yang berbicara.” Ucap Bisma ketika mereka hampir sampai. Karina hanya bisa mengangguk sebagai respon.
Jujur saja, meskipun ia sudah memantapkan hati untuk pernikahan ini, tetapi jauh di dalam hatinya ia masih belum siap menerima status baru sebagai seorang istri. Terlebih lagi istri dari Bisma yang sama sekali tidak ia cintai.
Bisma membukakan pintu untuk Karina. Juga membantu Karina keluar dari dalam mobil. Bisma sangat berhati-hati untuk urusan Karina yang tengah hamil anaknya.
Nadia dan Nathan yang sedang duduk menonton televisi di ruang keluarga terkejut saat melihat kedatangan Bisma dan Karina. Terlebih melihat tangan keduanya saling tertaut. Pasangan yang sudah udzur itu saling menatap heran.
“Pa, ma ada yang perlu kami bicarakan.” Ucap Bisma serius. Ia mengajak Karina duduk.
“Kalian berpacaran? Kami tidak masalah. Ia kan pa?” Nadia menyimpulkan apa yang dilihat.
“Benar. Kami merestui kalian.” Nathan mengangguk setuju.
“Karina gadis yang baik. Kami sangat beruntung mendapatkan menantu sepertinya.” Mendengar pujian Nadia, Karina merasa bersalah dan semakin menundukkan kepalanya.
Nadia melihat reaksi Karina yang terlihat aneh. “Eh? Kenapa Karina terlihat sedih? Apa kamu memaksanya menerimamu?” Nadia menatap Bisma penuh tanya.
“Ma, pa. Kami bukan pacaran. Kami mau menikah. Karina hamil.”
Senyum Nadia dan Nathan luntur seketika. Mereka bahagia jika Karina dan Bisma menikah. Tetapi Karina hamil sekarang. Mereka bingung untuk menanggapi hal ini.
“Pa, ma maafkan Bisma. Bisma mengecewakan mama dan papa. Aku akan bertanggung jawab pada Karina. Aku ingin segera menikahinya.” Bisma berkata serius. Ia menggenggam kembali tangan Karina yang sempat ia lepas.
“Jika kalian berdua ingin menikah seharusnya bilang lebih awal. Bukannya membuat kesalahan yang begitu besar ini.” Nathan menatap kedua orang muda di depannya dengan kecewa. Jika keduanya saling mencintai dan ingin menikah ia tidak akan melarangnya, kenapa harus berbuat sampai sejauh ini?
“Karina beritahu kami apa yang terjadi sebenarnya.”
“Malam itu aku diberi obat oleh seseorang. Karena itulah aku tidak sadar melakukan itu pada Karina.” Bisma menatap Karina penuh penyesalan. “Jadi semua ini salahku. Kalian boleh membenciku. Tapi aku mohon izinkan kami menikah.” Ucap Bisma serius.
“Huft. Meskipun kami sangat kecewa pada kalian, kami tidak mungkin tidak membiarkan kalian menikah. Kesalahan ini juga bukan sepenuhnya merupakan kesalahan kalian. Yang lebih penting, semakin lama anak di perut Karina akan semakin besar. Jadi sebelum itu terjadi kalian harus sudah menikah.” Kata Nathan menatap Karina dan Bisma bergantian.
“Terima kasih pa. Ma. Tapi kami ingin pernikahan ini tidak perlu ada pesta yang meriah. Cukup dengan mengesahkan pernikahan kami saja.” Ucap Bisma seperti yang dia bicarakan dengan Karina Sebelumnya.
“Kenapa?” tanya Nadia dan Nathan bersamaan.
“Kami memiliki perjanjian. Jika suatu hari nanti kami tidak bahagia dengan pernikahan ini, kami akan bercerai.”
“Kalian ini benar-benar! Belum menikah saja sudah memikirkan untuk berpisah. Sudahlah terserah kalian. Aku lelah. Lakukan saja apa yang ingin kalian lakukan!” Nadia berdiri dan segera naik ke atas. Bisma dan Nathan memandang kepergian Nadia dengan sendu.
“Papa juga tidak bisa berkata apa. Lakukan seperti kata kalian. Tapi papa akan memberi nasihat pada kalian, sebuah pernikahan dilakukan untuk menyatukan dua orang yang berbeda. Bukan dua orang yang sama. Perbedaan dalam sebuah hubungan itu sudah biasa, jadi sebisa mungkin harus membiasakan diri untuk saling mengerti dan memahami. Apalagi kalian akan menjadi orang tua, demi anak kalian, kalian harus berusaha untuk bersatu.” Nathan pergi setelah menyelesaikan kalimatnya. Ia segera masuk ke dalam kamar. Ia yakin jika Nadia sudah menunggunya di dalam.
