" Pak, bu... kenapa semua berkumpul disini?" tanya Syifa heran.
" Syifa, akhirnya kau pulang juga. Kami semua sedang menunggumu," jawab pria paruh baya yang ternyata ketua RT.
" Memangnya ada apa, pak?"
" Kamu yang sabar ya? Ada kabar buruk mengenai orangtua kamu."
" Kabar buruk apa, pak? Saya sedari tadi berkeliling mencari ayah dan ibu,"
" Tadi ada petugas kepolisian yang datang kemari dan mengabarkan tentang orangtuamu yang mengalami kecelakaan di dekat pasar."
" Apaa? Tidak mungkin! Ayah dan ibu pasti baik - baik saja, kan?"
Syifa langsung menangis dan hampir jatuh seandainya Reyhan tak menangkapnya. Tubuh Syifa terlihat lemah dan pucat.
" Pak, dimana orangtua Syifa sekarang?" tanya Reyhan.
" Mereka dibawa ke rumah sakit XX dekat pasar, Nak."
" Terimakasih, pak. Bisakah Anda menemani kami untuk kesana? Bagaimanapun juga kami butuh pendampingan orang dewasa."
" Iya, saya akan ikut dengan kalian."
Reyhan memapah tubuh Syifa masuk ke dalam mobil diikuti pak RT yang turut serta untuk mendampingi. Menurut petugas kepolisian, keadaan kedua orangtua Syifa cukup parah karena menabrak pembatas jalan saat menghindari seorang anak kecil yang menyeberang sembarangan.
" Pak, bagaimana keadaan ayah dan ibu saya?" tanya Syifa.
" Bapak juga kurang tahu, Fa. Kamu berdo'a saja semoga orangtuamu baik - baik saja." jawab pak RT dengan wajah sendu.
" Tapi Syifa takut, pak. Syifa tidak punya siapa - siapa lagi,"
" Fa, jangan bicara begitu. Ayah dan ibu pasti selamat," ujar Reyhan.
Reyhan mengirimkan pesan kepada Ardan dan Sony agar menyusul ke rumah sakit. Tak lama, Reyhan memarkirkan mobilnya di tempat parkir rumah sakit XX.
" Ayo, Fa. Tenanglah, semua pasti baik - baik saja."
Reyhan menggenggam tangan Syifa yang tampak gemetar. Gadis itu semakin lemah dan tak kuat lagi untuk menopang tubuhnya sendiri saat sampai di depan ruang IGD. Reyhan dengan sigap merangkul bahu Syifa agar tidak terjatuh ke lantai.
Sementara itu, pak RT menuju ruang informasi untuk mengetahui keadaan orangtua Syifa hingga tak lama kemudian dokter keluar dari ruang IGD.
" Dokter, bagaimana keadaan ayah dan ibu saya?" tanya Syifa cemas.
" Anda keluarga pasien atas nama siapa?" sahut dokter itu.
" Saya keluarga dari bapak Suryana dan ibu Aisyah," jawab Syifa cepat.
" Maaf, Nona. Apa ada keluarga yang mendampingi?"
" Iya, dokter. Ada tetangga saya akan membantu saya disini."
Dokter mengajak Syifa dan yang lainnya untuk masuk ke dalam ruangannya. Setelah semua duduk, dokter mulai membuka percakapannya.
" Begini, sebelumnya saya meminta maaf dan saya berharap kalian tabah menghadapi ini semua."
" Maksud dokter apa?" tanya Syifa.
" Maaf, kami tidak bisa menyelamatkan ibu Aisyah. Beliau sudah tenang dalam tidurnya."
" Tidak mungkin, dokter! Ibu saya tidak mungkin meninggal." teriak Syifa.
" Syifa, tenanglah. Kuatkan dirimu, jangan seperti ini."
Reyhan memeluk erat gadis yang tampak sangat rapuh itu. Hatinya sangat terluka melihat gadis yang dicintainya menangis pilu.
" Dokter, bagaimana keadaan pak Suryana?" tanya pak RT.
" Maaf, keadaan pak Suryana sekarang juga sangat buruk. Sekarang beliau kritis dan hanya mu'jizat Allah yang bisa menyelamatkannya. Luka di kepalanya sangat parah, kami sebagai dokter terpaksa harus menyerah."
" Dokter tidak boleh menyerah! Selamatkan ayah saya...!" pekik Syifa.
" Syifa, sudah! Kendalikan dirimu, kita lihat keadaan ayah dulu dan mengurus jenazah ibu," ujar Reyhan yang merasakan tubuh Syifa semakin melemah.
Melihat Syifa yang histeris, Reyhan tak mampu lagi untuk menahan airmatanya. Hatinya ikut rapuh dengan kepergian ibu Aisyah. Walaupun tidak sering bertemu, namun orangtua Syifa telah mengajarkan tentang kebahagiaan dengan cara yang sederhana.
Reyhan ingat dengan pesan ibu Aisyah saat bertemu dengannya tadi pagi di sekolah. Reyhan yang merasakan betapa tulusnya kasih sayang orangtua Syifa.
FLASHBACK ON
Reyhan sedang duduk di taman saat semua teman - temannya berkumpul di aula sekolah. Hari ini kedua orangtuanya sedang melakukan perjalanan bisnis keluar negeri. Saat semua teman - temannya di dampingi orangtuanya, Reyhan hanya bisa datang sendiri tidak mungkin ia mengajak tukang kebun di rumahnya.
