Bima baru saja berpisah dengan teman nya Messi, mereka mulai berteman semenjak keduanya menempuh pendidikan di negara yang sama. Mereka menghabiskan seperempat waktunya untuk melepas rindu, rindu akan persahabatan nya yang di mulai waktu bangku perkuliahan.
Tidak pernah terpikirkan dirinya akan berjumpa kembali dengan sahabatnya, padahal bertahun-tahun tak bertemu tak membuat keduanya saling lupa, atau tak berkomunikasi. Mereka masih berkomunikasi lancar, walaupun tinggal di kota yang berbeda.
Di dalam perjalanan pulang ke rumahnya ada setitik rindu, rindu akan masa lalunya waktu masih menempuh pendidikan di luar negeri. Banyak suka duka yang Bima alami, hingga bisa berproses menjadi Bima yang lebih baik lagi.
Pak Sapto merupakan sopir pribadinya Bima, mengemudikan mobilnya pelan karena itu permintaan Bima sendiri. Sesekali melihat di belakang kemudi, "tuan Bima merenung dan melamun kan sesuatu, tetapi apa ya?" Batinnya pak Sapto.
Tidak berani menegur majikannya, hanya mampu di batin di dalam hatinya. Pak Sapto kembali fokus pada jalanan, yang sore ini lalulintas nya sangat padat karena bertepatan dengan jam pulang kantor.
Jam pulang yang selalu memenuhi sebagian bahu jalan, jalan yang di penuhi dengan roda empat dan roda dua.
Sangat berjubel di area jalan, jalan pun beberapa kali tersendat karena banyaknya kendaraan yang berlalu lalang di jalanan.
"Sudah sampai Tuan." Ucap pak Sapto menyadarkan Bima yang tengah melalang buana kemana-mana? Tidak sadar bahwa dirinya sudah tiba di rumah dengan selamat.
"Hmm makasih Pak!" balas Bima yang tidak sungkan mengucapkan terima kasih karena sudah diingatkan, bahwa harus bisa menghormati orang yang lebih tua.
Bima langsung membuka pintu mobil lebih dulu, sebelum pak Sapto memutar badannya untuk membukakan pintu untuk majikannya. " Biar saya saja pak, lanjut pekerjaan bapak saja." Tutur Bima mencegah pak Sapto menenteng tas kerja nya, bukan. apa,? hanya Bima ingin membawanya sendiri tingkah beberapa langkah sudah masuk ke dalam.
"Assalamualaikum Mi, Baby Bi. daddy pulang." Sapa nya Bima mengucapkan salam, dan memanggil maminya dan Baby Bi yang habis mandi sore.
Bima langsung mengulurkan tangannya untuk mencium tangan Mami nya, baru Bima mengecup pipi putranya yang mirip bakpao saking montok nya. Baby Bi tertawa-tawa, tangannya meraih daddy nya untuk minta di gendong, tetapi di cegah Oma Sasi dengan alasan Bima pulang kantor otomatis masih banyak kuman yang menempel.
"Hushhh sana bersih-bersih dulu, kalau mau main atau tium-tium baby Bi." Tutur sang Mami mengusir putranya, seperti mengusir hewan peliharaan.
Baby Bi yang melihat Oma berbicara dengan bahasa asing baginya, malah membuat Baby Bi tertawa kesenangan, tangannya bertepuk tangan..
Seolah-olah Biantara tahu bahwa daddy nya pulang dari kantor, mendapatkan kemarahan Oma nya.
"Iya-iya Mi aku mandi dulu!" pamitnya Bima sebelum kanjeng mami murka, dan memilih meninggalkan dua orang yang menjadi prioritas nya saat ini.
Dari belakang ada Opa Rudi yang baru saja selesai mandi, harum sabun mandi menyeruak di indera penciuman nya.
"Tadi suara siapa Mi? ramai sekali sampai kedengaran dari kamar." Tutur Opa Rudi yang duduk di sebelah istrinya, dan Baby Bi berada di pangkuan Oma Sasi.
"Siapa lagi kalau bukan putra kesayanganmu, Pi." jawab Mami Sasi seperti ogah-ogahan, di karenakan Baby Bi selalu minta turun untuk duduk karpet di bawah.
"Kenapa sayang? mau duduk di sini ya! atau mau bermain dengan Opa!" Ujar Oma Sasi menunjuk ke arah karpet yang di gelar di sebelah ruang tamu, ada telivisi besar apabila kita ingin bersantai di ruang depan..
Si anak yang murah senyum selalu tahu apa yang di ucapkan Oma nya, Baby Bi langsung tersenyum dan tahu akan maunya untuk di letakkan di karpet. Setelah di letakkan Baby Bi banyak tingkah lucunya, mulai belajar tengkurap, miring, mengangkat kepalanya semua usahanya di lakukan dengan tenaga ekstra dengan wajahnya memerah. Lagi-lagi niat yang di susun dari pangkuan Oma nya, gagal sudah, sudah berusaha tetapi tidak ada yang berhasil.
