BAB 4 : BICARA DARI HATI KE HATI

Mata elang Irsam terbelalak sempurna. Memandang lurus ke arah Lilis yang masih basah bersimbah peluh, tampak anak rambut tercetak basah di dahinya.

Untuk beberapa detik, Irsam bagai terhipnotis, pikirannya kosong, bibirnya kelu tidak sanggup mengeluarkan sepatah katapun. Sungguh permintaan itu di luar nalar.

Irsam bagai seorang pasien rumah sakit jiwa yang kehilangan kewarasan, saat indera pendengarannya menangkap lontaran aneh dari bibir wanita yang sangat di cintainya, ratu yang sangat di pujanya, jiwa yang akan selalu di lindunginya bahkan dengan seluruh nyawanya akan selalu di belanya.

Irsam memberanikan diri untuk meraba kening istrunya. Untuk memastikan bahwa Lilis tidak dalam keadaan sakit.

"Sayang... ratuku... matahariku, canduku. Jangan bercanda, sekarang bukan saat yang tepat untuk mengatakan hal konyol." Akhirnya Irsam bersuara.

Lilis melingkarkan kedua tanganya, menyelip masuk memeluk perut sixpack Irsam, demi mendapatkan posisi paling mesra yang masih ingin ia suguhkan pada suaminya.

"Rajaku, matahatiku. Ratumu ini tidak pernah bercanda dalam memohon. Tolonglah jangan tolak permintaan ku kali ini mas. Menikahlah dengan Lamiah. Mas tau, dia gadis yang baik maka wajar ia mendapatkan jodoh sempurna seperti mas." Suara itu terdengar memelas.

"Sayangku... aku suamimu. Aku hampir tidak dapat hidup tanpa cintamu. Masakan aku harus berbagi cinta, yang selama ini bulat hanya untukmu." Irsam dengan pelan meyakinkan istrinya.

"Rajaku... selama ini aku sangat puas merasakan cintamu. Bahkan itu berlebihan sayang. Karena itu, aku yakin, mas akan pandai membagi cinta untuk kami berdua nanti." Lilis terus saja merenggek dengan masih memainkan lidahnya di dada yang di tumbuhi bulu bula halus di sana.

"Tidak akan ada keadilan dalam membagi cinta sayang. Semua itu hanya teori. Tidak semudah membalik telapak tangan." Irsam menyampaikan argumenya.

"Mas sudah berjanji untuk mengabulkan keinginanku. Apa sekarang mas akan mengingkari janji mas sendiri." Lilis terkesiap dan merenggangkan pelukannya menjauh bahkan mulai duduk menepi ke sisi ranjang mereka.

"Mas memang selalu mengabulkan keinginanmu, tapi kali ini permintaanmu itu konyol dan mas tidak bisa mengabulkannya." Sarkas Irsam yang mulai gusar dengan keinginan istrinya yang ia anggap tidak waras itu.

"Baiklah mas. Seperti yang kukatakan tadi. Bahwa setelah permintaan ku ini, aku tidak akan pernah meminta apapun. Dan mulai sekarang jangan lagi menyentuhku." Dengan tubuh polos telan jangnya, Lilis melenggang berjalan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Irsam terlonjak kaget di buatnya, tidak pernah ia melihat istrinya merajuk seperti sekarang. Tetapi, tubuh polos yang berjalan bak pragawati tadi mampu membuat gairahnya muncul kembali. Sehingga Irsam tampak terburu-buru menyusul istrinya ke dalam kamar mandi demi menuntaskan sesuatu yang telah tampak siap untuk bertempur kembali.

Tok...

Tok...

"Sayang... buka." Teriak Irsam dari luar pintu kamar mandi.

Tidak ada jawaban dari dalam.

"Ratuku... buka pintunya." Lagi, Irsam menggedor pintu semakin keras.

"Tidak mau." Teriak Lilis dengan kasar.

"Matahariku... kamu sudah membangunkannya lagi. Tanggung jawab." Teriak Irsam tanpa malu.

