Irsam sudah enam tahun hidup bersama Lilis, tentu ia tau. Jika linggerie itu di gunakan tanpa Irsam minta, pasti ada sesuatu yang ingin istrinya pinta setelah permainan mereka usai. Dan Irsam selalu mengabulkannya.
Lilis hanya terseyum sambil mengedip genit satu matanya pada Irsam. Kemudian menangkup kepala suaminya dengan kedua tangannya, mempertemukan bibir mereka.
Lilis memulai permainan. Ia yang lebih dahulu menerkam bibir suaminya, memaksa menerobos bibir yang sedikit mengganga untuk mengabsen deretan gigi dan membelitkan lidahnya hingga ke rongga mulut suaminya, ciuman itu dalam dan mulai panas.
Irsam mengikuti permaian itu dengan tangan yang telah sibuk merem mes, memer ras, memutar, memilin bahkan mencubit lembut gundukan padat berpuncak bagai mata bisul yang mengeras di dada milik istrinya.
Kegiatan tangan Irwan mampu mengudang kedutan kedutan di bagian bawah Lilis, namun ia tak perlu mengatakan pada suaminya. Sebab secara naluriah semua akan sampai pada puncak penjelajahan mereka berdua.
Lilis melepas pertautan bibir mereka, untuk menghidup oksigen yang hampir habis. Jantung keduanya mulai berdegup kencang, berpacu tak berirama di tandai dari deruan nafas keduanya yang mulai tidak beraturan.
Irwan mendapat kesampatan lepas dari bibir Lilis, maka secepat kilat ia sudah membenamkan kepalanya di gundukan padat, bahkan kini telah tampak polos sebab telah berhasil melucuti, kain jala merah membara penutup tak berarti itu, yang kini telah tidak berada pada tempatnya.
Le nguhan erotis mulai keluar dari mulut seorang Lilis, saat ia sangat menikmati isapan dan permainan lidah yang membuat basah pada puncak dadanya tersebut.
Kini tangan Lilis merayap, merambat menyelinap masuk di sela-sela kain putih pada area segitiga bermuda. Ia tau, tongkat yang bersemayam di dalam itu tentu tidak pernah tahan untuk tidur dalam kondisi seperti sekarang ini.
Dengan lihai menggunakan kakinya, Lilis menjepit kain segitiga penutup itu, dengan ibu jari dan jari telunjuk kakinya. Mengarahkan ke bawah, berhasil melorot untuk melepas penghalang yang hanya sebagai formalitas bertengger di bawah perut suaminya.
Irsam tersenyum senang, mendapatkan kini tubuhnya benar benar polos, bagai bayi yang baru lahir dari rahim sang bunda. Saat bibirnya sibuk di puncak dada. Tangan Irsam pun telah berhasil merayap dan menyintak tali yang terikat pada pinggang istrinya sehingga rawa rawa yang sangat bersih terawat serta wangi itu, kini terpampang nyata.
Lilis bangkit dari posisiniya yang tadi tertindih di bawah tubuh Irsam. Bak gaya perenang sedang menyelam, iapun menyeruduk suaminya, demi dapat mengendus area sensitif suaminya. Tak perlu di tanya bagaimana reaksi tongkat pusaka di bawah sana, sebab ada sesuatu yang telah berdiri, bagai barisan tegak para tentara yang siap berperang.
Kini leng uhan kenikmatan itu lolos dari bibir seorang Irsam, tatkala ia menikmati elusan, dan belaian lembut pada peliharaan Irsam, Sungguh, hanya mendapatkan permainan tangan dan endusan halus di area pahanya saja sudah mampu membuat jantung Irsam semakin berdetak tak karuan, sungguh ia menikmati permaian yang semakin liar di rasakannya. Membuatnya terseret dalam gelora api asmara yang kian panas ia rasakan, di sekujur tubuhnya.
"Kamu makin nakal ratuku." Ucap Irsan dengan suara serak yang sangat menikmati sensasi yang isrtinya berikan padanya.
Lama kepala Lilis terbenam di sana, sesekali memainkan lidahnya pada kepala jamur milik Irsam sampai ia tidak peduli kini salivanya telah bercampur dengan cairan yang meleleh dari batang jamur suaminya, ia terus saja memainkannya dengan ritme yang sengaja ia dramatisir membuat Irsam merem melek, menikmati sensasi seolah ia di alam surga.
Lilis nakal, membuat Irsan kalang kabut di buatnya. Sehingga kini justru area paha Lilis yang sudah sejajar kepala Irsam, untuk mendapatankan pembalasan akan perlakuannya terhadap kepala jamurnya.
Lilis bagai cacing kepanasan mendapat balasan dari suaminya, menimbulkan leng uhan, erangan rintihan kenikmatan yang spontan membuat pinggangnya bergoyang yang dengan alami. Enam sembilan, begitu orang menamakan posisi yang mereka lakukan malam itu.
Keduanya tidak peduli dengan waktu yang telah mereka habiskan untuk berkali-kali melakuakan cumbuan yang membuat mereka mabuk kepayang.