Oekkkkkk... suara tangis Baby Bi memekakkan telinga dua Oma Opa yang sedang asyiknya mengobrol tanpa memperdulikan Baby yang sudah merah hitam di area wajahnya.
"Wkkkkwkkkk dia tahu Pi, bahwa kita menyuekinnya, dia cemburu tidak mendapatkan perhatian khusus dari kita..." Ucap Mami Sasi yang gemas dengan cucunya, yang tiba-tiba menangis karena di merasa di abaikan kedua Opa Oma.
"Dia lucu ya Pi, berasa kita punya bayik kecil nan menggemaskan."
"Hmm, kasih kode ya mau bikin Rudi junior numbeer one ya , Mi." goda nya Opa Rudi yang ingin tahu reaksi istrinya, bila mau Opa Rudi pun siap.
"Ngawur! ingat umur, kita sudah jadi Opa Oma, bukan pengantin baru lagi." cerocos nya Oma Sasi, pandangan nya sesekali melihat kearah sang cucu.
Mereka tertawa kecil mengingat masa lalu, masa Bimantara seusia Biantara. Pria kecil yang menjadi pusat dunianya, warna tersendiri untuk sehari-hari nya.
*
Pagi menjelang Bima sudah bangun lebih pagi, di karenakan pagi ini ingin bermain dulu dengan putranya dulu sebelum Bima berangkat ke kantor.
Di stoler yang khusus di rancang, dan limited edition. Tidak ada di perjual belikan secara bebas, hanya di produksi satu buah khusus pesanan keluarga Cakra, yang memiliki anak cabang dimana-mana? Siapa saja pasti mengenal Rudi Cakra? Selaku pemilik utama, terus di wariskan ke putra tunggalnya Bimantara Cakra.
Nampak sekali aura kebahagiaan terpancar di Baby Bi, menurutnya ini pagi yang indah bersama sang daddy. Baby Bi pun senyum-senyum, tertawa kala sang daddy sedang menggoda nya.
"Gantengnya daddy." pujian itu Bima berikan untuk putranya.
"Kesayangan Opa Oma.." sama halnya kedua Opa Oma selalu memanjakan memuji cucunya, pria kecilnya.
Mendengar nada bicara daddy nya, Baby Bi semakin melebarkan senyumnya. Kegirangan nampak sekali, di Kala Baby Bi memainkan kaki, tangan dan terkadang lidahnya yang menjulur lucu.
Bima menikmati perannya sebagai orang tua tunggal dari putra semata wayangnya, rutinitas yang padat tak membuat nya melupakan kewajiban nya sebagai ayah dan ibu tunggal.
Ada Mami Sasi yang setia membantu Bima dalam mengurus putranya, ada bibi yang di pekerjakan untuk bersih-bersih rumah, dan ada mbak khusus untuk Baby Bi. Meskipun masih tinggal satu rumah yang sama, soal kebur Baby Bi semua di tanggung oleh Bima selaku ayahnya Baby Bi.
Bila seperti ini rutinitas yang dapat membuatnya lebih tenang meninggalkan baby Bi. Ada Mami, ada mbak juga yang bantu-bantu di rumah menjaga Baby Bi. Setidaknya Mami tidak kecapekan, dan tidak semua di bebani ke Mami. Usia Mami semakin hari akan berkurang, tak selamanya Bima tergantung apa-apa sama mami. Sekarang dan seterusnya Baby Bi merupakan tanggung jawabnya.
Besok Bima akan melakukan perjalanan bisnis untuk meninjau proyek baru di Kota Surabaya. Semua barang bawaannya sudah di packing ke dalam koper, beberapa berkas juga sudah tertata rapi.
Rencananya esok hari Bima akan ke Kota Surabaya seorang diri, walaupun sendirian tak membuat nya gimana? karena ini urusan pekerjaan bukan pribadi, sang sekertaris di suruh di kantor pusat dan menghandle urusan kantor selama dirinya berada di Surabaya..
Bimantara sudah berada di kantor, di ruangannya. Di kursi kebesarannya yang didudukinya Bima sedang berfikir tentang kepergian nya besok, rasanya berat sehari saja tak berjumpa baby Bi. Ketawanya, senyumnya, menjulurkan lidahnya merupakan hobi baru Baby Bi seiring berjalannya waktu.
Klekkk..., daun pintu di buka.
"Hai bro, kenapa melamun gitu? ada yang salah sama pacar kamu yang berada diatas meja?" tanya Willi selaku sekretaris nya Bima. Mereka bersahabat dari bangku sekolah dasar, hingga dirinya menyelesaikan bangku perkuliahan, sampai bekerja di perusahaan yang sama. Kata peribahasa itu yang di namakan jodoh tak lari kemana hihihi...
"Enggak ada!" jawab Bima singkat.
