Hari yang berbeda dari sebelumnya

kini Xylia sudah terbaring di tempat tidurnya ditemani sang ayah dan dokter yang memeriksa tubuhnya. Tidak hanya itu, kepala pelayan Ali juga berada di sana bersama beberapa pelayan lainnya yang berdiri di belakangnya.

Ali yang juga merasa bersalah karena dirinya yang tidak tahu menahu tentang nona mudanya itu, ia mengutuk dirinya sendiri dan dirinya juga berjanji akan lebih memperhatikan nona Xylia serta tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Dokter Malik yang menangani Xylia mulai menyelesaikan tugasnya, ia adalah dokter langganan keluarga Xylia bahkan dirinya sudah seperti anggota keluarga di rumah itu.

Umurnya yang masih muda dan memiliki wajah tampan itu selalu menarik perhatian para wanita tak terkecuali Xylia yang sering kali beradu mulut dengan dokter Malik jika bertemu satu sama lain. Pasalnya, Xylia terlalu lelah serta bosan selalu melihat Malik.

Dirinya yang selalu di periksa kesehatannya setiap minggu itu menjadi faktor utama Xylia membenci dokter Malik. Setiap minggu itu pun Xylia selalu menatap tajam dokter Malik yang memeriksanya, bahkan Malik menambah kekesalan gadis kecil itu dengan tawa ciri khasnya.

Namun kali ini situasinya berbeda, Xylia dengan wajah polosnya tidak lagi menatap dokter Malik dengan tajam. Malik sudah di anggap sebagai seorang kakak oleh Xylia, walaupun terkadang pertengkaran kecil sering terjadi di antara keduanya.

“So, adikku yang manis. Bisakah kau memberiku tatapan tajam mu seperti waktu itu.” Ujar Malik sembari telunjuknya memutar di samping kepalanya dengan senyum manis di wajahnya, Xylia tertawa kecil melihatnya dan membuat suasana di kamar itu menjadi lebih rileks dan tidak menegangkan seperti sebelumnya.

“Wajah kak Malik tidak membuat Xylia berselera.” Dengan wajah tak bersalahnya itu, dokter Malik hanya bisa tertawa mendengarnya.

“Baiklah-baiklah asal itu membuatmu bahagia.”

Sambil bangkit dari duduknya, dokter Malik langsung mengungkapkan hasil dari pemeriksaannya tadi dan melupakan percakapan kecilnya.

“Kesehatan nona muda tidak seburuk yang dibayangkan, hanya saja ia membutuhkan waktu istirahat yang banyak. Dan untuk beberapa luka di tubuh nona, saya akan memberikan obatnya. Nona hanya perlu beristirahat, dan jangan lupa untuk tersenyum.” Jelas dokter Malik sembari tersenyum.

“Terima kasih kak Malik.” Jawab Xylia penuh keceriaan. Alex yang masih menggenggam tangan putrinya itu hanya bisa menghela nafasnya mendengar putrinya yang baik-baik saja. Dirinya masih tersulut emosi, ia akan bertindak dengan cepat untuk memberi pelajaran pada istri keduanya itu.

“Kalau begitu, ayah akan pergi dulu dan membiarkanmu beristirahat. Ali, tolong jagalah putriku dengan baik.” Titah Alex pada kepala pelayan Ali.

Umur Ali lebih tua dari dokter Malik namun wajahnya tetap sama-sama tampan, ia langsung mengangguk cepat dan semangat melaksanakan tugasnya.

“Baik tuan, saya berjanji tidak akan melakukan kesalahan yang sama.” Alex mengangguk pelan sembari dirinya berjalan meninggalkan kamar putrinya.

Di susul juga dengan dokter Malik yang akan kembali ke rumah sakit tempat dirinya bekerja. Bukan hanya sebagai dokter yang ia lakoni, namun dirinya juga yang bekerja sebagai pemilik rumah sakit itu masih harus bisa mengatur waktunya untuk membagi tugas. Sebagai seseorang yang paling penting, Malik dengan rendah hati tidak pernah menyombongkan dirinya yang memiliki derajat tinggi itu.

“Kalau begitu sampai berjumpa lagi gadis manis, jujur saja kau sedikit galak.”

“KAKAK.” Teriak Xylia pada kakak dokternya itu yang berjalan cepat meninggalkan kamar Xylia dengan tersenyum puas.

Setelah semua orang pergi dari kamar Xylia, terkecuali paman Ali beserta pelayan lainnya. Ali menghampiri nona mudanya itu yang berusaha bangun dari tidurannya, dengan sigap beberapa pelayan yang berada di belakang Ali membantu Xylia menyenderkan tubuhnya.

