Mata yang tertutup kini mengeluarkan hujan deras tanpa kilatan petir di matanya. Azalea terbangun dari mimpinya. Air matanya membasahi pipinya hatinya sakit, dadanya sesak seakan-akan ada sesuatu yang mengganjal.
Azalea berjalan menuju cermin dan memecahkannya.
Praankk
Serpihan kaca itu dia genggam hingga telapak tangannya terluka. Hatinya serasa tertusuk oleh duri-duri tajam yang menancap di dalam dirinya, begitu mengetahui fakta bahwa Raymond membunuh ibu kandungnya.
"Pembunuh! Pria sepertimu tidak pantas menjadi seorang ayah..." suaranya bergetar, air mata terus mengalir tidak ingin berhenti.
Gadis itu berusaha mengingat mimpinya tadi. Namun, ia hanya ingat saat ibunya terbunuh oleh ayahnya. Sebagiannya menghilang seperti arus ombak yang menghantam pasir-pasir putih.
Matanya melotot sempurna, nafasnya menderu menhan emosi, dan air mata yang tidak ada hentinya mengalir berjatuhan di lantai.
"Lihat saja nanti... akan kubalas kau dengan cara yang pedih...!" suaranya bergetar tidak mampu melanjutkan kalimatnya.
Azalea terperanjat dari duduknya, dan naik ke atas ranjang. Ia menarik selimut tipisnya lalu berbaring membiarkan tangannya berdarah mengenai bantalnya. Gadis itu mencoba menenangkan dirinya dan perlahan memejamkan matanya agar malam berganti menjadi pagi.
Matahari tepat diatas ubun-ubun kepala sinarnya terik menembus jendela-jendela kamar. Beberapa pelayan membersihkan kekacauan yang terjadi semalam, ada juga pelayan yang tengah sibuk mengobati luka di telapak tangan Azalea.
Gadis itu masih terlihat tenang ditempat tidurnya. Tanpa pergerakan sedikitpun.
Kemudian terjadi keributan diluar, suara Jesslyn berusaha masuk ke kamar sang kakak. Namun, hanya dirinya orang yang tidak diizinkan memasuki kamar Azalea. Meski menggunakan kekuasaan Raymond, tetap saja mereka dengan tegas tidak bisa mengizinkannya.
Jesslyn meminta sang ayah untuk memberitahu kondisi kakaknya setelah menjenguk Azalea. Raymond mengiyakannya saja daripada terlalu berbicara banyak, yang ada bukannya menenangkan gadis itu malah menjadi tambah rumit.
Zaza sang pelayan yang selalu membersihkan kamar putrinya segera memberi salam.
"Bagaimana kondisi putri?" Raymond melirik putrinya.
"Masih sama Yang Mulia, Beliau belum sadarkan diri." jawab Zaza.
Raymond kelihatan tidak bersemangat, wajahnya lesu seperti tidak tidur berhari-hari, dia setiap malam mentahbiskan beberapa botol minuman keras karena merasa stress sejak Azalea tidak sadarkan diri.
Raymond juga datang membawakan kotak musik yang diinginkan Azalea saat masih kecil, ia meletakkannya disamping putrinya. Dahulu Azalea ingin sekali kotak musik yang selalu ayahnya letakan di ruang kerjanya tetapi Raymond tidak mengizinkannya untuk menyentuh atau meminjamkannya.
"Maaf terlambat." ucapnya pelan. Raymond berjalan pergi setelah meletakkan kotak musik itu.
Zaza mendekati telinga Azalea, lalu berbisik. "Putri, Yang Mulia Duke sudah pergi."
"Baiklah." kata Azalea kemudian menyodorkan kotak musik pemberian ayahnya tadi. "Berikan ini pada Jesslyn."
"Untuk apa anda memberikan ini pada Nona Jesslyn?" tanya Zaza. Azalea menghela nafas, lalu menatap tajam ke arah pelayannya itu.
"Baik, Putri! Saya akan melaksanakan perintah anda!" lanjutnya, pergi meninggalkan Azalea sendirian di kamarnya.
Malam itu Azalea memberitahu para pelayan untuk tutup mulut tentang kondisinya. Mereka awalnya menolak karena takut dibunuh oleh, Raymond. Dengan menggunakan kekuasaan Lucas semuanya tidak bisa melawan dan menuruti semua perintahnya.
"Omong-omong... dia bagaimana, ya?"
***
Seluruh ibu kota menjadi geger karena rumor tentang Putri Grand Duke yang belum sadarkan diri setelah musibah yang menimpanya di pesta kemarin. Mereka mulai mengeluarkan opini-opini yang tidak masuk akal. Rumornya sampai terdengar ke istana kekaisaran Valcke.
Lucas mencoba fokus pada pekerjaannya. Sesaat ia terpikir oleh seseorang yang memiliki sarung tangan berwarna putih itu.
"Cari tahu siapa saja yang menggunakan itu." perintah Lucas pada Dion si ketua pemimpin kesatria. Lelaki itu melemparkan salah satu sarung tangan tersebut.
"Baik Yang Mulia."
Putra satu-satunya keluarga kekaisaran Valcke itu tidak bisa mengesampingkan pekerjaan dan masalah pribadi. Lucas yang digilai banyak wanita, baru kali ini dia memprioritaskan kepentingan seorang gadis seperti Azalea. Di bandingkan pekerjaannya sendiri.
Aaron sebagai ayahnya tidak ada hentinya menasehati putranya yang usianya sudah mantap untuk menikah. Namun, Lucas tidak mau mendengar perkataan Aaron. Terlebih lagi Lucas bukanlah tipe lelaki yang sembarang memilih calon istri, dia harus tahu seluk-beluk gadis yang akan di nikahinya.
Para putri bangsawan menjulukinya sebagai 'lelaki si penyuka sesama jenis' karena Lucas tidak pernah menggandeng seorang gadis ketika mendatangi sebuah acara formal atau semacamnya. Karena rumor itu Lucas dikejar-kejar oleh seorang Tuan Muda dari keluarga bangsawan. Lelaki itu merasa jijik, apalagi saat menerima surat-surat dengan tanda kecupan di kertasnya.
Mana mungkin lelaki tampan dan terhormat seperti Lucas menyukai sesama jenis. Untungnya dia memiliki rumor dengan Azalea, si calon putri mahkota di masa depan.
"Tuan Duke sebentar lagi turun ke medan perang, apa tidak apa-apa meninggalkan putrinya?" Lucas agak khawatir jika gadis itu tidak tahu kepergian ayahnya.
"Si bodoh itu bagaimana, ya keadaannya sekarang." batin Lucas.
"Sarung tangan saya kenapa bisa ada disini?" gumam seseorang mengambil sarung tangan berwarna hitam.
"Ambil saja, aku pusing sekali." jawab Lucas seraya memijat pelipisnya.
***
Matahari tampak jelas menjauhi seorang gadis yang terduduk di tempat tidurnya, sinarnya masuk menembus jendela. Sinar cerah membuat langit berwarna merah jingga. Azalea diam murung menatap secangkir teh hangat.
"Zaza, menurutmu apa.. ibu mirip dengan Jesslyn?" tanya Azalea meminta pendapatnya.
"Memang sih ada kemiripan, mata dan hidungnya mirip. Beliau berparas cantik." jawaban Zaza membuatnya tambah murung.
Azalea menundukkan kepalanya, perasaannya seperti ditarik ulur. Dia bahagia saat kecil, dia pernah berharap kebahagiaan itu bertahan sampai dirinya dewasa.
Namun, harapannya terpatahkan ketika ayahnya memutuskan untuk pergi. Azalea lahir dari rahim Isabella, diabaikan oleh Raymond karena selalu mengingat Edgar perusak rumah tangga keduanya.
Alasan menjalin hubungan dengan berbagai pria, Azalea ingin merasakan bagaimana meninggalkan seseorang ketika berharap sesuatu dari orang itu.
"Putri, apa saya salah bicara?"
"Tidak, aku hanya rindu ibu."
"Besok pagi mau tidak saya antarkan ke pemakaman Duchess Isabella?"
"Zaza.. kau lupa, ya? Aku sedang berpura-pura koma."
"Tenang saja, saya punya ide cemerlang."
Azalea belum pernah mempunyai teman ataupun sahabat tetapi kali ini dia menganggap Zaza adalah temannya meski status mereka pelayan dan majikan.
"Terima kasih, Zaza."
Hari ini Azalea ditemani oleh Zaza sedang dalam perjalanan menuju pemakaman dimana tempat peristirahatan Isabella, namun anehnya dari tadi hanya ada pepohonan tinggi seperti ke arah hutan terlarang.
Azalea menggenggam sesuatu untuk berjaga-jaga jika ada hal yang mencurigakan. Mereka berjalan kaki kebetulan tempatnya dekat dengan kediaman Duke. Perasaan Azalea tidak enak sedari tadi seakan-akan ada seseorang yang mengintainya.
"Zaza, kau benar-benar tahu kan, tempat pemakaman ibuku?" tanya Azalea dengan tatapan tajam.
Azalea mendengar suara derap langkah kaki di belakangnya, gadis itu pun turut berjalan dengan cepat.
Shraakkk
Ujung pedang itu hampir mengenai punggungnya, untung saja dia menyadarinya dan menghindar secepat mungkin.
"Kalian... mau membunuhku?" tanya Azalea memasang wajah polos.
Mereka bersenjata pedang sedangkan Azalea membawa belati. Sebelum melakukan serangan balik, dia mengamati titik kelemahan tubuh para bandit itu.
"Putri Azalea, ini hanya sekali tusuk saja. Tidak akan sakit rasanya."
Jleebb
Azalea merobek-robek pelipis para bandit itu dengan belatinya, tetesan darah mengucur di ujung matanya karena terkena serangan bandit-bandit itu.
"Haah... Oh? Ada satu orang lagi rupanya." Azalea berjalan mendekati Zaza.
Zaza berpikir sejenak dia melirik pedang yang dipakai bandit-bandit tadi dan mengambilnya.
"Hahaha! Putri, jika anda maju, saya bisa saja membunuh anda." Zaza menodongkan pedangnya.
Azalea mengusap darah yang mengalir di wajahnya, dan gadis itu bersiap untuk menyerang Zaza.
"Katakan! Siapa yang menyuruhmu dan bandit-bandit sialan itu?!"
"Putra Mah--"
Jleebb
Azalea belum sempat mendengar kalimat yang diucapkan Zaza, namun dia tahu siapa dalang dibalik semua ini. Darah menetes dari pedang Lucas, dia berbalik sorot mata itu menatap kacaunya penampilan Azalea.
"Apa semua ini ulahmu? Kau ingin membunuhku?" tanya Azalea penasaran. Banyak sekali yang ingin dia tanyakan pada Lucas.
"Benar, aku bahkan sudah bersumpah akan membunuh keluarga Duke Voldemort berserta keturunannya." jawab Lucas.
"Artinya.. nyawaku ada di tangan Lucas?" batin Azalea.
"Apa alasanmu bersumpah begitu?"
Lucas mendekati Azalea hanya untuk menjadikannya sebagai kambing hitam, pria yang sewaktu di pesta itu adalah orang dalam kekaisaran Valcke dan Zaza adalah mata-mata.
Tanpa sadar Azalea tahu bahwa kediamannya selama ini dipenuhi oleh orang-orang suruhan Lucas.
"Si Duke sialan itu, dia membunuh ibuku!!"
Lucas lemah jika menyangkut ibunya. Lelaki itu trauma akan kehilangan seseorang. Sekujur tubuhnya gemetar. Dia berusaha menyembunyikan air matanya agar tidak terlihat lemah.
Klang
Azalea membuang belatinya dan mendekatkan dirinya pada Lucas.
"Ibumu...? Katamu?" Azalea menghapus air mata yang mengalir di pipi Lucas.
"Aku tidak mau terlihat lemah.."
Sekarang giliran Azalea yang mendekap Lucas karena lelaki itu sudah menolongnya ketika dia terluka.
"Menangislah, anggap saja aku pohon." dia berbicara dengan nada malas.
Air mata itu bisa dia rasakan dipundaknya. Azalea seperti menenangkan anak kecil yang sedang merajuk.
"Kau terluka, apa tidak sakit?" Lucas masih memeluk Azalea saking nyamannya.
"Tidak, ini sama sekali tidak sakit."
Azalea tidak masalah dirinya dijadikan kambing hitam atau boneka sekalipun, asalkan Lucas bisa membalaskan dendamnya. Mereka sama-sama mempunyai tujuan yang jelas sekarang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
senja
jadi Lea lupa kl dia bukan anak Bapaknya? Lupa kl adiknya itu anak Bapak n Ibunya?
2022-02-18
1
IG: @author_ryby
Air mata itu bisa dia rasakan di pundaknya. Azalea seperti sedang menenangkan anak kecil yang sedang merajuk.
2021-12-22
0
IG: @author_ryby
Lucas lemah jika menyangkut ibunya. Lelaki itu trauma akan kehilangan seseorang. Sekujur tubuhnya gemetar. Dia berusaha menyembunyikan air matanya agar tidak terlihat lemah.
2021-12-22
0