“Tante Nadia dan om Nathan kecewa pada kita.” Ucap Karina akhirnya.
“Jangan banyak berpikir. Ini hanya sementara. Lama kelamaan mereka akan memaafkan kita.” Ucap Bisma tenang. Karina menganggukkan kepalanya.
“Sebaiknya aku mengantarmu pulang. Kamu harus segera istirahat.” Karina mengangguk lagi. Ia juga masih merasa lemas.
Bisma membawa Karina pulang ke apartemennya. Tempat dimana semuanya bermula. Tapi daripada kembali tinggal di gang Kamboja, tinggal di apartemen Bisma jauh lebih baik.
“Kenapa kita kesini?” tanya Karina heran. Sepanjang jalan ia tertidur. Jadi dia tidak mengetahui jika Bisma membawanya ke apartemen pria itu.
“Mulai sekarang kamu tinggal di sini. Dengan keadaan mu saat ini kamu tidak mungkin lagi tinggal di tempat itu.” Bisma membuka pintu dan masuk. Mempersilahkan Karina duduk di ruang tamu.
“Karina, berhentilah bekerja.” Karina memandang Bisma ingin protes. Jika ia tidak bekerja dari mana ia mendapat uang untuk hidup dan juga membayar hutangnya?
“Kamu tenang saja. Aku yang akan memenuhi semua kebutuhan mu. Kartu ini pakailah untuk membeli segala keperluan mu. Di dalamnya ada cukup banyak uang. Aku akan mengisinya setiap bulan.” Bisma meletakkan kartu ATM di atas meja.
“Ini tidak perlu. Aku memiliki cukup uang di rekeningku.” Karina mendorong kartu yang baru saja di berikan Bisma.
“Uangmu simpan untuk kebutuhan mu. Selama kamu menjadi istriku aku yang akan menanggung semua kebutuhan mu. Jangan menolak.” Bisma kembali mendorong kartu itu mendekati Karina.
“Jangan salahkan aku jika aku menghabiskan uangmu.” Karina menyunggingkan senyum nya.
“Tidak masalah. Aku ingin tahu kemampuanmu menghabiskan uangku. Jangan bicara lagi. Aku akan menunjukkan ruangan di apartemen ini.” Bisma berdiri. Karina mengikutinya.
“Di apartemen ini hanya ada satu kamar. Aku tidur di mana?” tanya Karina setelah mereka selesai berkeliling apartemen. Apartemen ini cukup luas. Bahkan ada kolam renang pribadi, tetapi hanya ada satu kamar tidur. Ruangan-ruangan lain sudah digunakan untuk keperluan lain seperti ruang gym dan juga ruang kerja.
“Kamu bisa tidur di kamar. Setelah menikah nanti kita akan tinggal di sini. Aku bisa tidur di ruang kerja nantinya.” Jelas Bisma.
Bisma membuka pintu kamar. Mengajak Karina masuk. Karina mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan kamar. Kamar luas dengan warna hitam dan putih yang dominan. Sebuah ranjang besar yang tidak asing lagi dengan itu. Hatinya sedikit berdenyut saat mengingat kejadian yang ia alami di atas ranjang di depannya.
Pandangan Karina tertuju pada dua buah tas yang sangat familiar untuknya. Dua buah tas itu adalah miliknya.
“Itu adalah barang-barang mu. Aku yang meminta seseorang untuk mengambil semua barangmu. Jika ada yang kurang, kamu bisa membelinya.”
“Terima kasih banyak.” Karina tersenyum dengan tulus. Senyum yang membuat wajah cantiknya semakin terlihat cantik. Bisma tanpa sadar mengelus rambut Karina seperti apa yang ia lakukan pada Nara dan Dini. Karena gerakan itu, dua orang yang ada di satu kamar itu terdiam. Mereka saling memandang dengan canggung.
“Maaf.” Bisma menarik tangannya.
“Tidak apa-apa.”
“Baiklah. Ini sudah larut, aku harus segera pulang. Aku sudah mengganti password apartemen ini dengan tanggal lahirmu. Besok aku akan datang lagi untuk memberitahu kapan tepatnya kita akan menikah.”
“Hem. Baiklah. Hati-hati di jalan.” Karina mengangguk. Kemudian mengantar Bisma keluar dari apartemen.
*
*
*
Terima kasih sudah mampir 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Niat awal aja udah gak bener,Harusnya berusaha utk saling mencintai..ckck..Jelek banget doa nya..
2025-02-26
0
Qaisaa Nazarudin
Bagus Nathan,Lagian Karina kalo udah cerai,Siapa juga yg mau sama janda anak satu lagi..
2025-02-26
0
Qaisaa Nazarudin
Kan mereka juga udah kenal Karina sahabatnya Naya..
2025-02-26
0