"Tidak usah pakai hijab ya, kita hanya berdua di sini." Ucapnya setelah acara memandikan istrinya selesai.
"Iya, Mas." Sean kembali menunutun Syifa ke tempat tidur.
"Istirahatlah." Syifa mengangguk, ia membaringkan tubuhnya.
"Aku mandi dulu ya."
"Iya, mas."
**********
Sean menatap sosok yang tengah tertidur di atas tempat tidurnya. Seorang gadis muda yang sudah berstatus sebagai istrinya.
Pria itu mendudukkan tubuhnya di samping Syifa, memandang wajah polosnya. Tak bosan rasanya, bahkan jika bisa ia ingin setiap saat memandang wajah polos itu.
Apalagi ketika melihatnya tanpa hijab, rambut hitam dan panjang Syifa begitu indah berkilau.
Sean menggeleng pelan, Syifa benar-benar membuatnya tergila-gila. Bukan hanya fisiknya, tapi hatinya. Yang membuatnya jatuh cinta, karena keikhlasan Syifa bisa dengan mudah menerima keadaannya yang sekarang.
Sean berbaring di samping Syifa, menatap wajah itu dari dekat. Ingin ia sentuh, tapi takut membangunkannya seperti kejadian di rumah sakit kemarin.
Gadis itu menggeliat, merasakan seseorang yang berbaring di sampingnya. Tangannya meraih sosok itu, kini Sean yang terkejut di buatnya.
Sean mendekatkan dirinya, membuat Syifa masuk ke dalam pelukannya. Menyandarkan kepala Syifa di dadanya.
Syifa merasakan sangat nyaman. Sean pria kedua yang memeluknya setelah almarhum ayahnya.
"Mas..." Panggilnya pelan
"Ada apa? Kenapa bangun? Apa aku mengganggumu?"
Syifa menggeleng,
"Sama sekali tidak." Jawabnya.
"Lalu?"
"Jangan pernah tinggalkan aku, Mas. Aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi." Lirihnya. Sean mengusap rambut hitam itu,
"Tentu, kamu istriku. Aku akan selalu menjagamu." Jawab Sean mengeratkan pelukannya. Syifa semakin tenggelam di pelukan Sean, lelaki itu mendaratkan kecupan di keningnya. Sepertinya Syifa sudah tak canggung lagi.
"Tapi besok aku harus pergi."
"Tak apa, asal Mas selalu mengingat kalau Mas sudah menikah dan punya istri yang selalu menunggu kepulanganmu." Ucap Syifa
"Sedetik pun kamu tak pernah hilang dari pikiranku." Jawabnya kembali mendaratkan kecupan di kening Syifa.
**********
Sean duduk di samping Syifa, tangan mereka terus menggenggam erat. Sebentar lagi mereka akan berpisah, dan bertemu lagi setelah enam bulan.
"Jaga dirimu baik-baik Sean. Ingat jangan nakal, kamu sudah menikah." Pesan Bunda Yasmin.
"Aku bukan pria nakal, Bunda." Jawab Sean.
"Ya, ya Bunda percaya."
Pemberitahuan keberangkatan pesawat pun sudah terdengar.
Sean dan Syifa bangkit dari duduknya.
"Bunda, Syifa... Aku harus pergi." Sean menatap dua wanita yang dicintainya, seakan tak rela harus meninggalkan mereka berdua.
"Bunda, aku titip Syifa. Tolong jaga dia selama aku tidak di sampingnya."
"Tentu Sean, Bunda akan menjaganya. Hati-hati dijalan, Nak." Sean mencium tangan Bunda Yasmin. Kemudian beralih ke istrinya.
"Aku berangkat." Syifa mengangguk, ia mencium tangan suaminya. Kemudian membelai pelan wajah Sean. Sean memejamkan matanya, merasakan sentuhan terakhir sang istri sebelum pergi.
**********
Melbourne, Australia
Setelah menempuh perjalanan beberapa jam, akhirnya Sean tiba di apartemennya, tempat tinggal sementara selama ia menempuh pendidikan di sana.
"Sean!" Panggil seorang wanita saat pria itu baru tiba di depan pintu apartemennya. Lelaki itu menoleh,
"Diana?" Seorang perempuan cantik berambut cokelat berlari menghampirinya.
"Kamu sudah pulang? Kenapa tidak mengabariku? Aku kan bisa menjemputmu di bandara." Tanya Diana yang menatap Sean penuh dengan kerinduan.
"Aku tak ingin membuatmu repot." Jawab Sean.
"Sean, kamu sama sekali tak pernah merepotkanku."
"Diana, maaf aku masuk dulu. Aku lelah, ingin istirahat." Sean mencoba menghindari Diana. Wanita itu terlihat mengerucutkan bibirnya.
"Baiklah. Jika butuh sesuatu panggil aku, okey?"
Sean mengangguk, membuka pintu dan masuk ke apartemennya kemudian mengunci pintu. Meninggalkan Diana yang masih berdiri di sana dengan senyumnya.
