Mas Erik masih menatapku penuh tanya apa lagi setelah melihat tulisan di bawah foto itu foto itu my first love.
Sebelum Mas Erik bertanya lagi aku langsung menutup album itu.
"Meta mau bantu ibu tutup toko dulu Mas, "kataku tak lupa aku membawa album itu dan keluar dari kamar.
Aku mencari ibu yang ada di toko, tokonya berada disamping rumah, kios berukuran 4x8 itu menjadi ladang pekerjaan bagi ayah dan ibuku. Banyak yang ibu jual selain sembako ( sembilan bahan pokok) masih ada sayuran hasil ladang orang desa ini, juga bebagai snack ringan yang dia beli dipasar.
Ada juga makanan hasil home industri dari warga, untuk membantunya ibu memiliki seorang pekerja yang untuk mengurusi toko sembako.
Aku bantu ibu mengemasi barang - barang yang ada diluar, sepeeti beberapa box sayur yang kosong dan beberapa tempat snack aku masukan kedalam toko. Akhirnya selesai juga semuanya , kemudian ibu mengunci pintu toko dan kami masuk kedalam rumah.
Kulihat ayah sudah tidur begitupun Mas Erik. Aku pergi ke dapur dan membuat kan ibu teh hangat, kami duduk berdua dan mengobrol di dapur, jadi ingat dulu waktu masih kecil aku suka sekali melihat ibu memasak di dapur tradisonal dengan kayu bakar sebagai bahan utamanya.
Dulu waktu itu kesulitan dan kemiskinan masih menghimpit keluargaku, sehari kita hanya makan dua kali dengan lauk seadanya, kadang hanya makan ketela atau singkong rebus untuk sekedar mengenyangkan perut.
Ibu duduk disampingku, dan tanganya menggenggam tanganku yang sedang membawa secangkir teh hangat, ku tatap wajahnya ada banyak pertanyaan yang tersirat di raut wajahnya.
"Hubungan kamu dengan Erik baik - baik sajakan?" tanya ibu padaku sambil menatapku dengan tatapan yang dalam.
"Iya Bu, kami baik - baik saja," jawabku membalas tatapanya dengan senyuman.
"Hidup berumah tangga itu kadang ada rasa bosan, tapi yang penting kita jangan sampai berkhianat nak, " kata ibu menasehatiku dia kembali menggenggam tanganku dengan lebih erat.
"Iya Bu," jawabku singkat mengelus tangannya, meredakan rasa khawatir yang terasa lewat genggaman tangannya.
"Kamu tau nak, dulu ibu pernah menghianati ayahmu, itu kesalahan yang ibu sesali dan yang paling membuat ibu meras bersalah pada ayahmu sampai sekarang, mungkin kami sekarang memang baik - baik saja, tapi luka di hati ayah mu tidak bisa sembuh seperti semula," kata ibu, dan aku melihat ada sesal di wajahnya.
Dulu ayah ku bekerja jadi sopir angkutan umum, sedangkan ibu di rumah membuka jasa menjahit pakaian, kadang ada tetangga atau orang luar yang mempercayakan ibu untuk membuatkan baju.
Pekerjaan ayah sebagai sopir membuatnya seharian di luar rumah dan kembali saat matahari sudah terbenam, hari minggu pun dia tetap menarik angkutan agar kebutuhan kiya tercukupi.
Suatu hari saat aku masih SD ketika aku pulang sekolah aku tak mendapati ibu di ruang jahitnya, aku cari di dapur pun tak ada dan saat aku mencari ibu ke kamarnya ternyata kamar terkunci dari dalam.
Aku terus menunggunya di depan pintu kamar, tak berapa lama ibu keluar dari kamar dan ada seorang lelaki bersamanya. Aku belum tau apapun waktu itu, ibu hanya memintaku untuk tidak bilang apapun pada ayah, dan aku hanya bisa menuruti kemauan ibuku karena aku takut ibu memarahi ku.
Namun setelah kejadian itu setiap ayah pulang kerja ibu menyuruhku untuk belajar di kamar dan mereka bertengkar, mereka saling berteriak, aku menangis mendengar pertengkaran mereka.
Aku sempat dibawa ibu kerumah nenek ku, setelah satu minggu kami tinggal dirumah nenek ayah menjemput kami, kemudian ayah dan ibu sudah baikan lagi seperti semula sampai sekarang aku jarang melihat mereka bertengkat besar, paling cuma debat sedikit dan sebentar lagi mereka baikan.
