Awal Mula

Sekolah menengah pertama adalah masa yang indah dan menyenangkan, kini Xylia telah memasuki sekolah menengah pertama ini di saat usianya masih muda. Ia menjadi murid paling muda yaitu di usianya yang ke-9 tahun. Dengan kecerdasan yang ia miliki membuatnya di hormati walau usianya yang masih muda, di sekolah ia menyembunyikan identitas aslinya sebagai putri pengusaha yang kaya raya.

Walaupun ia masih kecil, namun ia sudah bisa berpikir layaknya orang dewasa. Ibu tirinya malah menyukai idenya yang gila itu untuk menutupi identitasnya.

“Biarlah sayang, jika memang Xylia ingin menyembunyikan identitasnya juga tidak apa-apa. Toh, kalau ada apa-apa kamu kan bisa turun tangan.” Ujar Zelina meyakinkan Alex yang duduk termenung setelah mendengar permintaan konyol dari putri tercintanya itu.

Alex memijat pelan batang hidungnya, ia berpikir dirinya telah gagal menjadi seorang ayah yang baik sampai-sampai anaknya sendiri tidak ingin identitasnya diketahui. Kesibukan dirinya di dunia kerja membuat ia berpikir sempit dengan cara menikahi wanita yang ia bisa harapkan untuk menjadi pengganti ibu kandung Xylia.

Tidak pernah ia pikirkan bahwa ia akan menikahi Zelina, mantan pacarnya waktu sekolah menengah. Namun dirinya tidak menyangka bahwa sebenarnya Zelina telah memiliki anak di luar nikah, apakah ia telah mengambil keputusan yang salah karena telah menikahi Zelina? Pertanyaan itu sering muncul dalam pikirannya selama ini.

Namun melihat ketulusan Zelina yang mencintai putrinya itu membuat ia menghapus dan memusnahkan pertanyaan tadi.

“Sayang, tenang saja oke! Aku yang akan lindungi Xylia, kamu juga kan tahu kalau aku sangat mencintai Xylia seperti anakku sendiri.” Zelina dengan tidak malunya meyakinkan Alex dengan kata-kata busuknya, ia tidak tahu jika Xylia mendengar pembicaraannya di ujung sana. Sebagai seorang anak, Xylia mempunyai rasa dendam pada ibu tirinya itu.

Bagaimanapun saat Alex tidak ada di rumah, Zelina akan memperlakukannya seperti budak. Xylia telah merasa bodoh tiga tahun terakhir ini yang selalu menerima perlakuan ibu tirinya itu, kini ia tidak akan ditindas lagi dan itu sudah menjadi hal mutlak dalam hatinya. Xylia meninggalkan tempat Zelina dan Alex berbincang, ia berlari menaiki tangga menuju kamar pribadinya.

“Baiklah, apa yang kau ucapkan ada benarnya. Aku akan menuruti kemauannya, bantulah dia dan jaga dia dengan baik. Kau mengerti itu?” Zelina mengangguk semangat setelah Alex menyetujuinya, tidak sia-sia ia bicara panjang lebar hanya untuk meyakinkan suaminya itu.

“Kalau begitu aku akan pergi melihat anakku dulu dan memberitahukan persetujuan mu ini.” Ujar Zelina dengan wajahnya yang sumringah.

“Hem...”

Segera Zelina meninggalkan ruangan dan bergegas menuju kamar Xylia yang berada di lantai paling atas, ia sesekali mengumpat pada anak tangga yang ia pijak. Saking banyaknya tangga yang ia naiki, sampai ia terengah-engah dibuatnya. Hal itu bukan tanpa sebab, lift yang ada di rumah mewah itu sengaja dirusak oleh Xylia. Ia melakukannya agar tidak ada yang mau memasuki kamarnya yang berada paling atas, Alex sering kali membujuknya untuk pindah kamar. Namun Xylia menolaknya mentah mentah, baginya tempat paling nyaman adalah tempat ia bersantai dan itu adalah kamar pribadinya.

Lift mungkin akan berfungsi kembali setelah perbaikan benar-benar telah selesai. Xylia tersenyum puas melihat ke bawah di mana ibu tirinya sedang bersusah payah menaiki tangga. “Rasakan itu penyihir tua.” Umpat Xylia saking dendamnya ia pada ibu tirinya itu, untungnya ibu tirinya itu tidak mendengarnya tapi sepertinya dia tahu bahwa Xylia sedang mengumpatnya. Hal itu membuat Zelina mempercepat langkahnya, “Anak itu pasti sedang mengumpat ku, kurang ajar.”

Melihat Zelina sudah hampir sampai, Xylia segera berlari ke kamarnya dan menutup keras pintunya. Zelina sempat terjungkal kaget, sambil mengusap dadanya yang berdetak dengan cepat.

“Anak itu benar-benar kurang ajar, omo-omo jantungku.”

Tok Tok Tok

“Xylia, buka nak ibumu ingin bertemu denganmu.” Zelina mencoba dengan lemah lembut agar Xylia membuka pintunya, dalam hatinya ia benar-benar sudah berada di ujung batas kesabarannya. Zelina berkali-kali mengumpat anak tirinya itu dengan kata-katanya yang kasar, bahkan ia sempat berpikir akan membakar anak itu hidup-hidup di dalam sana.

“Xylia, buka pintunya sayang.” Goda Zelina agar Xylia keluar dari kamarnya.

Namun di seberang sana, seorang gadis lainnya sedang menatap ibunya dengan penuh kebencian dan penuh kedengkian. Terlihat Leta memegang erat pinggiran tangga, kukunya terlihat memutih dan tatapan nanar nya menatap ibunya. Ia merasa tidak rela saat ibunya memanggil Xylia dengan penuh kasih sayang, “Mama.” Teriak Leta.

“Leta.” Gumam Zelina setelah ia mendengar teriakan putri kandungnya itu, ia segera membalikkan badannya terkejut ia ditatap penuh amarah oleh putrinya itu. Ia segera berlari ke arah putrinya dan merangkul kedua bahunya penuh sayang.

“Mama, kenapa mama panggil Xylia sayang? Mama, mama masih sayang kan sama Leta? Mama gak mungkin sayang sama Xylia kan?” Leta segera melontarkan berbagai pertanyaan pada ibunya itu, Leta mulai menitihkan air matanya tidak rela dan merasa sakit hati.

“Ssshhh...dengar mama itu hanya pura-pura, setelah nanti anak itu keluar dari kamarnya, mama bakalan kasih pelajaran sama anak itu.”

“Aku ikut.” Tiba-tiba Leta meminta ikut andil saat tiba waktunya mereka memberi pelajaran pada Xylia.

Tidak heran jika Zelina mengangguk setuju dengan permintaan Leta, tiga tahun terakhir ini mereka berdualah yang selalu bekerja sama untuk menindas Xylia, penindasannya pun biasanya dilakukan di tempat yang terbebas dari kamera CCTV. Kamar mandi sering menjadi tempat penindasan Xylia, di tambah semua kamar mandi di rumah besar itu kebanyakan kedap suara.

Kini Zelina dan Leta sudah bersiap memulai aksinya, mereka berdua berjalan bersama dan berdiri di depan pintu kamar Xylia. Baru saja Zelina ingin membuka mulutnya ingin berbicara, namun perlahan-lahan pintu itu terbuka.

Seorang gadis cantik keluar dari kamarnya, seperti biasa Xylia selalu membuat orang terpana dengan penampilannya. Anggun dan elegan serta kerapian adalah salah satu hal yang penting untuk menunjang penampilan.

Leta yang melihat kecantikan alami dari Xylia membuat hatinya bertambah dengki serta nafasnya yang mulai memburu menandakan bahwa gadis itu sedang marah. Zelina segera menggenggam erat tangan putrinya itu agar tidak membuat keributan ataupun masalah yang nantinya harus mereka hadapi.

“Xylia, ibu ingin memberitahu sesuatu tentang ayahmu. Bolehkah kami masuk.” Zelina dengan manisnya membujuk Xylia agar bisa masuk ke dalam kamar Xylia.

Xylia memiliki kamar pribadi yang cukup luas dan berada paling atas, serta kamar itu adalah kamar yang paling indah untuk di tempati. Tak heran jika seseorang yang masuk ke dalam kamar Xylia terkagum-kagum dibuatnya.

Mengapa tidak, karena di dalamnya begitu indah bak taman di dongeng-dongeng. Perpaduan antara warna hitam-ungu serta warna -warna yang mencolok seperti hijau-dan biru.

Tanaman serta dekorasi di dalamnya benar-benar sangat menakjubkan, di tambah dengan hewan peliharaan seperti burung dan kelinci kesayangan Xylia menambah keindahan kamar itu. “Tidak apa-apa masuklah, bibi.” Seperti biasa Xylia memanggil Zelina dengan sebutan bibi di saat ayahnya tidak bersama mereka.

Di saat Zelina dan Leta masuk ke dalam kamar Xylia, mereka berdua tercengang melihat betapa indahnya kamarnya itu.

Xylia dasar bajingan, dia selalu mendapatkan yang lebih baik bahkan kamarnya pun sangat indah. Aku harus mencari cara agar kamar ini menjadi milikku, jika aku tidak bisa mendapatkannya maka Xylia juga tidak boleh memilikinya. Umpat Leta, kedengkiannya sudah terkumpul sangat banyak.

Seperti halnya uang, jika seseorang itu memiliki banyak uang serta kekuasaan maka bisa dipastikan orang itu akan memiliki sifat keserakahannya untuk mempertahankan apa yang mereka miliki.

Sama halnya dengan putri semata wayangnya itu, Zelina beberapa kali mengutuk Xylia dan mencari berbagai ide agar semua yang Xylia memiliki bisa ia kuasai.

“Kedengkian kalian terlihat sangat jelas di wajah busuk kalian berdua, aku tahu kalian sedang merencanakan sesuatu. Tapi aku tidak akan tertipu lagi dan menjadi orang bodoh, kita akan melihat siapa yang akan menang. Penyihir dan anaknya memang sama, huh.” Batin Xylia di balik senyumannya itu.

Terpopuler

Comments

💋ShasaVinta💋

💋ShasaVinta💋

ohhh ..... pura2 doang yah baik nya

2022-05-18

0

💋ShasaVinta💋

💋ShasaVinta💋

ibu tirinya masih abu2 nih ... beneran sayang atau gak SM xylia

2022-05-18

0

Tanpa Nama

Tanpa Nama

Aku suka semua ceritamu thor

2022-02-11

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!