Laras keluar dari supermarket sambil menggerutu kesal. Bibir seksinya maju beberapa centi.
"Sialan banget itu cowok, udah nabrak aku sampai jatuh bukannya minta maaf, malah marah-marah!" Mulut perempuan itu tidak berhenti menggerutu. Laras memeriksa barang belanjaannya, takut ada yang rusak atau tertinggal pas dirinya terjatuh tadi.
'Untung saja tidak ada yang rusak.' Laras bernapas lega.
Namun, hatinya kembali terasa nyeri saat melihat bunga yang ia beli. Ingatannya kembali pada saat pria itu mengucapkan ijab kabul beberapa jam yang lalu.
Tanpa terasa, air mata Laras mengalir begitu saja. Dadanya kembali sesak saat mengingat kembali kalau hari ini adalah hari pernikahan Galang, sang suami yang selama lima tahun menghilang dari kehidupannya.
Laras terus berjalan keluar dari area super market. Perempuan itu berjalan sambil meratapi nasibnya yang begitu menyedihkan. Namun, saat Laras ingin menyeberang, tiba-tiba sebuah mobil hampir saja menabraknya.
Suara decitan mobil yang mengerem mendadak terdengar, Laras yang terkejut berdiri tertegun, menatap mobil yang melaju ke arahnya. Perempuan itu terlihat linglung menatap mobil yang berhenti hanya dengan jarak beberapa centi di depannya.
"Kau mau mati, ya?" Sang pemilik mobil berteriak marah. Pria itu kemudian turun dari mobil dengan penuh amarah mendekati Laras yang masih berdiri di depan mobilnya.
"Kalau kau mau bunuh diri, jangan di depan mobilku. Dasar bodoh!" umpat pria itu dengan kasar. Sementara Laras memunguti barang belanjaannya yang berserakan di jalan. Merasa diabaikan, si pemilik mobil pun semakin marah.
Pria itu menarik tangan perempuan itu, hingga wajahnya yang awalnya tertutup rambut panjangnya terlihat jelas.
"Kamu?!" Pria itu sedikit kaget bercampur marah saat menyadari kalau perempuan yang hampir saja ia tabrak itu adalah perempuan yang sama dengan yang menabraknya di toko bunga tadi.
"Dasar perempuan gila! Di dalam toko tadi kau menabrakku, dan sekarang kau ingin bunuh diri di depan mobilku?" Nalendra mencengkeram tangan perempuan itu.
"Siapa yang mau bunuh diri? Kamu saja yang tidak bisa mengemudi mobil dengan benar!" sungut Laras kesal sambil melepaskan pegangan tangan pria itu dengan kasar.
Beberapa detik lalu dia merasa gemetaran saat melihat mobil itu melaju kencang ke arahnya dan hampir saja menabrak tubuhnya. Namun, belum reda ketakutan dan keterkejutannya, tiba-tiba seseorang datang memakinya. Seketika ketakutannya menghilang berganti dengan kemarahan yang siap meledak.
"Kau bilang aku tidak bisa mengemudi? Kalau aku tidak bisa mengemudi, kamu pasti sudah tergeletak di sana dalam keadaan tak bernyawa!" teriak Nalendra. Bisa-bisanya perempuan ini mengatakan dirinya tidak bisa mengendarai mobil. Tahukah dia? kalau di luar negeri sana dia bahkan sering ikut balapan di sirkuit mobil bersama beberapa temannya.
"Dasar perempuan gila!"
"Kau bilang aku perempuan gila? Kau yang gila! Tidak bisa pakai mobil tapi sok-sokan pakai mobil!"
"Kau!" Nalendra menunjuk perempuan dengan telunjuknya.
"Kenapa? Benar bukan apa yang aku katakan? Kau hampir saja menabrakku, bukannya minta maaf tapi kau malah memakiku. Dasar pria gila!" teriak Laras. Amarahnya naik seketika melihat sikap arogan pria itu.
"Kalau tidak bisa mengemudi mobil, tidak usah sok-sokan mengemudi mobil! Bisa-bisa semua orang di jalanan kamu tabrak karena kamu tidak bisa menyetir!" Perempuan itu tak berhenti mengomel, sementara
Nalendra menatap tak percaya pada ucapan perempuan di depannya itu. Tangannya mengepal erat, amarahnya sudah naik ke ubun-ubun.
Namun, saat Nalendra ingin memaki perempuan itu, suara klakson mobil terdengar bersahutan menghentikan perdebatan mereka. Laras segera beranjak dari depan Nalendra, kedua matanya menatap tajam ke arah Nalendra. Begitu pun Nalendra yang tak kalah tajam menatap Laras.
"Dasar pria gila!" Mulut mungil Laras kembali mengeluarkan suara yang membuat amarah Nalendra kembali naik. Namun, lagi-lagi bunyi klakson mobil di belakangnya terdengar memekakkan telinga.
"Sial!" Nalendra memaki dengan kesal.
"Urusan kita belum selesai, perempuan gila!"
Mendengar umpatan pria itu, Laras kembali naik darah.
Perempuan itu mendekati Nalendra kemudian mendorong pria itu dengan marah.
"Kau yang gila! Sudah salah, bukannya meminta maaf, tetapi malah memakiku. Dasar pria sombong! Kalau kau tidak bisa me-"
Suara klakson mobil menghentikan ucapan Laras. Perempuan itu menatap mobil yang berjejer di belakang mobil pria itu. Terlihat wajah kesal para pengemudi mobil yang sengaja melongokkan kepalanya sambil memencet klakson mobil. Laras seolah baru menyadari kalau dirinya dan pria itu sudah menyebabkan kemacetan panjang. Dengan kesal, perempuan itu berlalu dari hadapan Nalendra.