Sungguh kegiatan itu sangat mereka nikmati dan mereka lakukan atas dasar cinta dan keikhlasan antara satu dan lainnya.
Keduanya telah sama sama basah. Nafas bak kerbau membajak sawah, semakin menggebu, nyaring tidak beraturan dan bersahutan syahdu.
Lilis mengubah hadapannya, jika tadi ia menghadap kaki suaminya, yang di depannya kini, ia berputar menghadap wajah suaminya yang mulai basah bersimbah peluh. Lilis masih memimpin permainan.
Tanpa ragu menancapkan tongkat sakti pada goa, liang sorgawi miliknya. Dengan terus bergerak seperti memompa, bak penunggang kuda yang handal, dengan perut yang kadang terlihat mengembang mengempis, pertanda ia melakukan penjepitan yang sempurna pada tongkat yang telah sepenuhnya masuk pada goanya.
Gerakan itu tentu saja membuat buah dadanya bergerak naik turun, memberikan pemandangan yang membuat suaminya semakin panik di buatnya, berkali kali jakun Irsam naik turun menelan salivanya, sungguh ia tak tahan melihat dan merasakan sensasi yang selalu dahsyat ia rasakan.
Irsam semakin bergairah dan semakin tidak tahan untuk segera mengakhiri permaianan panas itu.
Lilis masih dengan senyum genitnya, menyiksa suaminya dengan jepitan, goyangan dan hentakan di atas tubuh suaminya itu.
"Katakan ... ratuku apa yang kamu inginkan, dan berhenti mempermainkanku, aku sudah mau keluar." Akhirnya Irsam bersuara.
Lilis hanya tersenyum iblis, sambil terus memompa suaminya, dengan menggigit bibir bawahnya untuk tetap menggoda suaminya.
"Sayang.. mau perhiasan?" tanya Irwan.
Lilis menggeleng.
"Ganti Mobil, sayang...?" tanyanya lagi.
Lilis masih menggeleng
"Bulan madu...?" tawarnya lagi
"Tidak..., bukan semua."Jawabnya dengan suara manja semanja manjanya.
"Cepat katakan, mas sudah tidak tahan."
"Berjanjilah... untuk menyetujui permintaanku kali ini." Ucapnya yang kini merunduk untuk membuat stampel pada dada suaminya, sementara miliknya masih menjepit kuat tongkat yang semakin mengeras hampir meledak di bawah sana.
Irsam sudah tidak tahan, ia segera membalik posisi istrinya, kini ia yang menghujam tongkat yang dari tadi dengan semena-mena di tarik ulur istrinya. Ia hentak-hentakkan tubuhnya dengan tingkat kedalaman penuh.
Lilis berusaha bangit untuk duduk, menghindar agar suaminya tidak mengakiri permainan, sampai ia mendapatkan yang ia inginkan.
"Jangan bergerak... ini hampir selesai." Pinta Irsam meminta.
"Janji mas... mas akan mengabulkan permintaanku kali ini saja. Setelah ini aku tidak meminta apa-apa lagi." Pinta Lilis tak kalah memelas.
"Iya.. mas janji akan mengabulkannya." Jawabnya dengan suara yang tertahan dengan wajah yang semakin memerah bak kepiting rebus.
"Apapun permintaanku mas." pancing Lilis dengan masih menahan pinggang suaminya agar merenggangkan tongkat yang masuk tadi.
"Iya ratuku, sayang ku. Apapun yang kau minta akan mas kabulkan." Ujarnya seraya kembali menghujam dengan kekuatan penuh tongkat yang sedari tadi sudah di buat Lilis kembang kempis menahan hasrat yang telah di ubun ubun.
Lilis pun lagi, menjepit dengan kuat dan sempurna tongkat itu, bak di lahap, di telan dan di teguk dengan sekuat tenaga oleh goa di bawah sana.
Cairan hangat terasa mengalir masuk bahkan tumpah ruah melimpah sampai keluar membasahi bibir goa milik Lilis.
Irsam ambruk, sedapat mungkin merebahkan dirinya di samping istri kesayangannya.
"Kau selalu luar biasa mempermainkan ku sayang. Mas hampir kewalahan, kamu semakin nikmat saja." Ucapnya sambil mengecup lama kening Lilis penuh sayang.
"Mas puas...?" tanya Lilis manja sambil mebenamkan kepalanya di dada suaminya yang kini mulai mengatur nafasnya agar stabil dan lebih rileks.
"Selalu sayangku. Sekarang katakan apa yang harus mas kabulkan untuk imbalan pelayanan luar biasa malam ini?" tanya suaminya dengan berkali-kali mencium pucuk kepala istrinya.
"Nikahilah sahabatku Lamiah mas!" Serunya dengan lantang.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Sri Faujia
lilis wanita hebat,, bisa2 y ngomong gtu
2022-04-10
1
Elliyana Mifa
ntar malah nyesel..krn lamiah malah hatinya tdk sebaik lilis...
2022-03-10
1
@ᵃˢʳʏ ᵛᵃʳᴍᴇʟʟᴏᴡ🐬
yaaa mapuuun 😱
2021-12-26
1