"Aku brengsek?" Perempuan itu menggerakkan bibirnya perlahan. Lidahnya terasa kelu untuk mengumpat akan perlakuan sang suami barusan.
Kalau dia brengsek, buat apa dia mencari keberadaan suaminya selama bertahun-tahun? Buat apa dia jauh-jauh pergi dari desa dan merantau ke kota ini?
Perempuan itu mencubit lengannya berkali-kali. Ya, terasa sakit. Ini bukanlah mimpi, tetapi kenyataan pahit.
Lima tahun dia menunggu, bukan waktu yang sebentar. Dia tetap bersabar sembari menunggu kabar dari suaminya. Betapa pengharapan ini dia pupuk sehingga terus tumbuh dan suatu saat dia bisa berkumpul kembali bersama sang suami dengan kondisi yang lebih baik. Galang lulus kuliah, bekerja dan menjemput mereka, dia dan putrinya untuk tinggal bersama kembali.
Harapan itu yang sekarang terhempas tiba-tiba saat dia mendengar kabar ini langsung dari mulut seorang Galang Pratama!
Perempuan itu masih meringkuk di rerumputan. mengusap kasar wajahnya yang bersimbah air mata. Matanya menatap nanar sang suami yang berlalu dari hadapannya.
"Ya Tuhan, kenapa aku dipertemukan dengannya dengan cara seperti ini?"
Laras bangkit dan dengan langkah tertatih dia kembali ke rumah.
*****
Percakapan disertai gelak tawa yang dia dengar secara tak sengaja di ruang tamu itu, masih terngiang-ngiang telinganya.
Laras berusaha meneguhkan hati meskipun dengan tubuh yang gemetaran. Dia tidak mau orang lain tahu hubungan spesial yang pernah terjadi dan sekarang masih terjalin antara dirinya dengan calon menantu majikannya.
"Astaga, Laras! Kamu kenapa?" Laras segera membekap mulut bi Minah.
"Sstt .... Aku tidak apa-apa, Bi. Hanya kelilipan."
"Tapi rok kamu kotor," bantahnya. Perempuan berumur sekitar lima puluh tahun itu mengamati penampilan Laras.
"Tidak apa-apa, Bi. Hanya terjatuh saat sedang menyapu halaman."
"Laras ijin ke kamar dulu ya, buat ganti pakaian." Perempuan itu berlalu menuju kamarnya. Sudut matanya menangkap bayangan Bi Minah yang terlihat mencurigai gerak geriknya.
Ya, siapa pun pasti akan curiga. Dia baru datang dari luar rumah dengan pakaian yang kotor, ditambah lagi wajahnya yang sembab, habis menangis. Fix, tentunya bukan sekedar jatuh biasa, kan?
Laras memasuki kamar sederhana yang terletak di bagian belakang rumah besar itu. Ruangan itu tidak berapa luas, hanya berukuran 3 x 3 meter. Bahkan isinya cuma kasur dan satu lemari pakaian.
Perempuan itu menanggalkan pakaiannya yang kotor kemudian melangkah menuju cermin. Hanya dengan mengenakan pakaian dalam, dia melihat bayangan tubuhnya sendiri.
Cantik.
Dia mengagumi kemolekan tubuhnya sendiri. Tak ada yang salah dengan fisiknya. siapapun lelaki yang melihatnya, pasti akan tergiur dengan lekuk tubuh bak model itu, walaupun sehari-hari dibalut dengan pakaian yang sederhana ala pembantu rumah tangga.
Laras tak habis pikir kenapa Galang tega meninggalkan dan memutuskan menikah dengan wanita lain?
Kalau soal cantik, dia pun tak kalah cantik, meskipun kecantikan yang dimilikinya hanyalah kecantikan khas pedesaan. Lantas, apakah karena harta?
Ya, mungkin saja. Apalagi mengingat nona mudanya adalah seorang putri pengusaha yang kaya raya, Tuan Naufal Chandra Wibowo, pemilik perusahaan media terkenal di negeri ini, CNI Grup.
*****
Sementara dari luar kamar, kesibukan sangat terasa. Orang-orang yang datang silih berganti. Mereka memiliki tugas masing-masing. Akad nikah Nadine dengan Galang rencananya akan dilaksanakan di rumah besar ini, sedangkan resepsi akan mengambil tempat di sebuah aula di hotel berbintang lima.
