DIA JUGA SUAMIKU
Laras berdiri memaku tubuhnya, menatap sepasang pengantin yang saat itu sedang melakukan proses ijab kabul. Dadanya terasa sesak, ribuan jarum terasa menusuk-nusuk hatinya hingga membuat Laras kesulitan bernapas.
Mati-matian perempuan itu menahan air matanya agar tidak jatuh membasahi pipinya. Kedua tangannya mengepal, meredam emosi yang bergejolak di dadanya.
Seluruh keluarga bersuka-cita, begitu pun para tamu undangan yang hadir. Mereka mengucap syukur setelah kedua mempelai akhirnya sah menjadi sepasang suami istri.
Laras menatap satu persatu keluarga dari mempelai pria. Laras jelas tidak asing dengan wajah mereka. Mereka adalah orang-orang yang selama ini selalu mengatakan padanya kalau mereka tidak pernah mengetahui tentang keberadaan suaminya. Suami yang sudah lima tahun meninggalkan Laras tanpa kabar berita.
Namun, kini mereka ada di sana. Tertawa bahagia tanpa ada rasa bersalah sedikitpun. Begitu pun dengan dia, pria yang baru beberapa detik yang lalu selesai mengucapkan ijab kabul di depan semua orang.
Dia, pria itu ... adalah pria yang sama yang pernah mengucapkan ijab kabul di depannya lima tahun yang lalu.
Galang Pratama, sang suami yang menghilang tanpa kabar, kini berada di sana, duduk di pelaminan bersama mempelai pengantin perempuan yang kini telah resmi menjadi istrinya.
Dunia Laras seolah berhenti, hatinya hancur seketika. Dia tidak pernah menyangka kalau pria yang masih berstatus sebagai suaminya itu hari ini menikah dengan orang lain.
Setelah kepergiannya saat itu, Galang tidak pernah sekalipun mengabarinya. Namun, sebagai istri, Laras tetap menunggu dan selalu setia padanya. Laras berkali-kali datang ke rumah saudara-saudara Galang yang masih tinggal satu kampung dengannya, tetapi mereka selalu mengatakan kalau mereka tidak pernah mengetahui keberadaan Galang. Namun, hari ini Laras melihat mereka semua berkumpul di sana. Menyaksikan Galang menikah dengan perempuan itu, perempuan yang yang saat ini berstatus sebagai Nona Mudanya. Anak dari majikan tempatnya bekerja saat ini.
Laras terus menatap ke arah mereka di sana. Seandainya saja bisa, dia ingin sekali berlari ke sana dan berteriak pada semua orang kalau pria itu adalah suaminya. Namun, semua itu jelas tidak mungkin. Apalagi, pertemuannya dengan sang suami untuk pertama kalinya setelah lima tahun tidak bertemu justru berakhir dengan pertengkaran.
Pandangan mata Laras tak sengaja bertemu dengan tatapan Galang. Di sana, suaminya terlihat tampan dan gagah, bersanding dengan sang putri majikan yang terlihat bak ratu kecantikan. Sementara dirinya, berdiri di sini melayani tamu dengan baju seragam pelayan. Sungguh berbanding terbalik dengan mereka berdua. Laras memutuskan pandangannya, perempuan itu bergegas keluar dari kerumunan para tamu undangan. Sekuat apa pun dia mencoba, tetap saja dia tidak sanggup berdiri lebih lama di sana. Menyaksikan pria yang bertahun-tahun dia cintai bersanding di pelaminan dengan perempuan lain.
******
Dua hari sebelum pernikahan
Laras hampir saja menjatuhkan nampan berisi minuman di tangannya saat melihat siapa tamu yang datang ke rumah majikannya. Kedua tangannya yang memegang nampan tampak bergetar. Netranya menatap satu persatu orang-orang yang duduk di ruang tamu. Mereka semua pun terlihat terkejut saat melihat dirinya.
"Laras, ayo cepet suguhkan minumannya." Suara lembut sang majikan menyadarkan Laras.
"Ba-baik, Nyonya." Laras mendekat, meletakkan satu persatu minuman yang ia bawa di depan para tamu. Pandangan matanya menatap penuh kerinduan pada sosok tampan yang duduk tak jauh dari tempatnya saat ini. Laras hampir saja menyebut nama pria itu, tetapi suara majikannya membuatnya seketika membeku.
Dengan gemetar, Laras beranjak dari tempat itu. Kata-kata majikannya yang menyebut tentang pernikahan putri semata wayangnya dengan pria itu menghancurkan hatinya berkeping-keping.
Perempuan itu segera berlari ke belakang rumah besar sang majikan. Di sana, Laras menumpahkan air mata yang sedari tadi dia tahan. Laras menepuk-nepuk dadanya yang terasa sesak. Berharap, semoga saja apa yang di dengarnya itu tidak lah benar.
Pria itu, adalah pria yang selama lima tahun ini dia tunggu kabarnya. Pria yang setiap malam menghiasi mimpinya. Pria yang sangat dirindukan oleh sang putri semata wayangnya untuk dipanggil ayah.
Namun, kata-kata sang majikan yang menyebut tentang pernikahan pria itu dengan putrinya membuat hati Laras hancur seketika.
Laras terlonjak kaget, saat tiba-tiba sebuah tangan besar membekap mulutnya. Perempuan itu meronta, mencoba melepaskan diri, tetapi tenaganya kalah kuat.
"Diam!"
Laras membelalakkan mata saat melihat siapa orang yang telah membekapnya.
"Aku akan melepaskanmu, tapi kau harus diam!" Pria itu menatap Laras dengan penuh amarah.
Laras menganggukkan kepalanya, menatap tak percaya pada sosok pria di depannya.
"Mas Ga-la-ng …." Napas Laras terengah-engah.
"Kenapa kau ada di sini?!" Galang menatap penuh kemarahan.
"Mas Galang." Laras bermaksud memeluk pria itu, tetapi dengan kasar pria itu justru mendorong tubuh Laras hingga perempuan itu terjatuh.
"Mas, kamu …."
Laras menatap Galang dengan kedua mata berkaca-kaca. Tidak menyangka kalau pria itu dengan kasar mendorongnya.
Galang kembali mendekati Laras, menarik tangan perempuan itu hingga kembali berdiri, setelah itu, dengan tanpa belas kasihan tangan besarnya mencengkeram leher Laras.
"Dengar Laras! Jika sampai kau membocorkan rahasia tentang kita pada keluarga ini, aku pastikan, kau akan menderita seumur hidup!"
Laras menggelengkan kepalanya, sambil berusaha melepaskan cengkraman tangan Galang yang mencekik lehernya.
"Aku akan membawa Ruby pergi jika sampai kau membocorkan tentang pernikahan kita pada mereka!"
Laras masih menggelengkan kepalanya, napasnya terasa sesak karena cengkraman tangan Galang semakin mengencang.
"Kamu dengar, bukan, apa yang aku katakan?" Kedua mata Galang menatap tajam penuh amarah.
Tubuh Laras semakin melemah karena hampir kehabisan napas, perempuan itu akhirnya menganggukkan kepalanya. Galang melepas cengkeraman tangannya kemudian menghempaskan tubuh perempuan itu hingga kembali terjatuh.
Laras terbatuk, perempuan itu menghirup oksigen dengan rakus, setelah beberapa detik yang lalu hampir separuh napasnya terhenti. Tangannya memegangi leher bekas cengkraman sang suami. Suami tercinta yang baru pertama kali ditemuinya setelah lima tahun berpisah.
Belum sempat Laras menetralkan napasnya, pria itu kembali mendekati Laras, kemudian menarik rambut perempuan itu. Laras meringis kesakitan. Wajahnya mendongak tepat di hadapan pria itu.
"Sekali lagi aku ingatkan padamu, jika sampai kau berani membongkar rahasia pernikahan kita, aku pastikan kau tidak akan pernah melihat Ruby lagi seumur hidupmu!"
"Tidak, Mas, jangan bawa Ruby pergi dariku, aku mohon …."
"Kalau begitu, tutup mulutmu serapat mungkin. Apa kau mengerti?!" Galang dengan tanpa belas kasihan kembali menarik rambut Laras, perempuan itu menangis merasakan sakit di kepalanya. Kedua matanya yang penuh air mata menatap tak percaya pada Galang.
Galang melepaskan tangannya dari rambut Laras, tak cukup sampai di situ, pria itu kembali mendorong tubuh Laras, hingga perempuan itu kembali terjatuh, meringkuk di atas rerumputan yang basah.
"Dasar perempuan brengsek!"
Galang berlalu meninggalkan perempuan itu. Bertemu dengan perempuan itu mengingatkan dia pada luka lamanya.
'Sial! Kenapa aku harus bertemu lagi dengannya?'
By: Nazwatalita
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Aas Azah
punya suami kyk gitu mah buang aja kelaut😠
2022-12-26
0
Ennyyl
AQ suka cerita yg lngsng kaya gini
2022-11-04
0
Mamah
kan sudah ditinggal 5 tahun tanpa kabar, ya sudah jatuh talak bukan?
2022-09-04
0