“Sudah jam 11 kenapa Mas Arya belum pulang juga.” Gumam Aruna yang tampak gelisah menunggu suaminya pulang.
“Mami!” suara Zidane mengagetkannya.
“Zidane, kenapa terbangun?”
“Zidane haus Mi. Papi belum belum juga?” tanya Zidane sambil berjalan menghampiri Maminya yang sedang duduk di ruang tamu.
“Iya sayang. Sepertinya Papi sangat sibuk karena sekretarisnya sedang cuti menikah. Ayo kita ke kamar, Mami temani kamu. Besok kan kamu harus sekolah.”
“Iya Mami.” Aruna kemudian mengajak Zidane ke kamarnya. Aruna berusaha tetap tenang di hadapan putranya itu. Setelah berhasil membuat Zidane tertidur, Aruna segera menuju kamarnya. Namun saat hendak menuju kamarnya, Aruna mendengar deru mobil Arya memasuki pelataran rumah.
“Syukurlah kalau Ma Arya sudah pulang.” Gumamnya sambil berjalan menuju ruang tamu.
Arya sangat terkejut melihat Aruna yang duduk di ruang tamu.
“Sayang, kamu kenapa belum tidur?” tanya Arya dengan sikapnya yang hangat seperti biasanya.
“Bagaimana aku bisa tidur kalau kamu saja belum pulang dan tidak bisa dihubungi.”
“Sayang, maafkan aku. Ada banyak sekali pekerjaan yang aku urus. Lula kan sedang cuti.”
“Iya dan tadi aku ke kantormu untuk mengantar makan siang tapi kamu tidak ada di kantor.”
“Maaf ya sayang. Kamu tahu kan sejak naik jabatan, aku jadi semakin sibuk. Dan ponselku mati. Maaf sekali ya. Aku janji hal ini tidak akan terulang lagi.”
“Kalau terulang lagi, kamu harus di hukum.”
“Oke. Aku siap menerima hukuman. Sebaiknya kita sekarang ke kamar, aku mau mandi.”
“Iya Mas. Kamu sudah makan belum?”
“Aku sudah makan kok, sayang.”
Setelah sampai di kamar, Arya segera mandi. Selesai mandi, Arya menyusul Aruna yang sudah berbaring di balik selimut. Arya memeluk tubuh Aruna dari belakang.
“Mas,”
“Hmmmm, ada apa sayang?”
“Mas, ada yang ingin aku tanyakan.”
“Katakanlah sayang.”
“Tadi aku melihat blouse di kopermu. Itu milik siapa?”
DEG! Arya terdiam.
“Shella sepertinya sengaja mengerjaiku.” Gumam Arya dalam hati.
“Oh itu untuk kamu, sayang. Aku lupa kalau itu pakaian yang aku belikan untuk kamu.”
“Tapi kan aku sedang hamil, Mas. Masa iya kamu membelikan aku blouse, sepertinya tidak masuk akal. Apalagi kamu mencampurnya dengan pakain kotormu.”
“Iya sayang, saat aku memilahnya aku lupa dan sudah terlanjur jadi satu dengan yang kotor. Apalagi aku buru-buru untuk pulang juga, aku khawatir kalau harus lama-lama pergi meninggalkanmu. Aku membeli baju itu, tiba-tiba teringat kamu. Teringat kamu yang masih gadis dulu, seorang sekretaris muda yang cantik.”
“Kamu pasti gombal, Mas.”
“Aku serius sayang.”
“Oh ya, lusa weekend dan Zidane ingin mengajak ke villa.”
“Oke baiklah, bisa diatur.”
Keesokan harinya, seperti biasa Aruna di bantu Bi Tuti menyiapkan sarapan pagi.
“Papi semalam kemana? Kenapa pulangnya malam? Kasihan Mami, sampai tidak bisa tidur.”
Arya tersenyum sambil mengelus kepala putranya. “Maaf sayang, Papi sibuk sekali. Ponsel Papi mati lupa bawa charger.”
“Kenapa Papi sering sibuk sekali sampai tidak ada waktu untuk Zidane. Zidane kan juga pingin main sama Papi.”
“Dengerin tuh, Pi. Zidane sudah bisa protes sama Papinya.” Sahut Aruna sambil menuangkan nasi ke piring Zidane.
“Iya nih, anak Papi pintar. Kritis sekali pemikirannya ya. Eh tapi itu karena Maminya yang pintar juga.” Kata Arya sambil melirik kearah istrinya.
“Ayo kita sarapan dulu nanti terlambat.” Kata Aruna.
“Baiklah hari ini Papi yang akan antar jemput Zidane, biar Mami di rumah saja istirahat. Untuk menebus kesalahan Papi.”
“Papi serius?” tanya Zidane dengan ekspresi bahagianya.
“Yes, of course.”
“Yes, asyik! Thanks ya Papi.”
“Sama-sama Zidane.”
Aruna kini merasa lega karena rasa khawatirnya yang berlebihan telah terpatahkan.
##############
Setelah mengantar Zidane, Arya segera kekantor. Sesampainya di kantor, Arya segera mengerjakan semua berkas yang ada di hadapannya itu. Nada pesan pun mengalihkan panggilan. Sebuah pesan dari Mr Mark yang tak lain adalah Shella sendir.
“Pagi honey, tumben jam segini telepon? Aku masih sibuk lho.”
“Aku kangen kamu, Arya.”
“Baru juga kemarin ketemu, masak kangen lagi.”
“Perasaanku semakin dalam. Aku benar-benar menyesal dulu meninggalkanmu dan sekarang aku tidak akan melepaskanmu lagi.”
“Serius nih?”
“Serius Arya. Bagaimana kalau weekend kita keluar kota lagi seperti kemarin.”
“Kalau weekend ini aku tidak bisa. Aku sudah janji untuk menemani Zidane.”
“Lalu waktu untukku kapan?”
“Setelah aku menghabiskan weekend dengan Zidane saja.”
“Tapi aku hari senin ada pemotretan.”
“Baiklah saat jam makan siang aku akan menemanimu dan menunggumu sampai selesai. Tapi bukan pemotretan majalah dewasa kan?”
“Tentu saja tidak. Aku bukan yang seperti itu. Pemotretan untuk majalah fashion.”
“Oke baiklah.”
“Tapi malam ini please temani aku ya. Karena dua hari kita tidak akan bertemu.”
“Aku akan mengusahakannya, honey. Mengusahakan mencari alasan untuk istriku.” Ucap Arya seraya tertawa.
“Selamat mencari alasan honey. Aku menunggumu malam ini. I love you, muah.”
“I love you too honey, muah, muah, muah.” Panggilan pun berakhir.
Jam sudah menununjukkan pukul satu siang. Arya bergegas menuju sekolah untuk menjemput Zidane. Di tengah perjalanan, Arya menyempatkan untuk menelepon Aruna. Aruna sendiri sibuk menyiapkan makan siang. Aruna sangat senang karena suaminya akan pulang untuk makan siang di rumah.
“Halo Mas, ada apa?”
“Sayang, ini aku lagi di jalan mau jemput Zidane, kamu mau titip apa? Atau sedang menginginkan sesuatu mungkin?”
“Mmmm apa ya Mas. Kemarin aku lagi pingin asinan sama es kelapa muda tapi sekarang apa ya.”
“Kok pakai mikir sih sayang. Ya sudah, nanti aku belikan asinan dan es kelapa muda ya. Kasihan kalau nanti dedek bayinya ileran gara-gara kemarin ngidamnya tidak terpenuhi.”
“Ya sudah deh Mas, itu juga boleh. Kayaknya seger juga, hehehe.”
“Oke sayang, nanti aku belikan. Tunggu aku di rumah ya.”