Saat Reyhan sedang melamun, ibu Aisyah yang habis dari toilet datang menghampirinya dengan senyum di bibirnya yang begitu menentramkan jiwa Reyhan. Dia sempat berkhayal seandainya orangtuanya seperti ibu Aisyah dan pak Suryana, mungkin hidupnya akan terasa sangat sempurna.
" Rey... kenapa kamu ada disini?" tanya bu Aisyah.
" Ibu, mmm... Reyhan tidak suka keramaian. Disini adalah tempat paling nyaman untuk saya." jawab Reyhan seraya tersenyum.
" Orangtuamu tidak datang?"
" Tidak,bu. Mereka sedang pergi keluar negeri, saya juga akan berangkat malam ini ke Amerika untuk melanjutkan pendidikan disana selama beberapa tahun."
" Rey, semoga kamu berhasil meraih cita - citamu. Kau adalah anak yang baik, ibu hanya ingin menitipkan Syifa kepadamu. Tolong jaga dia, ibu bisa tenang jika Syifa bersamamu,"
" Ibu jangan bicara seperti itu, Syifa itu butuh ayah dan ibu. Memangnya ibu dan ayah mau pergi kemana?"
" Ibu dan ayah tidak pergi kemana - mana, Rey. Hanya saja, jika suatu saat nanti kami tiada... ibu mohon jagalah Syifa, dia gadis yang terlihat kuat walaupun sebenarnya sangat rapuh."
" Rey janji akan menjaga Syifa, bu. Setelah Rey pulang dari luar negeri, Rey akan datang menjemput Syifa. Jujur, Rey sangat mencintai Syifa. Rey ingin sekali menjaga dan melindungi Syifa seumur hidup Reyhan."
" Terimakasih, Nak. Ibu senang jika Syifa bisa bersamamu."
Ibu Aisyah menggenggam erat tangan Reyhan seperti mengharapkan sesuatu yang besar pada putranya sendiri.
FLASHBACK OFF
Reyhan memapah Syifa ke ruang IGD untuk melihat ayahnya. Saat memasuki ruangan itu, Syifa menangis melihat keadaan ayahnya yang sangat memprihatinkan. Kepalanya penuh dengan luka dan tubuhnya terpasang beberapa alat medis.
" Ayah... kenapa jadi seperti ini," lirih Syifa.
Syifa meraih tangan ayahnya yang sudah lemah tak bertenaga. Dia hanya bisa menangis dengan terus menciumi tangan sang ayah.
" Syifa, kamu harus tegar. Aku tahu kamu gadis yang kuat." ucap Reyhan.
Reyhan membawa Syifa ke dalam dekapannya. Saat ini hanya hal kecil inilah yang bisa Reyhan lakukan untuk menenangkan Syifa yang sedang bersedih.
" Kenapa semua ini harus terjadi padaku, Rey. Ibu sudah pergi, keadaan ayah juga seperti ini. Aku tidak akan sanggup hidup seperti ini," tangis pilu Syifa seakan menghujam hati Reyhan.
" Kau harus kuat, aku akan selalu bersamamu." lirih Reyhan.
Tak lama, ayah Syifa membuka matanya dan menatap lekat anak gadisnya. Dengan perlahan ayah mengulurkan tangannya kepada Syifa yang langsung disambut dengan tangisan yang semakin kencang.
" Syifa, dimana ibumu?"
" Ayah... ibu baik - baik saja. Ayah harus segera sembuh,"
" Maafkan ayah, Nak. Sepertinya cukup sampai disini ayah bisa mendampingimu. Jadilah gadis yang kuat dan mandiri, jangan bergantung pada orang lain."
" Ayah jangan bicara seperti itu, Syifa masih membutuhkan ayah..."
" Ayah sudah tidak kuat lagi, Nak. Tadi ibumu datang dan mengajak ayah pergi,"
" Ayah... Syifa tidak mau sendirian. Syifa mohon jangan meninggalkan Syifa, yah."
Detak jantung pak Suryana semakin melemah dan genggaman tangannya hampir terlepas. Pria paruh baya itu menatap Reyhan memberi kode agar mendekat ke arahnya.
" Ayah, bertahanlah. Bukan hanya Syifa, Rey juga butuh ayah. Ayah harus berjuang untuk sembuh." ucap Reyhan sendu.
" Tidak, Rey. Sudah waktunya ayah pergi, ayah sudah tidak bisa menahan rasa sakit ini. Ayah punya satu permintaan padamu, tolong kabulkan permintaan ayah,"
" Apapun yang ayah minta, pasti Reyhan kabulkan. Ayah harus sembuh."
" Terimakasih, Nak. Ayah hanya minta kepadamu untuk menjaga Syifa setelah ayah pergi. Buatlah Syifa bahagia, jangan biarkan dia menangis. Berjanjilah untuk membuat Syifa selalu tersenyum."
" Reyhan janji akan menjaga Syifa, yah. Reyhan akan membuat Syifa bahagia bersama Reyhan."
" Terimakasih, Rey. Ayah titip Syifa kepadamu."
Uhuukkk! Uhuukkk! Uhuukkk!!!
Pak Suryana batuk sembari mengeluarkan darah dari mulut dan hidungnya.
" Ayaahhh...!"
.
.
TBC
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments