" Rey, kenapa bicara seperti itu?" ucap Syifa.
Reyhan kembali menatap wajah sayu gadis di hadapannya. Rasanya tidak rela jika harus meninggalkan Syifa di saat seperti ini. Reyhan takut jika nanti Syifa jatuh ke tangan playboy seperti Ardan. Semua orang tahu jika Ardan sangat pandai dalam mengambil hati para wanita incarannya.
" Fa, aku mohon padamu... tunggulah aku. Untuk beberapa tahun ini aku akan melanjutkan pendidikan di luar negeri. Aku mohon, jaga hatimu untukku."
Syifa masih ragu dengan hatinya sendiri. Dia belum yakin jika hatinya akan dia berikan kepada Reyhan. Ketiga sahabatnya itu, Syifa merasa aman dan nyaman berada di dekat mereka. Sony yang sudah menganggapnya seperti saudara, Ardan yang selalu membuatnya tersenyum dengan tingkah kocaknya dan Reyhan yang selalu melindunginya saat ada teman - teman di sekolah yang mengganggunya.
" Rey, aku tidak tahu apa yang akan terjadi dengan kehidupan di masa depan nanti. Janganlah semua ini menjadi beban dihatimu, jika suatu saat nanti kita berjodoh, kita pasti bisa bersama."
" Aku sangat berharap kita bisa berjodoh, Fa. Hanya kamu yang bisa mengerti diriku," Reyhan menggenggam erat tangan Syifa dengan tatapan sendu.
" Sudahlah, Rey. Sebentar lagi kita akan berpisah, jadi kita buat acara perpisahan ini dengan kebahagiaan,"
" Kamu mau bikin acara apa?"
" Kita kumpul saja dirumahku, soalnya ayah tidak akan mengijinkan aku pergi dengan kalian."
" Ya sudah, nanti setelah perpisahan sekolah kita berkumpul di rumahmu."
" Jangan lupa ajak Ardan dan Sony. Ingat! Tidak boleh ada pertengkaran lagi di antara kalian."
" Iya, sayangkuuu..." goda Reyhan.
" Ish... menyebalkan!" Syifa mengerucutkan bibirnya.
Reyhan tersenyum melihat wajah imut gadis di hadapannya. Gadis cantik sederhana yang mampu meruntuhkan benteng pertahanannya terhadap wanita.
" Ya sudah, ibu tidak perlu masak apapun. Nanti aku bawa makanan buat kita semua." ujar Reyhan.
" Baiklah, terserah kamu aja,"
" Memang harus begitu, nurut dengan ucapan calon suami."
" Reyhaaannn!" teriak Syifa.
" Hahahaa... ayo aku antar pulang," sahut Reyhan.
" Aku pulang sendiri saja."
" Huft... kau tahu kan, aku tidak menerima penolakan!"
Reyhan merangkul bahu Syifa dengan erat lalu membawanya masuk ke dalam mobilnya.
# # #
Beberapa minggu kemudian,
Setelah acara perpisahan sekolah selesai, sesuai kesepakatan yang sudah dibuat oleh mereka berempat, semua langsung pulang ke rumah Syifa. Reyhan membawa banyak makanan dari restoran mewah untuk makan bersama di rumah Syifa.
" Kalian tunggu dulu disini, aku cari ayah dan ibu dulu." ucap Syifa.
" Jangan lama - lama, Fa. Aku bantu buat minuman ya?" sahut Sony.
Sony memang sudah terbiasa berkunjung ke rumah Syifa dan sudah kenal dekat dengan kedua orangtuanya. Sementara Reyhan dan Ardan hanya beberapa kali datang karena memiliki banyak kesibukan diluar.
Syifa masuk ke dalam rumah diikuti Sony yang langsung menuju dapur. Sony sudah terbiasa melakukan hal ini di rumahnya sendiri karena selain bercita - cita menjadi seorang dokter, dia juga hobby dalam hal memasak.
" Fa, ayah dan ibu belum pulang? Bukannya tadi pulang dari sekolah duluan ya?" tanya Sony.
" Iya, kak. Mungkin ada urusan sebentar diluar." jawab Syifa.
Sebenarnya Syifa juga sedikit khawatir karena orangtuanya belum juga pulang padahal mereka pulang lebih awal tadi dari sekolah. Perasaan Syifa jadi tidak tenang saat menatap foto kedua orangtuanya yang terpajang di dinding ruang tamu.
" Kenapa melamun, kamu mikirin apa sih?" tanya Sony.
" Tidak tahu, kak. Perasaanku tidak enak, takut terjadi sesuatu dengan ayah dan ibu."
" Ayah dan ibu pasti baik - baik saja, tidak perlu khawatir. Aku yakin sebentar lagi mereka pulang,"
Reyhan dan Ardan yang sedari tadi menunggu di teras langsung masuk karena Syifa dan Sony di dalam rumah terlalu lama.
" Ada apa? Kenapa kalian lama sekali membuat minuman saja?" tanya Reyhan.
" Tidak apa - apa, ini sudah jadi minumannya," jawab Sony.
" Syifa, kenapa kamu terlihat murung? Apa Sony melakukan sesuatu padamu?" selidik Ardan.