Galang sangat beruntung bisa mempersunting seorang gadis secantik dan sekaya Nadine Chandra, meskipun semua itu didapatnya dengan menaburkan garam diatas luka istri pertamanya.
Laras tidak peduli dengan segala hiruk pikuk di luar kamarnya. Dia masih terus menangis meratapi nasibnya yang malang. Andaikan dia tahu bahwa kejadiannya akan seperti ini, tentunya lebih baik tidak usah kemana-mana, lebih baik dia tidak tahu fakta yang sebenarnya dan yang terjadi di dengan suaminya.
Andai waktu bisa diputar, lebih baik dia tidak pernah menikah dan menuruti wasiat yang dianggapnya konyol itu. Untuk apa Galang menikahinya, kalau setelah sebulan dia malah pergi dengan menitipkan benih di rahimnya? Ah, kepala Laras mendadak pening.
"Laras!" teriak bi Minah tertahan saat membuka pintu kamar.
"Kamu kenapa Laras? Kenapa menangis?" Perempuan tua itu mendekat.
"Tidak apa-apa, Bibi, hanya sedikit pusing. Maaf ya, Laras belum bisa membantu pekerjaan Bibi."
"Tidak apa-apa, istirahat saja dulu," sahut Bi Minah. "Nanti setelah orang-orang itu pergi, kamu kembali bekerja dan membersihkan seisi rumah ini."
Ya, tugas Laras di rumah ini adalah membersihkan seisi rumah dan memastikan semua perabot yang menghiasi rumah besar bak istana ini tetap bersih dan teratur.
"Iya, Bi. Laras memang ingin istirahat dulu sebentar." Laras memejamkan mata sejenak.
Tangan tua itu terulur dan menempel di dahi Laras.
"Dahimu hangat, Laras. Baiklah, nanti akan Bibi carikan obat untukmu. Kamu berbaring saja dulu." Kepala tua itu menggeleng prihatin.
Perempuan tua nan baik hati itu segera meninggalkan kamar, setelah menutup pintunya rapat-rapat. Laras menghela napas. Dia berusaha memejamkan mata.
Sementara di luar kamarnya, suara hiruk-pikuk semakin terasa. Orang-orang yang berasal dari wedding organizer tengah sibuk mendekor ruangan tempat acara akad nikah berlangsung. Kesibukan yang tak kalah juga terjadi di dapur. Para pelayan yang sibuk memasak untuk dihidangkan kepada orang-orang itu.
Suara barang-barang yang diletakkan. Gelak tawa dan cerita tentang sang putri raja yang jatuh cinta kepada seorang lelaki dari kalangan biasa, menghias percakapan diantara orang-orang itu. Suaranya semakin sayup terdengar di telinga Laras.
Fisik dan hatinya yang lelah membuat perempuan muda itu begitu mudah tenggelam ke alam mimpi.
*****
Sementara itu, tanpa disadari oleh seorangpun yang berada di rumah besar bak istana ini, sepasang mata memperhatikan gerak-gerik Laras yang melangkah tertatih menuju dapur dan akhirnya masuk ke dalam kamar.
Sepasang mata setajam elang itu tak mau kehilangan menangkap sekecil apapun yang tampak di depan mata. Seorang wanita yang telah dia tinggalkan lima tahun yang lalu dan akhirnya bertemu kembali hari ini.
Lelaki itu berjalan mondar-mandir, sesekali ia berbicara dengan orang-orang yang tengah mempersiapkan keperluan pernikahannya.
Dia terus berjalan menyusuri setiap lorong yang ada di rumah ini dan berhenti di dapur. Lelaki itu menghampiri Bi Minah yang terlihat tengah membuat secangkir teh.
"Lagi buat apa, Bi?" tegur Galang tiba-tiba.
Perempuan tua itu terkesiap. Matanya terbelalak saat melihat siapa sosok yang tengah berdiri tepat di belakangnya.
"Den Galang?" Lirih perempuan tua itu.
"Kenapa ke sini?"
By : Jannah Zein
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Kendarsih Keken
syedih buat Larasss
dan kenapa Laras di tinggal kan Galang pdhl usia pernikahan mereka baru berjalan sebulan , perjodohon yng seperti apa sehingga mereka Laras dn Galang bisa menikah
2022-06-02
1
Alyn azzis
semoga laras nnti dpat gntinya yg lebih baik lebih tampan n lebih tajir tentunya...
2022-01-16
0
IG: Warnyiwarnyi
wasiat apa, dari siapa...🤔
2021-12-17
1