Padahal hal sepele itu Xylia bisa melakukannya sendiri tanpa bantuan dari orang lain, namun dirinya tidak bisa membantah maupun menolak bantuan dari paman Ali.

“Paman Ali tidak usah khawatirkan aku, Xylia baik-baik saja kok.” Ujar Xylia dengan senyum manisnya, tingkah lakunya itu malah membuat paman Ali semakin merasa bersalah.

Kesalahan yang menurutnya sudah benar-benar fatal dan tidak dapat di maafkan, dirinya benar-benar akan melakukan yang terbaik untuk nona mudanya itu. Seper kian detik setelah Ali menundukkan kepalanya ia mendapati Xylia yang menatap beberapa pelayan lain yang masih di kamarnya itu. Dari tatapannya Ali mengetahui bahwa itu menandakan nona mudanya menyuruh mereka untuk keluar dan meninggalkan mereka berdua.

“Kalian boleh pergi dan menunggu di luar saja.” Ucap Ali pada pelayan lainnya.

Segera mereka semua pergi meninggalkan kamar dengan menundukkan tubuh mereka yang berarti permisi dalam bahasa tubuh atau bisa menandakan perbuatan untuk menghormati.

“Kenapa paman menyuruh mereka pergi?” Tanya Xylia pura-pura tidak tahu walau dirinya tahu jika Ali mengetahui dirinya sedang berbohong.

“Apa ada yang nona inginkan?” Ali segera mengganti topik, ia tahu jika itu tidak sopan dan tidak punya etika namun dirinya tidak merasa bersalah karena pandangannya menangkap wajah cemberut Xylia.

Namun dibalik semua itu, Xylia akhirnya tersenyum geli seolah ada hal yang lucu yang membuatnya menahan tawanya.

“Aku ingin Bulbul, di mana dia sekarang?” tanya Xylia dengan wajah takutnya, takut kehilangan kelinci kesayangannya. Ia segera membuang seliimut yang menutupi tubuhnya ke sembarang arah. Sontak Ali tergopoh-gopoh membantu nona mudanya dengan menghentikan aksinya mencari Bulbul.

“Nona, kumohon jangan bergerak. Bulbul, dia baik-baik saja dan sekarang di sedang tidur di kamarnya.” Jelas Ali menenangkan Xylia yang sudah panik mencari Bulbul.

*Bulbul adalah kelinci kecil kesayangan Xylia, kelinci yang berbeda dari kelinci lainnya yang ada di dunia. Bulbul memiliki bulu yang lebat, serta warna bola matanya biru tua ditambah bulunya yang putih ke ungu ungu-an.

Dia adalah kelinci betina yang sangat menggemaskan, selalu mengikuti dan jinak pada Xylia. Seperti halnya manusia, Bulbul mendapat tempat tidurnya sendiri walau memang terkadang dirinya tidur bersama Xylia.

Sifatnya yang selalu menjaga kebersihan adalah ciri utama Bulbul. Usianya yang masih kecil sekitar umur 4 tahun, karena itulah Bulbul adalah hewan yang paling di sayang Xylia*.

Berbagai hewan peliharaan lainnya seperti burung dalam sangkar yang indah serta hewan lainnya berada di dalam sana, namun di ruangan yang berbeda. Agar tidak mengganggu, Xylia akan menutup ruangan bak taman itu agar suara burung serta lainnya tidak lagi mengganggu dirinya.

Belum sempat paman Ali melangkahkan kakinya untuk pergi mengambil Bulbul, terlihat hewan berbulu lebat berlari ke arah mereka dan meloncat ke berbagai perabotan kamar hingga naik di tempat tidur Xylia.

Itu adalah anjingnya kecilnya, sama seperti kelinci Bulbul anjing itu di beri nama oleh Xylia yaitu Popi si anjing kecil berbulu lebat. Warnanya putih serta menggemaskan, Popi yang sudah berada di tempat tidur langsung meringkuk dan bergelut manja di tubuhnya Xylia.

Melihat yang datang ternyata Popi, paman Ali segera kembali melangkahkan kakinya mengambil Bulbul di tempat tidurnya. Sengaja dirinya yang langsung mengambil Bulbul dengan tangannya sendiri, ia tahu jika nona mudanya itu tidak suka jika sesuatu yang menjadi miliknya tidak dapat disentuh oleh orang lain tanpa ijinnya.

Paman Ali yang melihat Bulbul berusaha turun dari tempatnya langsung ia angkat tubuh kecil itu dan membawanya pada nona Xylia.

Terpopuler

Comments

Tanpa Nama

Tanpa Nama

Gini nih, rasanya punya kakak dokter. ganteng pula

2022-02-11

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!