“Iya Mas, kamu hati-hati ya.”
“Iya sayang. I love you.”
“I love you too.” Arya menutup panggilannya. Setelah sampai disekolah, Arya segera menjemput Zidane di dalam. Kemudian Arya segera mengajak Zidane pulang namun tak lupa Arya membelikan asinan dan es kelapa muda untuk Aruna.
Aruna sangat bersemangat untuk memasak. Menyambut suaminya pulang, seperti akan menyambut pangeran berkuda putih datang menghampirinya.
Tiga puluh menit kemudian, Arya dan Zidane akhirnya sampai di rumah. Aruna menyambut suaminya dengan senyuman dan pelukan hangat.
“Masak apa sayang?” tanya Arya.
“Ikan bakar kesukaanmu, Mas.”
“Baiklah ayo kita makan! Oh ya ini asinan dan es kelapa mudanya.” Kata Arya sambil melepaskan pelukan istrinya.
“Terima kasih ya, Mas.”
“Sama-sama sayang.”
“Zidane, ganti pakaian dulu ya, Nak.” Kata Arya pada putranya.
“Oke Papi!” Zidane lalu berlari kecil menuju kamarnya. Selesai makan siang, Arya memutuskan untuk tidak ke kantor. Arya memilih menemani Zidane dan Aruna di rumah. Aruna sangat senang karena Arya meluangkan waktu untuknya dan juga Zidane. Sore harinya, Arya mengajak Zidane bermain bola. Bahkan setelah bermain bola, Arya mengajak Zidane dan Aruna untuk renang bersama. Zidane sangat senang karena Papinya hari ini meluangkan waktu bersama.
Zidane yang kelelahan bermain bersama Arya, setelah makan malam, ia pun langsung tidur dengan pulasnya. Setelah menidurkan Zidane, Arya segera kembali ke kamarnya. Di lihatnya Aruna sedang sibuk membaca buku sambil menyelonjorkan kakinya di sofa.
“Sayang, aku sepertinya harus ke kantor.”
“Malam-malam begini, Mas?”
“Iya sayang. Aku lupa kalau aku harus mengantar proposalnya Pak Derry. Mana belum selesai lagi. Demi menebus kesalahanku pada Zidane, aku sampai lupa ada tugas yang tertinggal.” Kata Arya sambil membasuhkan telapak tangan pada wajahnya.
“Memang tidak bisa besok, Mas?”
“Besok jam 7 Pak Derry ke luar negeri dan harus bawa proposal itu. Performa perusahaan akhir-akhir ini semakin meningkat sayang. Kalau sampai aku tidak menyerahkannya, karir aku taruhannya.” Kata Arya dengan wajah frustasinya. Aruna lalu beranjak dan berdiri dari sofa. Dengan lembut, Aruna mengusap lengan suaminya.
“Ya sudah, kamu berangkat saja sayang. Nanti kan dampaknya ke perusahaan dan yang lain juga.” Mendengar jawaban istrinya, Arya sungguh bahagia. Ia kemudian memeluk dan mengecup kening istrinya.
“Terima kasih ya sayang, kamu memang pengertian dan yang terbaik.”
“Ya sudah kamu berangkat sana.”
“Ya sudah, aku berangkat ya. Kamu tidak usah menungguku dan langsung tidur.”
“Iya Mas. Kamu hati-hati ya.”
“Iya sayang, love you.”
“Love you too.” Arya segera mengambil jaket, dompet dan kunci mobilnya. Dengan langkah terburu ia pun pergi.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Nurmalina Gn
dengan bangga nya berhasil menipu istri mu....
tunggu aja reaksi makmak readers
2023-12-22
0
Thiena Saputri
amit ya ..cwo itu jago alasaaanya...tp itu smua hanya sementara 🤭
2022-01-28
1
MissGalau
semangt thor.. aku udh kesel bacanya thor...
pintar banget yah arya mencari alasan.
2022-01-25
2