"Biar aku tidur di sini saja, aku tidak akan keluar sampai mas mengabulkan permintaanku." Lilis tetap pada pendiriannya. Sambil berselonjor santai berendam dalam bathup berisi air hangat untuk merilekskan tubuhnya yang terasa remuk akibat ulahnya sendiri.

"Sayang... tolonglah. Kamu bisa sakit jika tidur disitu. jangan paksa mas mendobrak pintu ini." Irsam mulai mengancam.

"Kabulkan dulu permintaanku." Lilis masih saja membalas obrolan itu dari balik dinding kamar mandi.

"Tidak sayang, carilah permintaan lain yang lebih masuk akal. Mas tidak bisa." Jawabnya dengan suara yang agak pelan, sembari berjalan mengambil sesuatu untuk benar-benar mendobrak pintu kamar mandi itu.

Tidak sempat Lilis menjawab pernyataan suaminya, kini tubuh kekar, polos tanpa sehelai benang menutupi tubuh itu, berdiri di depan bathup.

Di gendongnya tubuh sexy istrinya. Kemudian di dudukannya di atas toilet jongkok yang tertutup itu, di bukanya dengan sempurna kedua paha yang tampak merapat itu.

Irsam berjongkok lalu dengan rakusnya Irsam membenamkan kepalanya di rawa-rawa milik istrinya. Di serangnya bibir goa yang masih tampak basah, memainkannya dengan lidah tanpa jeda, mempermainkan Lilis pada bagian titik lemah istrinya. Ia tau, istrinya akan mati kutu jika ia permainkan pada bagian itu dengan lidahnya.

Bagaimanapun Lilis menyimpan kemarahan pada Irsam, jika ia sudah mengisap dan mengigit bagian itu, sekujur tubuh Lilis akan meremang pasrah, tidak berkutik. Lalu menyerah kalah.

Tapi ternyata tidak untuk kali ini. Lilis menahan hasratnya. Ia segera bangkit berdiri, kemudian berlari ke arah kamar mengambil handuk dan mengeringkan tubuhnya.

Irsam bak kesetanan pula, berlari mengikuti kemana arah istrinya. Sedapat mungkin untuk menangkap istri yang tampak lebih cekatan melilitkan handuk di tubuhnya, membuka pintu kamar mereka dan berlari keluar.

Irsam masih waras. Ia masih ingat jika kini ia dalam keadaan bugil. Tentu tidak lucu, ia berlari mengejar istrinya keluar. Sementara ART di rumah itu mungkin saja masih berkeliaran di area luar kamar mereka.

Irsam menelan salivanya, mengguyurkan tubuhnya di bawah shower sambil menaklukan sendiri naga peliharaannya yang seolah masih ingin menikmati hidangan penutup.

Lama Irsam berpikir, saat ia kini duduk di tepi ranjang petiduran mereka. Ia menatap nanar sampingnya yang kini tampak kosong.

Irsam mengusap kulit wajahnya dengan gusar, ada sebuncah amarah dalam hatinya saat memikirkan kembali permintaan istrinya yang sangat tidak dapat di terima akal sehatnya.

"Apa kurangnya aku selama ini menjadi suaminya, sampai ia memintaku untuk menikah lagi. Apa yang terjadi dalam dirinya? Apakah ia mulai tidak sanggup melayaniku, apa ia merasa tak dapat mengimbangi permainanku, tapi ... aku bahkan hampir tumbang jika ia sudah mempermainkanku di atas ranjang ini. Apa yang ada di dalam pikirannya. Tidak ... !!!, sampai kapanpun aku tidak akan menuruti kemaunnya yang satu itu." Irsam bermonolog dalam hatinya.

Kumandang adzan subuh menguar sempurna, Irsam mendapati dirinya ternyata tertidur dalam kesendirian di kamar mereka. Irsam menghampar sajadahnya untuk melakukan sholat sendiri.

Dalam hatinya, jika Lilis merajuk. Ia akan meladeninya. Siapa yang kuat untuk saling bertahan dalam keegoisan hati mereka.

Lilis yang terlebih dahulu menyatakan genderang peperangan, maka sedapat mungkin Irsam ingin menjadi pemenang.