" Tidak, Dan. Aku baik - baik saja, ayo kita ke depan," ucap Syifa.
" Jangan bohong, pasti ada sesuatu yang terjadi denganmu."
Syifa hanya diam dan berjalan menuju teras lalu duduk di bangku panjang. Reyhan yang melihat kesedihan di hati Syifa langsung duduk di sampingnya.
" Kenapa? Jangan menutupi apapun dariku." ujar Reyhan pelan.
Ardan merasa cemburu karena Reyhan sangat dekat dengan Syifa. Dia mengepalkan tangannya menahan amarah. Sebelumnya Ardan tidak pernah merasakan yang namanya cemburu karena kebanyakan para wanitalah yang mengejarnya. Tapi saat ini, justru sahabat dekatnya sendiri yang telah membuat hatinya mampu bergetar hanya dengan memandang wajahnya saja.
" Rey, tiba - tiba aku mencemaskan ibu dan ayah,"
" Tidak apa - apa, sebaiknya kita makan dulu. Jika setelah makan ayah dan ibu belum pulang, kita akan mencarinya bersama - sama."
" Janji?"
" Iya, ayo kita makan dulu,"
Mereka berempat makan dalam diam. Syifa hanya mengaduk makanannya tanpa berniat untuk memakannya. Sony yang memperhatikannya sedari tadi langsung merebut sendok dari tangan Syifa lalu menyuapinya dengan sedikit paksaan.
" Kak, Syifa bisa makan sendiri!" tolak Syifa.
" Dari tadi makanan cuma diaduk - aduk, cepat buka mulutmu!" perintah Sony.
" Fa, kok kamu panggil Sony dengan sebutan kakak?" tanya Reyhan.
" Kak Sony sudah seperti kakakku sendiri, jadi tidak masalah kan aku memanggilnya kakak?" sahut Syifa.
" Sejak kapan?" tanya Ardan.
" Sudah lama, kak Sony adalah orang yang paling baik buatku."
" Udah, lanjutin makannya terus kita cari ayah dan ibu." ucap Sony.
Selesai makan, Reyhan dan Ardan membersihkan tempat makan dan juga merapikan kembali teras tempat mereka makan.
" Fa, kamu ikut mobilku saja. Kita pergi sekarang, mungkin mereka di tempat saudara kamu." ujar Reyhan.
" Baiklah," sahut Syifa pelan.
Syifa masuk ke dalam mobil Reyhan, sementara Ardan dan Sony mengendarai motornya masing - masing.
" Kita telusuri jalan ke sekolah dulu ya, Fa?" usul Reyhan.
" Tapi ini sudah tiga jam berlalu, Rey. Apa mungkin ayah masih di sekitar sekolah?"
" Jangan khawatir, orangtuamu pasti baik - baik saja,"
Reyhan menggenggam erat tangan Syifa dan satu tangan lainnya memegang kemudi.
" Rey, perasaanku kenapa tidak enak begini? Biasanya ibu selalu mengabari jika akan bepergian."
" Apa ayah tidak punya ponsel?"
" Punya, tapi sedang tidak aktif. Dari tadi aku menghubunginya tapi tidak bisa."
" Tenanglah, semua pasti baik - baik saja."
Hingga sampai di depan gerbang sekolah, mereka tidak menemukan keberadaan orangtua Syifa. Gadis itu semakin khawatir dan juga hampir menangis. Reyhan yang menyadari kesedihan Syifa langsung meraih tubuh gadis itu hingga bersandar dalam dekapannya.
" Rey, kenapa ayah dan ibu tidak ada?" Syifa mulai terisak dalam dekapan Reyhan.
" Kita pasti bisa menemukannya, kamu harus tenang," sahut Reyhan.
Ardan mengetuk pintu mobil Reyhan sehingga dia segera melepaskan pelukan Syifa yang masih terisak.
" Rey, kita cari kemana lagi?" tanya Ardan.
" Kita bagi tugas saja, kau ke arah pasar dan Sony ke arah jalan besar. Aku dan Syifa akan coba ke rumah kerabatnya." jawab Reyhan.
" Ya sudah, hubungi jika sudah ada kabar."
Ardan dan Sony pergi ke arah yang berbeda untuk mencari keberadaan orangtua Syifa.
" Fa, apa mungkin orangtuamu di rumah salah satu kerabat kalian?"
" Tidak, Rey. Ayah hanya memiliki satu adik tapi hubungan mereka tidak baik. Ibu berasal dari luar kota dan merupakan anak tunggal."
" Ya sudah, sebaiknya kita pulang dulu. Mungkin saja orangtuamu sudah pulang," saran Reyhan.
" Baiklah, semoga ucapanmu itu benar. Aku juga berharap orangtuaku sudah kembali, Rey." sahut Syifa menyetujui usul Reyhan.
Reyhan dan Syifa segera kembali ke rumah untuk memastikan bahwa orangtuanya sudah berada di rumah. Sampai di depan rumah, Syifa nampak terkejut melihat ada beberapa tetangganya berada di teras rumahnya.
" Pak, bu... kenapa semua berkumpul disini?"
.
.
TBC
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments