Zelina perlahan berjalan mengelilingi kamar, setiap sentuhan pada benda yang ada di sana ia akan mengumpatnya habis-habisan dalam hatinya.
“Xylia.” Seru Zelina yang sedang memegang gelas hiasan di atas meja bundar.
“Iya bibi.” Jawab Xylia sambil menghampiri ibu tirinya, ia merasa tidak nyaman dengan kedatangan mereka berdua. Tiga tahun terakhir ini, Zelina dan Leta tidak mengetahui isi dari kamar pribadi Xylia.
Tidak pernah dirinya mengijinkan seseorang masuk ke dalam kamar kesayangannya itu, orang yang bisa masuk biasanya adalah pelayan yang akan membersihkan kamarnya dan ayahnya.
“Xylia, bibi hanya ingin memberitahu jika ayahmu sudah menyetujui keinginanmu. Kamu bisa pergi ke sekolah dengan identitas lain, seseorang akan datang untuk membantumu dalam penyamaranmu.” Jelas Zelina, jujur saja jika sebenarnya Xylia sudah mengetahui bahwa akan ada seseorang yang mungkin akan membantunya menyembunyikan identitasnya itu.
“Apa dia yang akan menjadi keluargaku juga?” Tanya Xylia dengan menatap ibu tirinya seperti anak kecil yang polos.
Leta hanya tertawa sinis mendengar pertanyaan konyol dari Xylia, sebagai balasannya Xylia menatap tajam ke arah Leta. Ditatap begitu tajam oleh Xylia, Leta hanya bisa berpura-pura menangis di depan ibunya. Xylia tahu jika eta pasti akan mengadu pada Zelina.
Namun ia tidak takut sama sekali, karena kamera tersembunyi sudah terpasang di berbagai tempat seperti kamar mandi.
“Mama, lihat dia. Xylia memelototiku dengan wajahnya.” Rengek Leta membuat Zelina menatap kesal pada Xylia, namun seketika Zelina waspada terhadap sekitar.
Ia menatap ke arah dinding atas, waspada dengan CCTV. Begitu lama dirinya mencari keberadaan CCTV, namun nihil tidak ada satu pun terpasang di sana.
Zelina sudah mulai gembira, dengan tidak adanya CCTV di sana maka ia dan putrinya Leta dapat melakukan apa pun terhadap anak tirinya itu.
Baguslah jika tidak ada CCTV, dengan begitu aku bisa sepuasnya menghukum anak itu. Batin Zelina, ia segera kembali menghampiri Xylia dan putrinya.
“Heh anak tiri, kemari sini.” Sambil mengkode dengan jarinya, Zelina menyuruh Xylia untuk mendekat padanya yang sudah duduk seperti ratu di sofa.
Xylia segera mendekat ke arah ibu tirinya itu, perlahan langkahnya mendekat dan seketika rambutnya di jambak dari belakang. Sontak, Xylia meringis kesakitan mendapati rambutnya di jambak begitu kuat oleh Zelina.
“DASAR ANAK KURANG AJAR, KAU BENAR-BENAR LAMBAN. JALAN SAJA SEPERTI SIPUT, HUH.” Dengan sangat keras, Zelina membanting Xylia ke lantai sedangkan dirinya kembali duduk di sofa sembari mengambil apel di mangkok.
Leta tertawa puas melihat Xylia yang kesakitan menahan rasa sakit di kepalanya, dengan angkuhnya ia berjalan dan duduk bersama ibunya dan menatap hina pada Xylia.
Bukti ini seharunya cukup kan untuk menyingkirkan mereka berdua, tapi sepertinya tidak. Bagaimana jika mereka berdua bisa mengembalikan keadaan dan malah menjadi bumerang bagiku. Pikir Xylia.
Bagaimanapun juga ibu tirinya itu sudah mulai mengambil alih hati ayahnya. Sulit baginya jika ia hanya memberikan satu bukti saja, Zelina wanita rubah itu pasti akan berakting dan Leta si muka dua itu akan membantu ibunya.
“Mama, aku ingin kamar ini. Kamar ini sangat indah, bisakah semuanya menjadi milikku.” Xylia langsung mendongak menatap Leta dengan kesal serta marah.
Beraninya Leta merengek hal itu pada Zelina, kamar ini adalah milikku tidak ada yang boleh mengambilnya. Aku akan membuat mereka menyesal jika berani mengambilnya dariku, aku bersumpah jika saja mereka apa pun yang menjadi milikku maka aku akan membuat mereka menyesal telah lahir di bumi ini.
“TIDAK, KAMAR INI MILIKKU KAU TIDAK BISA MENGAMBILNYA DARIKU.” Dengan penuh emosi, Xylia menatap ibu tirinya serta adik tirinya dengan penuh kebencian dan amarah. Sudah lama mereka menindas nya, kini tidak lagi.
Sudah saatnya mereka berdua mendapat balasannya, balasan dari apa yang telah mereka perbuat. Zelina marah dengan bentakan Xylia, ia bangun dan langsung menjambak kuat rambut Xylia. “BERANINYA KAU.” Dengan keras Zelina membanting Xylia ke meja, membuat punggung gadis itu terkena ujung meja dan menyebabkan luka.
Xylia tidak putus asa, ia bangkit dan mengambil sendok di meja di mana potongan buah sudah terpotong rapi siap di santap. Dengan cepat Xylia melempar sendok itu ke arah Leta yang sedang duduk manis menonton pertunjukkan. Dengan mata terbuka lebar, segera Leta menghindari pukulan sendok itu dengan ketakutannya.
Sendok itu terbanting ke arah dinding dengan tepat sasaran. Leta terkejut dengan apa yang baru saja ia alami, jika saja ujung sendok itu mengenai bola matanya bisa dipastikan jika matanya akan menjadi buta.
Zelina terkejut sama halnya Leta, amarahnya memuncak dan segera dirinya mengambil pisau buah lalu mengarah cepat ingin membunuh Xylia. “Anak kurang ajar, beraninya kau ingin melukai anakku.” Arah pisau itu mulai mendekat ke arah dada Xylia dan bersiap merobek daging yang ada di dalamnya, namun tiba-tiba......
Bruk
Pintu kamar terbuka sangat keras memperlihat Alex beserta beberapa pria berotot, Alex menatap Zelina penuh amarah saat ia melihat Zelina berusaha menusuk putri kandungnya. Zelina dengan wajah terkejutnya melihat suaminya berdiri menatap dirinya dengan tatapan membunuh, refleks dirinya membuang pisau itu ke sembarang arah.
Namun nihil, Alex sudah melihatnya dengan kepalanya sendiri. Benar-benar dirinya sudah membenci istrinya itu seketika. “TANGKAP WANITA ITU.” Bentak Alex pada pria di belakangnya, mereka langsung lari menangkap Zelina dan membuat wanita itu telungkup di lantai dengan kedua tangan di atas punggung.
Leta yang juga pelaku dari kejadian, ia ketakutan dengan tubuhnya yang gemetar serta dirinya yang sudah mulai kembali menangis. Tangisannya adalah air mata buaya, ia tidak ingin dihukum oleh ayah tirinya dan tidak ingin ikut sengsara seperti ibunya.
“Ayah, ibu-ibu-dia ingin membunuh kakak dengan pisau itu. Aku...aku...percayalah padaku ayah.” Leta mulai menunjukkan kemampuannya dalam berakting, ia sambil menyatukan kedua telapak tangannya seraya memohon ampun pada Alex. Tapi tidak, karena Alex telah melihat bagaimana Leta tersenyum sambil duduk manis di sofa.
“LETA, bagaimana bisa kau berbohong pada ayahmu. Kau juga sama denganku, kau ingin melihatnya tersiksa. Sayang, percayalah padaku..aku..aku..tidak....” Zelina angkat bicara walau tubuhnya di tekan keras oleh anak buah Alex, beberapa kali wajahnya di tekan dengan keras ke lantai namun sepertinya Zelina mampu menahannya dan melanjutkan beberapa kata.
“Cukup, ikat mereka berdua dan bawa ke ruang bawah tanah.” Titah Alex yang sudah memeluk erat putri tercintanya itu, segera mereka melaksanakan perintah majikannya dan membawa keluar dari kamar Xylia.
“Panggilkan dokter kemari.” Ujar Alex pada sekretarisnya Savian Abel, dengan cepat Savian memanggil dokter dan menyuruh pelayan untuk membantu nona muda mereka.
“Ayah, aku tidak apa-apa.” Terdengar suara lembut dari gadis itu yang sedang berada di pelukan sang ayahnya, Alex semakin mengeratkan pelukannya sembari tangannya mengelus punggung putrinya dengan perasaan bersalah karena dirinya gagal menjadi seorang ayah yang baik.
Dirinya menyesal telah menikah dengan wanita yang tidak mencintai putrinya dan malah ingin membunuhnya, dirinya berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Tanpa Nama
Dasar ibu tiri jahat
2022-02-11
2