Sambungan telepon terus berlanjut antara Lilis dan Lamiah.
"Jangan menangis Miah, jika kamu sedih aku lebih bersedih. Kamu adalah bagian dari kepingan hatiku. Saat kau menangis, hatiku pun merasa teriris akan dukamu."
"Maaf mbak. Aku tidak bermaksud membuat mbak bersedih. Aku hanya tidak mampu menahan rasa bahagiaku mendengar semua cerita manis rumah tangga mbak, yang entah kapan bisa ku rasakan juga." Keluh Lamiah di seberang sana.
"Miah... bagaimana jika kamu menjalin hubungan cinta dengan mas Irsam. Agar kamu juga dapat merasakan manisnya di cintai dengan sempurna dari pria yang sangat baik seperti mas Irsam." Tiba-tiba saja ide konyol itu hinggap di kepala seorang Lilis.
Entah setan apa yang lewat saat obrolan itu tersambung. Sehingga dengan mudahnya Lilis menawarkan suaminya pada seorang sahabat yang sangat di sayanginya untuk menjadi madu dalam rumah tangganya.
"Mbak Lilis gila. Istigfar mbak. Nyebut... nyebut. Apakah mbak Lis sudah tidak waras?" Hardik Lamiah dari di balik benda pipih di sana. Ia terkesiap dengan ucapan yang tak terduga keluar dari mulut seorang Lilis.
"Sadar... waras... aku dalam keadaan waspada Miah. Kamu adalah soulmate ku. Apa salahnya aku berbagi kebahagiaan denganmu. Kamu orang baik, jodohmu harus orang yang baik juga. Apa salahnya kita berbagi suami, jika sampai sekarang pun jodoh mu tak kunjung datang." Ucap Lilis semakin menggebu.
"Tidak mbak. Ini tidak benar. Aku terlahir tidak untuk menjadi duri dalam daging. Apalagi itu adalah mbak Lilis. Orang yang sangat berharga dalam hidupku. Aku tidak sanggup menjalaninya mbak. Maaf aku tidak bisa." Tolak Lamiah tegas.
"Miah... jangan kau tolak mentah - mentah tawaranku ini. Pikirkanlah dulu. Usiamu sudah berapa. Kamu akan kesulitan mendapatkan keturunan jika terus menunda waktu pernikahanmu. Mencari seseorang tidak semudah mencari pekerjaan. Ia kalau baik, terima yang pasti saja. Aku jamin mas Irsam suami yang baik, ia pasti akan adil membagi cintanya untuk kita nanti." Lilis terus saja meracau meminta persetujuan Lamiah untuk menjadi istri kedua suaminya.
"Tidak mbak... maaf. Aku tidak bisa. Aku tidak sanggup. Bagaimanapun adilnya, akan ada hati yang terluka di atas cinta segitiga kita nantinya, mbak. Jangan." Lamiah terus saja menolak permintaan Lilis.
"Tidak... tunggulah. Aku akan meminta mas Irsam menghubungimu. Berkenalanlah terlebih dahulu, agar rasa sayang dan cinta kalian bisa tumbuh subur. Aku tidak ingin mendengar kegagalan atas hubungan kalian. Assalamualaikum." Tutup Lilis dengan egois sambungan telepon itu.
Sesaat jantungnya berdegup kencang, menyadari bahwa ia telah menemukan solusi yang tepat untuk masalah jodoh sahabatnya itu.
Ia bergegas membersihkan dirinya. Sebab malam ini ia harus mempersiapkan diri untuk melayani suaminya dengan penuh na psu gairah yang membara, demi untuk menyampaikan keinginannya pada suami yang sangat mengilainya itu. Ia yakin Irsam akan menyetujui permintaannnya.
2 jam Lilis habiskan untuk melakukan ritual di salah satu ruangan di rumahnya untuk melakuan serangkaian pearawatan mulai dari lulur, spa sampai gurah vagi na. Dengan bantuan terapis yang siap ia panggil kapan saja untuk melayaninya di rumah.
Kulit Lilis memang tidak putih, tetapi halus, bersih dan lembut. Sebab ia selalu teratur merawat dirinya.
Begitu juga dengan makanan yang ia konsumsi, selalu sesuai dengan hitungan kalori yang seimbang sesuai arahan dari seorang ahli gizi demi untuk mendapatkan kebugaran tubuh agar selalu fit. Juga bentuk tubuh sempurna.
Demikian juga untuk minuman jamu dan semacamnya tentu ia amalkan demi untuk menjaga bagian tubuhnya agar selalu keset dan wangi.
Untuk urusan senam kegel dan yoga, pun selalu ia lakukan dengan rutin. Semua ia lakukan, untuk menjaga tubuh langsing ideal dan proporsional. Tak heran di usianya yang ke 33 dan memiliki anak satu, bok ongnya masih terlihat kencang, perutnya rata langsing terjaga, dan payu dara yang berukuran tidak kecil, kencang juga mon tok.
Kesempuraan fisik dari seorang Lilis tentu membuat Irsam suaminya semakin tergila-gila padanya, selain pintar merawat tubuhnya. Lilis juga sangat pandai memanjakan perut suaminya dengan masakannya yang selalu enak. Juga dengan servisan di atas ranjang yang telah sangat di kuasainya.
Irsam selalu bisa membedakan setiap permainan Lilis. Jika ada yang ia inginkan pasti teknik yang ia gunakan selalu plus dari permaian sebelumnya. Tidak perlu di tanya, esok hari tentu datang paketan tas edisi terbaru, sepatu merk terbaru, atau set perhiasan berlian limitied edition yang Irsam kirim kerumah, tanpa di minta sekalipun. Irsam benar-benar memanjakan Lilis dengan kelimpahan materi yang berlebihan.
Seperti malam itu, setelah Irsam dan Lilis baru saja selesai makan malam. Irsam terlihat masuk ke ruang kerjanya di lantai 2. Sepertinya ada pekerjaan yang belum ia bereskan. Sehingga terlihat masih sibuk melanjutkan pekerjaan di ruangan itu.
"Mas... jangan lama kerjanya." Bisik Lilis menemui suaminya ke ruang kerja sambil mengantarkan segelas madu hangat untuk Irsam, sambil menyenggol bahu Irsam dengan gundukan padatnya. Sengaja.
Irsam paham itu adalah sebuah maksud yang tak tersurat namun tersirat, bahwa istrinya menginginkan urat.
Dengan senyum genit, 30 menit kemudian Irsam pun masuk ke dalam kamar mereka.
Kamar yang berukuran luas, dengan remang temaram lampu yang sengaja di buat redup, dengan wangian musk menguar di seluruh ruangan itu.
Tampak siluet wanita dengan pakaian tipis tampak duduk bersandar di tepi pembaringan itu, tanpa selimut menutupi tubuh se ksinya.
Irsam terlebih dahulu masuk ke toilet dalam kamar mereka, untuk membersihkan dirinya, menggosok gigi dan berkumur, agar lebih percaya diri menghadapi istrinya yang tampak telah bersemangat menggodanya malam ini.
Lingeri yang Lilis pilih malam itu adalah merah menyala, kainnya hampir menyerupai sebuah jala ikan di hiasi renda. Yang sesungguhnya percuma saja di gunakan, toh tidak membantu menutupi apapun yang ada di bagian tubuhnya. Belum lagi celana penutup bagian bawahnya, yang hanya segaris menutup liang surgawinya dengan ikatan di kedua pinggangnya, memudahkan akses untuk melepasnya nanti.
Irsam pun tidak mempersulit istrinya, ia berjalan mendekati tempat tidur dengan alas bermotif taburan bunga kecil berwarna merah jambu itu, hanya dengan kain putih berbentuk segitiga sebagai formalitas untuk menutupi bagian paling sakral pamungkasnya.
Irsam langsung menaiki tempat tidur itu dan langsung membenamkan kepalanya di bahu istrinya.
Rambut panjang hitam bervolume yang dimiliki Lilis telah ia ke sampingkan untuk memudahkan suaminya mencicipi leher jenjangnya, yang merupakan area favorit suaminya, sebab ceruk leher itu terdapat wangi tubuh Lilis yang paling khas, yang selalu di rindukannya bahkan bagai heroin yang telah membuatnya candu.
Kepala itu tidak saja terbenam di sana tetapi lidah Irsam sudah dengan lincahnya mengitari, menjelajah, mengecap dan menghisap lembut daerah itu. Menghasilkan gelenyar nikmat yang di rasakan seorang Lilis.
Lilis benar-benar menginginkan suaminya malam ini, maka tangannya tidak tinggal diam mengelus, meraba berpendar di area dada bidang kotak-kotak suaminya, agar gairah semakin membara.
Irsam yang sibuk pada leher Lilis, tentu memudahkan Lilis untuk mengigit nakal daun telinga suaminya, memutar dan menjilati setiap inchi manapun yang mudah untuk ia jangkau, demi untuk membangkitkan gairah ber cinta mereka. Sebab malam ini mereka akan kembali menembus nirwana fana.
"Apa yang ratuku inginkan? Sehingga pakaian kebesaran ini kembali terpasang." tanya Irsam di sela cumbuan yang mulai terasa memanas.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Sri Faujia
gila y istri kok minta suaminy tu nikahin sahabatny,, aneh aqu aj y g mau gmn thor
2022-04-10
1
gemar baca
aye mampir nyak d sini ,cuma rada gimana gitu 🤔🤔🤔
2022-01-06
1
@ᵃˢʳʏ ᵛᵃʳᴍᴇʟʟᴏᴡ🐬
wuuuuuu,,pnaaas"
2021-12-26
2