"Terus kenapa melamun? pendiam tak seperti biasanya." curiga Will melihat gelagat atasan nya, tak biasanya Bima akan bersikap melamun begini.
"Enggak pa-pa, sedikit ngantuk! semalam aku bergadang sampai jam 2pagi. tak biasanya Baby Bi rewel, minta di gendong terus sama aku." Bima mencurahkan peristiwa semalam, menurutnya bergadang semalaman. Sebelumnya tak biasa Baby Bi akan manja sampai semalam.
"Mungkin Baby Bi tahu, kalau daddy tampan nya akan pergi kali." Ucap Will berasumsi sesuai apa yang pernah ia baca, tentang kedekatan anak dan ayah.
"Kalau begini, aku berat untuk meninjau ke Surabaya meninggalkan Baby Bi selama seminggu. Seandainya bisa di wakilkan aku memilih absen, dan kamu yang berangkat Will." Ujar Bima menerawang jauh ke depan, dan berandai-andai jika bisa di wakilkan Bima memilih tetap tinggal di rumah menemani Baby Bi.
"Makanya menikah Bim, biar Baby Bi ada yang jagain, kamu juga bisa fokus dalam bekerja."
"Menikah tak semudah membalikkan telapak tangan Will, aku kini berstatus duda anak satu. Kebanyakan yang mengejar-ngejar aku rata-rata karena statusnya seorang pengusaha, tidak ada yang murni tulus mencintai ku dan anakku, Will."
"Sabar sob, kamu orang baik pasti akan di pertemukan di waktu yang tepat, orang yang tepat menerima kamu dan Baby Bi, percayalah Tuhan maha adil."
Keduanya mengakhiri perbincangannya, mereka kembali ke mejanya masing-masing. Ada benarnya juga apa yang di ucapkan sang sahabat, aku semakin optimis memberikan ibu sambung untuk putra ku Baby Bi.
******
Di Kota Yogyakarta, Arunika sedang bekerja membantu sang ibu berjualan kecil-kecilan di sekolah. Sudah berulang-ulang Arunika memasukkan lamaran pekerjaan, tetapi sampai sekarang belum ada panggilan. Terpaksa Arunika membantu sang ibu yang berjualan di sekolah, yang tidak terlalu jauh dari rumahnya.
"Alhamdulillah buk, penghasilan kita hari ini, semoga besok masih ada rezeki untuk kita makan, buk." Ucap Nika sapaan akrabnya di rumah. Nika mulai menghitung jumlah pendapatan hari ini, semakin banyak yang di jajakan semakin banyak pula pendapatnya.
"Iya Nika, semoga saja besok lebih baik lagi ya pendapatan kita, Aamiin." sahut Ibu Suryo selaku ibu kandung Arunika.
Berbicara tentang bapaknya Nika, beliau bekerja secara serabutan yang tidak jauh dari rumahnya. Sementara ibu dan Nika berjualan di sekolah, lumayan pendapatnya bisa untuk kebutuhan sehari-hari mereka...
Derrrtttttt...., Handphone Nika berdering di saku celana jeans-nya. Tertera nama budhe Siti, buru-buru Nika mengangkat panggilan dari budhe nya.
"Assalamualaikum budhe." sapa Nika.
"Waalaikumsalam, kamu di mana, Nik?"
"Dirumah budhe habis bantu ibu berjualan di sekolah, kenapa Budhe?"
"Gini Nik di tempat budhe kerja ada lowongan pekerjaan, karena mbak yang mengurus Baby Bi pulang kampung dan tidak kembali lagi. Apakah kamu mau Nik bekerja bersama Budhe." tawar Budhe Siti. Budhe Siti sudah menganggap Nika seperti putrinya sendiri.
"Mau Budhe!" jawab Nika penuh antusias. Walaupun bekerja tak sesuai ijazahnya tak apa-apa, yang penting dirinya punya gaji sendiri, setidaknya untuk keperluannya Nika tanpa merepotkan orang tuanya.
******
Bima sudah sampai Surabaya dengan penerbangan malam, sampainya di hotel Dee. Bima langsung membersihkan tubuhnya, dan merebahkan badannya untuk menghilangkan rasa lelahnyaa mengudara selama kurang lebih 2jam.
Setelah memejamkan kelopak matanya, Bima sudah memasuki ke alam mimpinya. Mimpi yang membuatnya semakin nyaman dalam tidurnya, tidak memperdulikan bahwa ponselnya berdering.
Yang Bima butuhkan sekarang adalah istirahat sebentar untuk menghilangkan rasa lelah. Untuk bisa kembali fit badannya sebelum esok hari, memulai pekerjaan untuk meninjau proyeknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Aries suratman Suratman
Ohhh... Ternyata ini Kisah kehidupan Arunika ya Thor Aku suka dengan Ceritanya
2025-01-14
0
Didit Mh
lanjut aku suka ceritanya sejauh ini
2022-04-22
4
Entin Fatkurina
lanjut lanjut lanjut lanjut lanjut author
2021-12-16
6