Aku memperhatikan ibuku, wajahnya yang lelah namun tak menampakkan kantuk sedikitpun.
"Tidurlah nak, sudah malam kamu besok akan pulang ke rumah Erik kan?" tanya Ibu.
"Baik bu, Meta tidur ya, ibu juga hrus tidur,"jawabku dan terus tersenyum pada ibu berharap bisa mengurangi kekhawatirannya padaku.
Aku begegas berjalan menuju kamar,kubuka pintu dan ku rebahkan tubuhku di samping mas Erik. Aku mencoba memeluknya mencari kehangatan dengan mendekapnya dengan erat.
***
Aku bangun pagi sebelum mas Erik, biasanya kalau die rumah dia yang bangun terlebih dahulu, ku buat kopi untuk menghangatkan tubuh ku ternyata ayah sudah bangun, kuliht dia kwluat kamar dn mengahampirikubyang sedang membuat kopi.
"Pagi sekali ayah bangun," kataku sambil menatap ayah.
"Ayah sudah biasa bangun jam segini, sejak buka toko ayah bangun pagi buat buka toko dan ibu yang nutup toko" jelas ayah pada ku.
"Kamu baik - baik sajakan sama suami mu? " tanya ayah.
"Iya yah," jawabku dan tersenyum ke arahnya.
Seperti dapat membaca pikiranku ayah dan ibu menanyakan hal yang sama. Mereka berdua memang paling mengerti aku dengn melihat wajahku mereka seolah tau isi hati dan jalan pikiranku.
Kadang aku merasa bersalah membuat mereka berdua khawatir, karena akulah satu satunya anak mereka, satu - satunya sumbwr kebahagiaan dan kesedihan mereka.
"Nak, Erik sangat baik dengan mu, dengan orang tuamu, balas lah kebaikan Erik dengan cintamu, dengan pengertian mu dan juga kamu harus setia padanya , dia sudah merubah banyak hal dalam hidup kita," kata ayah menasehati ku dengan wajah yang serius.
"Iya Yah, Meta akan selalu setia sama Mas Erik," jawab ku . Yang benar saja tak mungkin aku memberitahu ayah kalau aku sudah menghianati Mas Erik.
"Ibumu dulu pernah berbuat salah, ibu mengkhianti ayah, tapi ayah sangat mencintaimu dan ibumu , ayah juga tidak punya siapapun selain kalian berdua, maka daei itu ayah memberikan kesempatan lagi pada ibumu dan kita bisa - baik saja sampai," kata ayah sambil menikmati kopinya.
"Iya Ayah" jawabku. Kuhabiskan kopiku, dan ingin segera membangunkan Mas Erik.
Aku berjalan menuju kamarku, kudapati Mas Erik masih tertidur pulas, dan tidak menyadari kedatangnku.
"Bangun Mas, dah siang loh," kataku sambil menggerakkan tangannya.
"Iya sayang sebentar lagi , disini dingin banget enak buat tidur,'' kata Mas Erik sambil menarikku tidur disampingnya.
Mas Erik mendekapku dengan Erat, dan kembali mendaratkan beberapa ciuman kepadaku. Aku membalas ciumannya dengan lebih bernafsu.
Setelah mendengar nasehat dari ayah dan ibu. Aku berfikir untuk segera memutuskan hubungan dengan Tomo.
Meta menatap wajah suaminya, benar sekali apa yang dikatakan ayah dan ibunya. Banyak sekali kebaikan yang di lakukan Erik untukku dan untuk keluargaku.
Ada sesal di hati Meta karena selama ini mengijinkan orang lain masuk kedalam hidupnya, mewarnai hari - harinya hingga membuat dia lupa begitu besar jasa Erik dalam memperbaiki ekonomi dan menabur kebahagiaan dengan kebaikan dan hati tulusnya.
Bersambung.
***
Terima kasih sudah membaca tulisanku.
Jangan lupa!
🌺 Like
🌺 Vote
🌺 Komen
Dan tingalkan.
🌺 Kritik
🌺 Saran
Dikomentar.
Selamat berpuasa bagi yang menjalankan.
🙂🙂🙂
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 175 Episodes
Comments
Defi Andriani
😕
2021-10-13
0
Defi Andriani
😑
2021-10-12
0
Defi Andriani
kata
2021-10-11
0