Irsam ingin memiliki keluarga yang utuh. Ia hanya ingin mencintai satu wanita selama ia hidup dan tinggal di bawah kolong langit.

Cintanya murni dan tulus hanya untuk Lilis seorang.

Wanita sederhana yang senantiasa mampu membuatnya jatuh cinta, berkali-kali, setiap hari pada orang yang sama.

Baginya mencintai Lilis seperti embun, yang selalu datang setiap pagi, lenyap oleh sinar mentari menghangat menjalar di setiap sudut hati, mengalir dalam setiap hembusan nafasnya, beredar pada setiap aliran darahnya memberi energi dalam tubuhhya, yang tidak pernah ada keinginan untuk berkhianat untuk menduakan cintanya.

Irsam hanya mencintai Lilis, bahkan ia sanggup berpisah dengan buah hati mereka. Tetapi tidak dengan Lilis sang belahan jiwanya. Yang selalu hanya ingin di bahagiakannya dengan apapun, sebab hatinya telah teruntuk Lilis seorang.

Empat pekan berlalu, Irsam mencoba untuk terus meladeni prilaku ganjil istrinya, walau sesungguhnya iapun sudah mulai tersiksa lahir juga batinnya. Bahkan siluet bayangan istrinya pun tidak pernah ia lihat di sudut bagian rumahnya.

Tidak ada sarapan pagi, tidak ada kiriman bekal di siang hari, tidak ada makan malam bersama. Apalagi permainan panas di ranjang.

Naga peliharaan Irsam yang terbiasa di beri makan dengan rutin tentu saja mulai meronta kelaparan mencari mangsa. Biasanya hasrat itu dapat ia redam dengan mengalihkan konsentrasinya pada segudang pekerjaan yang bertumpuk.

Namun, segunungnya pekerjaan, tentu akan menyusut juga jika selalu di kerjakan. Sehingga pada akhir minggu itu, Irsam benar-benar sudah tidak memiliki pekerjaan yang dapat ia kerjakan sekedar untuk mengalihkan rasa rindunya pada Lilis istri tercintanya

Diperiksanya seluruh CCTV di rumahnya, untuk memastikan di mana posisi istrinya berada sekarang. Dan kali ini Irsam menurunkan egonya untuk memulai terlebih dahulu mengajak istrinya berbicara dari hati ke hati.

Awalnya Irsam mengetuk pintu dengan sopan. Lama lama iapun mengancam untuk mendobrak, sebab kunci serep yang di tangannya tidak dapat di gunakan, karena kunci di belahan bagian dalam masih tertancap kunci yang sama.

"Sayang... baiklah mas akan mengabulkan keinginanmu. Mari kita bicarakan baik-baik." Rayunya sebab mungkin dengan rayuan istrinya dapat berubah pikiran.

Ceklek... terdengar kuncian itu terbuka. Irsam segera memutar handel pintu. Kemudian mendapati istri yang di rindukannya, telah berdiri mematung menghadap jendela kamar yang terbuka.

Lilis berdiri bersedepa, masih dengan mulut tertutup rapat.

Irsam, langsung menghambur memeluk dari belakang sambil menghujani ciuman di ceruk leher istrinya, wangi yang telah menjadi candunya itu.

Lilis menggeliat sembari menjauhkan tubuh suaminya. Menolak dengan halus, sentuhan sentuhan nakal suaminya, yang sesungguhnya pun sangat ia rindukan.

Lilis pun tersiksa pada malam-malam dinginnya tanpa suami perkasa yang senantiasa selalu mencumbunya penuh nafsu gairah.

Batinnya dahaga, tatkala mengingat gempuran naga sebelum memuntakan samburan lahar panas di goa miliknya. Membayangkannya saja membuat intinya berkedut, basah.

Semua yang ada dalam diri suaminya pun telah menjadi candu bagi seorang Lilis. Yang telah terbiasa di manja, di cinta, di puja bak ratu dalam kerajaan yang suaminya persembahkan untuknya seorang.

"Kita bicara di taman belakang saja mas." Ajak Lilis sambil berlalu meninggalkan suaminya yang masih kagum dengan perlakuan dingin isrinya.

"Bisa mas ulangi, kata-kata mas di depan pintu tadi...?" tanya Lilis saat mereka telah berada di taman belakang rumah.

"Yang mana?" Irsam berlagak lupa.

"Mas bilang akan mengabulkan permintaanku sebulan yang lalu." Lilis menegaskan ingatan suaminya.

"Sayang, sebelumnya boleh mas bertanya sesuatu?"

"Silahkan." Lilis masih dengan tatapan dingin tanpa memandang suaminya.

"Apakah selama ini mas pernah mengecewakanmu?" tanya Irsam menggebu.

"Tidak." Tegas Lilis.

"Apakah selama menjadi suamimu, mas ada pernah salah?" Irsam masih mencari alasan pikiran istrinya.

"Tidak." Lagi Lilis menjawab.

"Apakah ada cinta yang lain dalam hatimu selain mas?" pertanyaan itu penuh tekanan dari mulut seorang Irsam.

"Iya." Jawab Lilis tak kalah tegas.

"Siapa?" geram Irsam.

"Lamiah." Jawab Lilis singkat.

"Apa artinya... kau mencintai Lamiah?" Sorot mata penuh tanda tanya terpancar jelas terukir di sana.

"Aku mencintai Lamiah, sama seperti mencintai diriku sendiri mas. Luka yang Lamiah rasakan pun aku rasakan. Maka saat aku bahagia, aku ingin iapun merasakan kebahagiaan yang aku rasa, apa itu salah?" Lilis berusaha menguraikan pledoinya.

"Jelas saja itu salah." Irsam mulai gelisah.

"Aku ingin dia pulang, kemudian menikah dan membina rumah tangga bahagia seperti kita." Lilis berusaha melunak.

"Jika hanya itu yang sayang inginkan, sayang tidak perlu memberikan suamimu ini padanya. Kita cukup mencarikan jodoh. Pria lain untuknya. Selesai perkara." Irsam memberikan jalan keluar pada masalah yang sebenarnya dengan tindakan yang lebih dapat di terima oleh nalar.

"Tapi siapa lelaki yang pantas menjadi suaminya? Apa mas bisa menjamin jika lelaki itu akan sesempurna mas mencintainya?" Lilis berhasil membalik solusi itu tepat sasaran.

"Apakah dengan mas begitu mencintaimu, maka akan mudah juga bagi mas untuk mencintainya?" Perdebatan mulai terjadi antara mereka.

"Selama ini aku sangat puas dan mas buat aku mabuk kepayang, cinta mas begitu dahstay kurasakan, bahkan berlebihan. Ibarat batrei kekuatanmu penuh 100% mas. Apa salahnya aku bagikan cinta itu, sebab jika ada kata diatas dari puas, itulah yang aku nikmati sekarang. Jika mas adalah sebuah posri makanan... cinta mas porsi jumbo. Maka aku yakin, mas bisa membagi cinta untuk kami." Lilis kembali mengutarakan alasan demi alasannya.

"Sayang... cintaku padamu tidak dapat di ibaratkan dengan apapun. Kamu adalah segalanya bagiku. Tidak pernah terbesit dalam pikiranku untuk mengkhianti cintamu." Irsam kini terduduk bersimpuh di depan lutut istrinya tercinta. Sambil menggengam kedua tangan istrinya dengan erat.

"Aku tidak meminta mas untuk berkhianat. Aku hanya meminta mas membagi cinta mas yang besar, itu saja." Ujar Lilis sambil berusaha melepas genggaman erat suaminya.

"Tidak ada dalam kamus hidupku untuk membagi cintaku. Aku mencintaimu seorang." Tegas Irsam sembari mengecup berkali-kali punggung tangan istri yang sangat ia puja dan sayang itu.

"Jika mas benar mencintaiku, buktikan!!!" Seru Lilis menantang. Sambil berdiri melepas pegangan bahkan menghindar, menjauh sembari memunggungi suami yang seperti tak berharga di matanya.

"Apa pembuktianku selama ini masih kurang." Sarkas Irsam yang mulai geram dengan tingkah konyol istrinya.

"Satu tindakan lagi, baru aku percaya bahwa mas benar mencintaiku." Ucap dingin Lilis.

"Apa itu...?" Lagi Irsam memutar mutar permasalahan mereka, seolah sedang mengitari sebuah bundaran tak bertepi.

"Nikahi sahabatku. Jika mas benar mencintaiku. Buktikan cinta mas dengan menikahi Lamiah. Aku yang menginginkan dia menjadi madu ku." Tegas dan lugas kata yang Lilis utarakan.

"Tidak adakah hal lain yang dapat kulakukan selain menikahi sahabat mu itu sayang...?" Irsam sudah bertekad tidak akan meladeni istrinya dengan kasar. Ia telah berjanji untuk melunak dan memilih mengalah dengan istrinya. Ia telah jera mendapati sebuah kenyataan bahwa sebulan ini naganya telah lapar akibat kekerasan hatinya untuk melawan keinginan istrinya. Irsam mengibarkan bendera putih tanda perdamaian. Irsam mengaku kalah.

"Tidak ada mas. Jika mas lahir dan di ciptakan ke dunia ini untuk membahagiakanku, maka satu-satunya yang membuat aku bahagia sekarang adalah dengan mas mau dan bersedia mengenal kemudian menikahi sahabatku." Kini suara Lilis lebih terdengar memelas minta untuk di kasihani.

"Baiklah, mas akan mencoba mengabulkan permintaanmu. Tetapi dengan dua syarat." Kali ini kalimat Irsam yang mampu membuat jantung Lilis bergetar penasaran.

"Apa dua syarat itu mas...?" tanya Lilis berbalik menghadap suami yang kini tampak memasang wajah serius ke arahnya.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Sri Faujia

Sri Faujia

nti lu kecewa tau nyesel baru tau

2022-04-11

1

Conny Radiansyah

Conny Radiansyah

siap hati dari awal ingin punya madu, semoga tetap bertahan sampe akhir hayat ya Lilis ... ga gampang loh ... lanjut

2021-12-22

5

Aya Beckham

Aya Beckham

kakak... mana lanjutannya penasaran niih🤔

2021-12-20

7

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 : SATU ATAP DUA CINTA
2 BAB 2 : MENIKAHLAH DENGAN SUAMIKU
3 Edit BAB 3 : NIKAHILAH SAHABATKU
4 BAB 4 : BICARA DARI HATI KE HATI
5 BAB 5 : MADU PILIHAN ISTRIKU
6 BAB 6 : BUKAN PELAKOR
7 BAB 7 : MENJAGA SEPOTONG HATI
8 BAB 8 : NYEKAR
9 BAB 9 : KESEPAKATAN KEADILAN
10 BAB 10 : BENALU PUN MASIH PUNYA MALU
11 BAB 11 : MASIHKAH SURGA ITU MILIKKU
12 BAB 12 : SURGA ITU BENAR ADANYA
13 BAB 13 : SEOLAH TAK ADA BADAI
14 BAB 14 : INI CARAKU MENCINTAIMU
15 BAB 15 : ADILLAH PADANYA
16 BAB 16 : BERBAHAGIALAH DENGAN SUAMIMU
17 BAB 17 : APA KAU BAHAGIA
18 BAB 18 : PELUKAN BUNDA
19 BAB 19 : BUNDA BERAKSI
20 BAB 20 : BUNDA VS MIAH
21 BAB 21 : CERAI
22 BAB 22 : ADIL
23 BAB 23 : CINTA SEGITIGA
24 BAB 24 : INIKAH RASANYA BERBAGI
25 BAB 25 : AKU BAIK-BAIK SAJA
26 BAB 26 : KEHILANGAN
27 BAB 27 : GAMANG
28 BAB 28 : MENERIMA TAKDIR
29 BAB 29 : IRSAM PERGI
30 BAB 30 : TEKAD BULAT LAMIAH
31 BAB 31 : TERBONGKAR
32 BAB 32 : PECAH
33 BAB 33 : PULANGLAH
34 BAB 34 : JANGAN PAKSA AKU
35 BAB 35 : MAAFKAN AKU
36 BAB 36 : TIDAK ADA YANG SALAH
37 BAB 37 : SIAPA YANG DI HUKUM
38 BAB 38 : BERJANJILAH
39 BAB 39 : DIA MASIH ISTRIMU
40 BAB 40 : RUMAH TANGGA IMPIAN
41 BAB 41 : DI SINI KAU BERJANJI DI SANA KAU MELUPA
42 BAB 42 : JEJAK KAKEK
43 BAB 43 : PANDANGAN ABIZARD
44 BAB 44 : MENGENAL LAMIAH
45 BAB 45 : TERENYUH
46 BAB 46 : REMAJAKAN LAGI
47 BAB 47 : MAS MASIH MILIKMU
48 BAB 48 : AKU TAK INGIN BERBAGI
49 BAB 49 : HANYA LUKA BUKAN CINTA
50 BAB 50 : TALAK AKU, BANG.
51 BAB 51 : TALAK AKU SEKARANG
52 BAB 52 : PETUNJUK ALLAH
53 BAB 53 : AKU SUAMI KALIAN
54 BAB 54 : AKU MASIH SAHABATMU
55 BAB 55 : SARAN LAMIAH
56 BAB 56 : PULIH
57 BAB 57 : LAKU KERAS
58 BAB 58 : PEMBUNUH BERDARAH DINGIN
59 BAB 59 : DI ATAS ANGIN
60 BAB 60 : INSIDEN
61 BAB 61 : KELAINAN JIWA
62 BAB 62 : MENDADAK PIKNIK
63 BAB 63 : MADUKU CURANG
64 BAB 64 : LELAKI SEMPURNA
65 BAB 65 : MENGGESER IRSAM
66 BAB 66 : PERMINTAAN IRSAM
67 BAB 67 : PROYEK BARU
68 BAB 68 : KETEGUHAN IRSAM
69 BAB 69 : JANGAN BEREBUT PAPA
70 BAB 70 : PENGKHIANTAN LAMIAH
71 BAB 71 : LILIS TERKESIMA
72 BAB 72 : PENGHUNI SURGA
73 BAB 73 : AKU AYAHNYA
74 BAB 74 : PENDIRIAN LAMIAH
75 BAB 75 : EMPAT MATA
76 BAB 76 : PURA PURA LUPA
77 BAB 77 : RENGEKAN MATTEW
78 BAB 78 : HANYA SELIR
79 BAB 79 : CERAI BUKAN SATU SATUNYA JALAN
80 BAB 80 : KITA AKAN TETAP BERCERAI
81 BAB 81 : GARY
82 BAB 82 : SENYUMAN TERAKHIR
83 BAB 83 : PROSES PERSALINAN
84 BAB 84 : SEPUCUK SURAT
85 BAB 85 : MENGHAPUS RASA
86 BAB 86 : MENEBUS DOSA
87 BAB 87 : HIJRAH
88 BAB 88 : IJINKAN AKU PERGI
89 BAB 89 : TALAK
Episodes

Updated 89 Episodes

1
BAB 1 : SATU ATAP DUA CINTA
2
BAB 2 : MENIKAHLAH DENGAN SUAMIKU
3
Edit BAB 3 : NIKAHILAH SAHABATKU
4
BAB 4 : BICARA DARI HATI KE HATI
5
BAB 5 : MADU PILIHAN ISTRIKU
6
BAB 6 : BUKAN PELAKOR
7
BAB 7 : MENJAGA SEPOTONG HATI
8
BAB 8 : NYEKAR
9
BAB 9 : KESEPAKATAN KEADILAN
10
BAB 10 : BENALU PUN MASIH PUNYA MALU
11
BAB 11 : MASIHKAH SURGA ITU MILIKKU
12
BAB 12 : SURGA ITU BENAR ADANYA
13
BAB 13 : SEOLAH TAK ADA BADAI
14
BAB 14 : INI CARAKU MENCINTAIMU
15
BAB 15 : ADILLAH PADANYA
16
BAB 16 : BERBAHAGIALAH DENGAN SUAMIMU
17
BAB 17 : APA KAU BAHAGIA
18
BAB 18 : PELUKAN BUNDA
19
BAB 19 : BUNDA BERAKSI
20
BAB 20 : BUNDA VS MIAH
21
BAB 21 : CERAI
22
BAB 22 : ADIL
23
BAB 23 : CINTA SEGITIGA
24
BAB 24 : INIKAH RASANYA BERBAGI
25
BAB 25 : AKU BAIK-BAIK SAJA
26
BAB 26 : KEHILANGAN
27
BAB 27 : GAMANG
28
BAB 28 : MENERIMA TAKDIR
29
BAB 29 : IRSAM PERGI
30
BAB 30 : TEKAD BULAT LAMIAH
31
BAB 31 : TERBONGKAR
32
BAB 32 : PECAH
33
BAB 33 : PULANGLAH
34
BAB 34 : JANGAN PAKSA AKU
35
BAB 35 : MAAFKAN AKU
36
BAB 36 : TIDAK ADA YANG SALAH
37
BAB 37 : SIAPA YANG DI HUKUM
38
BAB 38 : BERJANJILAH
39
BAB 39 : DIA MASIH ISTRIMU
40
BAB 40 : RUMAH TANGGA IMPIAN
41
BAB 41 : DI SINI KAU BERJANJI DI SANA KAU MELUPA
42
BAB 42 : JEJAK KAKEK
43
BAB 43 : PANDANGAN ABIZARD
44
BAB 44 : MENGENAL LAMIAH
45
BAB 45 : TERENYUH
46
BAB 46 : REMAJAKAN LAGI
47
BAB 47 : MAS MASIH MILIKMU
48
BAB 48 : AKU TAK INGIN BERBAGI
49
BAB 49 : HANYA LUKA BUKAN CINTA
50
BAB 50 : TALAK AKU, BANG.
51
BAB 51 : TALAK AKU SEKARANG
52
BAB 52 : PETUNJUK ALLAH
53
BAB 53 : AKU SUAMI KALIAN
54
BAB 54 : AKU MASIH SAHABATMU
55
BAB 55 : SARAN LAMIAH
56
BAB 56 : PULIH
57
BAB 57 : LAKU KERAS
58
BAB 58 : PEMBUNUH BERDARAH DINGIN
59
BAB 59 : DI ATAS ANGIN
60
BAB 60 : INSIDEN
61
BAB 61 : KELAINAN JIWA
62
BAB 62 : MENDADAK PIKNIK
63
BAB 63 : MADUKU CURANG
64
BAB 64 : LELAKI SEMPURNA
65
BAB 65 : MENGGESER IRSAM
66
BAB 66 : PERMINTAAN IRSAM
67
BAB 67 : PROYEK BARU
68
BAB 68 : KETEGUHAN IRSAM
69
BAB 69 : JANGAN BEREBUT PAPA
70
BAB 70 : PENGKHIANTAN LAMIAH
71
BAB 71 : LILIS TERKESIMA
72
BAB 72 : PENGHUNI SURGA
73
BAB 73 : AKU AYAHNYA
74
BAB 74 : PENDIRIAN LAMIAH
75
BAB 75 : EMPAT MATA
76
BAB 76 : PURA PURA LUPA
77
BAB 77 : RENGEKAN MATTEW
78
BAB 78 : HANYA SELIR
79
BAB 79 : CERAI BUKAN SATU SATUNYA JALAN
80
BAB 80 : KITA AKAN TETAP BERCERAI
81
BAB 81 : GARY
82
BAB 82 : SENYUMAN TERAKHIR
83
BAB 83 : PROSES PERSALINAN
84
BAB 84 : SEPUCUK SURAT
85
BAB 85 : MENGHAPUS RASA
86
BAB 86 : MENEBUS DOSA
87
BAB 87 : HIJRAH
88
BAB 88 : IJINKAN AKU PERGI
89
BAB 89 : TALAK

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!