"Dasar pria gila!" Mulut Laras masih tak berhenti mengumpat.
Tak jauh berbeda dengan Laras, Nalendra pun beranjak menuju mobilnya, kedua tangannya masih mengepal erat menahan amarah. Seandainya saja dia tidak berada di jalanan umum, pria itu pasti akan membuat perhitungan dengan perempuan sombong itu.
Seumur hidup, baru kali ini ada perempuan yang berani memakinya. Selama ini perempuan mana pun yang melihatnya pasti akan terpesona dan bertekuk lutut saat melihatnya, tetapi, perempuan itu justru memakinya. Bahkan tidak tampak sama sekali terlihat kalau perempuan itu terpesona padanya.
Apa pesonanya sebagai pria tampan menghilang setelah dia sampai di Indonesia?
Nalendra menggelengkan kepalanya, sambil melajukan mobilnya. Kedua matanya melirik perempuan yang tadi membuatnya kesal. Perempuan itu kini sudah berdiri di trotoar di antara pejalan kaki lainnya.
Seandainya dia kehilangan daya tariknya dan pesonanya sebagai pria paling tampan, tidak mungkin semua perempuan di supermarket tadi menatapnya sampai air liur mereka menetes.
Sepertinya, selain gila, perempuan itu juga buta, hingga tidak bisa melihat ketampanannya.
Laras bergegas masuk ke dalam taksi online yang di pesannya. Dia hampir saja terlambat dari waktu yang sudah ditentukan oleh sang majikan.
Perempuan itu pulang dengan hati dongkol. Sudahlah sakit ditinggal suami menikah, ditambah lagi kesal gara-gara bertemu pria gila dan menyebalkan. Lengkap sudah penderitaan!
******
Laras bergegas melangkah lewat pintu belakang. Perempuan itu baru saja sampai di rumah besar Tuan Naufal Chandra. Suasana rumah masih terlihat ramai oleh tamu undangan. Sesampainya di dapur, Laras melihat Nyonya Aline sudah berada di dapur menanyakan keberadaannya. Dengan gegas, Laras berlari mendekati sang majikan.
"Maafkan saya, Nyonya. Saya sedikit terlambat." Napas Laras naik turun.
"Kamu tidak terlambat, tapi hampir terlambat." Nyonya Aline menatap Laras yang terlihat merasa bersalah. Seorang asisten WO yang sedari tadi menunggu kedatangan Laras, bergegas mengambil beberapa paper bag berisi bunga mawar yang Laras beli.
"Maafkan, saya, Nyonya. Di jalan tadi saya ketemu pria gila yang hampir saja membuat saya celaka, makanya saya terlambat," ucap Laras. Raut wajahnya berubah kesal saat mengingat kejadian beberapa saat lalu.
"Kamu bertemu pria gila yang hampir membuatmu celaka?" Nyonya Aline menatap asisten rumah tangga yang baru bekerja di rumahnya selama dua minggu itu.
"Tapi kamu tidak apa-apa, kan?"
"Tidak apa-apa, Nyonya. Untung mobil pria gila itu berhenti tepat di hadapan saya, jadi saya selamat," jawab Laras.
"Kau bilang dia pria gila? Tapi bawa mobil?" tanya Nyonya Aline bingung.
"Begini, Nyonya-"
"Mommy!" Nyonya Aline menoleh ke arah suara.
"Nalendra?" Wajah Nyonya Aline berbinar. Perempuan paruh baya yang masih terlihat cantik itu kemudian mendekati sang putra yang sangat dirindukannya. Dia sangat senang karena putranya akhirnya pulang untuk menghadiri pernikahan adik kembarnya. Mereka berdua berpelukan.
Sementara Laras yang belum sempat melanjutkan ucapannya, menoleh ke arah mereka berdua.
Perempuan itu membekap mulutnya dengan kedua tangannya, saking terkejut. Tidak percaya dengan apa yang dia lihat di depannya.
Nalendra yang sedang memeluk Nyonya Aline langsung melepaskan pelukannya saat netranya tak sengaja menangkap wajah perempuan yang saat ini berdiri tidak jauh darinya.
"Kamu lagi?!"
Nalendra menatap Laras tak percaya. Kenapa perempuan ini ada di mana-mana?
"Kamu kenal sama Laras?"
"Nyonya. Dia pria gila yang hampir saja menabrak saya di jalan tadi," ucap Laras dengan berapi-api, tetapi sedetik kemudian ia kembali menutup mulut, menyesali ucapannya saat mengingat kalau pria itu baru saja memanggil Nyonya Aline dengan sebutan Mommy.
'Mommy ....'
"Ya, Tuhan ... mati aku!"
Laras menatap pria itu. Sementara Nyonya Aline sedang menjelaskan siapa dirinya pada pria gila itu.
"Mommy! Sejak kapan Mommy punya asisten rumah tangga yang tidak punya etika seperti dia?!" Suara Nalendra menggelegar.
Kemarahan yang semenjak tadi dia tahan selama di perjalanan, meluap sudah. Apalagi, saat dia mengetahui siapa sebenarnya perempuan yang sudah membuatnya naik darah.
.
By: Nazwatalita
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
mala
aku mampir kak ,
2022-09-06
0
TePe
nah loh ....
2022-06-17
0
Kendarsih Keken
ada kocak2 nya juga ada nyesekkk nya juga kwerennn , 💪💪💪💜💜💜
2022-06-02
0