Sean mendaratkan tubuhnya di sofa, meregangkan otot-ototnya yang terasa pegal setelah menempuh perjalan yang lumayan lama.
Ia meraih ponsel di sakunya, ingin menghubungi sang istri.
"Assalamualaikum." Terdengar suara lembut wanita di seberang sana begitu panggilan terhubung.
"Waalaikumsalam."
"Mas sudah sampai? Bagaimana perjalanannya?"
"Iya, aku baru saja sampai. Alhamdulillah perjalanannya lancar."
"Syukurlah kalau begitu...."
Dan keduanya terus berbincang selama beberapa menit sampai akhirnya Syifa mengakhiri panggilan itu.
"Asyifa, aku benar-benar mencintaimu. Rasanya aku ingin selalu di dekatmu. Menghabiskan waktu menatap wajah polosmu. Walaupun di mata orang lain hanya seorang gadis biasa, tapi bagiku kamu sungguh luar biasa." Batin Sean setelah menutup ponselnya.
**********
Tiga bulan kemudian.
University of Melbourne.
"Sean, tunggu!" Diana mencoba mengejar Sean yang sudah berjalan lebih dulu.
"Sean? Ada apa denganmu? Kenapa sudah tiga bulan ini kamu seperti menghindariku?" Tanya Diana yang berhasil mensejajari langkah Sean.
Selama tiga bulan Diana merasa kalau Sean berbeda, walaupun Sean memang selalu menjaga jarak dengannya tapi kali ini ia merasa semakin jauh dengan Sean.
Sean menatap Diana singkat,
"Maaf Diana, aku ingin fokus dengan kuliahku dan juga aku tak ingin ada yang salah paham."
"Salah paham? Maksudmu?"
Sean menghentikan langkahnya, ia memilih duduk di kursi taman kampusnya. Diana mengikutinya, duduk di samping pria itu namun masih menjaga jarak.
"Aku ingin bicara." Pria itu berucap.
"Ada apa?" Tanya Diana penasaran.
"Aku sudah menikah, jadi ku kira kita tidak bisa berteman lagi. Aku tak ingin istriku salah paham." Tegas Sean.
Diana seketika mematung mendengar ucapan Sean.
"Kamu sudah menikah?" Tanya Diana seakan tak percaya.
"Ya, aku sudah menikah tiga bulan yang lalu." Sean menatap mata Diana yang nampak berkaca-kaca.
"Kamu bohong kan?" Suara Diana terdengar bergetar menahan tangis.
"Apa aku pernah berbohong?" Sean balik bertanya. Diana menggeleng pelan.
"Kapan kamu menikah? Dengan siapa?"
"Tiga bulan yang lalu. Namanya Asyifa. Aku menikah dengannya saat aku kembali ke Indonesia..."
Sean akhirnya menceritakan semuanya, tentang kecelakaan adiknya dan juga bagaimana dirinya bisa menikahi Syifa.
"Jadi adikmu sudah meninggal?"
"Ya, Ivan meninggal hari itu. Aku bahkan belum sempat bertemu dengannya..." Kesedihan kembali menghampiri Sean saat teringat adiknya yang sudah tiga tahun tak bertemu, tapi malah ajal membuat mereka tak bisa bertemu selamanya.
"Aku turut berduka cita..."
"Terima kasih."
Keduanya terdiam beberapa saat.
"Kenapa kamu bisa menikahi Syifa secepat itu?" Tanya Diana lirih.
"Karena aku jatuh cinta saat pertama kali melihatnya, walaupun ia sudah kehilangan mata dan rahimnya. Tapi ia masih bisa tersenyum dan ikhlas menerima semuanya." Ucap Sean dengan mata berbinar, membuat hati Diana terasa sakit.
"Aku mencintainya karena hatinya, bukan fisiknya..." Sambung Sean.
"Beruntung sekali Syifa, baru pertama kali bertemu denganmu tapi sudah membuatmu jatuh cinta...Sedangkan aku... Aku sudah lama mencintaimu tapi tak pernah berhasil untuk meraihmu..." Lirih Diana. Sean mengerutkan keningnya.
"Apa maksudmu?" Tanya Sean.
"Aku mencintaimu Sean, sudah sejak lama. Sejak kamu menolongku hari itu... Aku mencoba memperbaiki diriku agar terlihat pantas saat bersama denganmu. Tapi nyatanya, kamu tak pernah bisa lebih menganggapku sebagai seorang teman." Diana menghapus air matanya yang mengalir.
Sean tersentak, ia sama sekali tak pernah tahu jika Diana mencintainya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Klepon Manis
Ini sampe kubaca ulang, bagus banget.
2024-12-29
0
Klepon Manis
Sama ka. Aku suka novel ini
2024-12-29
0
Harda Ningsih Surbakti S
bagus cerita nyaa
2022-06-01
1