Tips fantastik

Brug...

Terdengar suara pintu terbuka dengan keras.

"Apa yang sedang kalian lakukan ?" teriak seorang wanita, dia ibuku.

Lelaki yang sudah melucuti setengah bajuku berhenti mencumbu tubuhku. Bersamaan terangnya kilat petir yang menghantam bumi, kulihat ibu berdiri didepan pintu dengan napasnya yang memburu menatap kami penuh amarah.

"Ibu tolong aku !" jeritku, setelah tangan lelaki pemabuk itu, melepaskan genggaman kuatnya dimulutku.

"Dia merayuku, sayang." Bela lelaki itu dan menurunkan tubuhnya dari atas tubuhku. Kemudian turun dari tempat tidur.

"Tidak ibu ! dia mencoba memperkosaku." Belaku kembali.

Dengan cepat, akupun bangun dan berlari ke arah belakang punggung ibu dengan badan bergetar dan ketakutan. Aku bersembunyi dibalik tubuhnya, mengharapkan perlindungan darinya.

"Katakan yang sejujurnya, Candra ?"

"Kau tidak mempercayaiku ?" lelaki itu dengan sempoyongan berjalan ke arah ibuku.

"Jangan mempercayai dia ibu ! dia berbohong ! dia ingin memperkosaku. Selama ini, dia yang selalu menggangguku bukan aku." Aduku dengan suara parau penuh ketakutan. Akupun menggenggam erat salah satu tangan ibu dengan tangan dinginku yang masih bergetar.

"Sekarang aku tahu kebenarannya, Candra. Selama ini kau yang mengganggu putriku. Aku melihatnya dengan mataku sendiri, saat kau memasuki kamar putriku. Kau memang leleki berengsek, Candra." Teriak ibu padanya.

"Dasar wanita tak tahu diri." Lelaki itupun membalas dengan bentakan bernada tinggi sambil melayangkan tamparan keras dari tangan kanannya ke pipi ibuku.

Tubuh Ibupun oleng dan hampir terjatuh. Lelaki itu, tanpa jeda kemudian menjambak rambut ibu walaupun ibu menjerit dan menangis. Tapi hatinya tidak tergerak sedikitpun untuk mengasihi ibu, ia malah menampar kembali berkali-kali dengan membabi buta. Ibu mencoba meronta-ronta agar terlepas dari siksaan yang menyakitkan itu, kekuatannya tak cukup untuk melawannya. Semenjak mereka menikah baru kali ini aku melihat ibu, diperlakukan seperti itu. Ini sungguh mengagetkan sekaligus menakutkanku.

"Jangan sakiti ibuku, lelaki berengsek !" Akupun mencoba menolong ibu dengan menggunakan kedua tanganku memukul badannya sekuat tenaga.

Lelaki itu sudah hilang kesadarannya, pukulan dari tanganku sama sekali tidak membuatnya kesakitan. Melihat pembelaan ku yang lemah padanya, dia naik pitam. Amarahnya semakin memuncak diakibatkan karena alkohol yang telah membuatnya kehilangan kesadarannya.

"Kau memang sama seperti ibumu." Bentaknya padaku dengan penuh amarah.

Dengan cepat tangannya menarik tubuhku dan salah satu kakinya menendang perutku dengan keras. Akupun terhuyung ke belakang, rasa nyeri diulu hatiku begitu menusuk. Tubuhku terlempar jauh dan seketika ambruk. Aku hanya bisa meringkuk lemah tak berdaya sambil mengerang. Akupun masih memiliki kesadaran untuk melihat ibuku disiksa kembali oleh lelaki itu.

Jeritan berkali-kali yang terlontar dari mulut ibuku tak sedikitpun membuatnya iba. Dia semakin brutal memukul, menjambak dan melempat tubuh ibuku semaunya. Lelaki itu mengambil sebuah kayu, serpihan meja lapuk yang rusak oleh tubuh ibu yang menimpanya.

Tanpa jeda kayu itu terpukul keras ke kepala ibu.

"Tidak!" akupun menjerit.

"Jelita sadarlah !"

Dengan napas yang memburu aku bangun, posisiku sekarang terduduk dikasur, kulihat Mamih Sander duduk didepanku. Suara yang memanggilku untuk sadarkan diri berasal dari mulutnya.

"Kau mimpi buruk lagi, Jelita ?"

"Ternyata itu hanya mimpi." Gumamku setelah kesadaranku kembali. Kemudian ku sapu keringat dengan tangan yang membasahi keningku.

"Minumlah !" Mamih Sander menyodorkan segelas air putih. Akupun menerimanya dan meminumnya dengan cepat, rasanya aku seakan sudah berlari maraton. Dahaga yang begitu memuncak mengeringkan kerongkonganku. Air yang mengalir seketika menyegarkan tenggorokanku.

"Mamih sarankan, temui dokter pisikologmu !"

"Tidak Mamih, aku tidak mau." Tolakku masih dengan napas yang belum teratur.

"Aku tidak akan memaksamu. Tapi saat kau membutuhkannya, mamih harap kau menemui dokter itu."

Mamih Sander kemudian menyulut api ke batang rokoknya.

"Kau sudah memberikan asap yang akan meracuni pernapasanku di awal pagiku, mamih." Guamamku sambil menyapu asap rokok yang mulai menerpa wajahku.

"Sejak kapan kau mengenal lelaki itu ?" tanya mamih masih tetap cuek menghisap rokoknya dan menyemburkannya asapnya kesembarang arah.

"Lelaki mana mamih ?"

"Kau tidak mengingatnya, Baby.?"

Akupun menggelengkan kepala, masih bingung untuk mengingat lelaki yang wanita itu tanyakan.

"Sudahlah kita tak perlu bahas lelaki itu sekarang, ada yang ingin mamih katakan."

"Aku sudah siap untuk menerima ocehanmu mamih, sangat siap. Lelaki yang telah membookingku semalam, dia lelaki yang sangat aneh. Aku minta maaf sudah mengecewakanmu. Dia pasti tidak berniat untuk datang lagi ke lantai 5." Ucapku. Akupun duduk tegap bersiap menerima omelan yang biasa ia lontarkan, omelan seperti biasanya saat aku habis mabuk-mabukan.

"Kau salah Jelita ! aku tidak akan memarahimu." Mamih menyelipkan rambutku dengan lembut.

"Lelaki itu membookingmu lagi." Ucapnya pelan sambil tersenyum senang. Tapi ucapannya itu sangat membuatku kaget setelah mendengarnya.

"Tidak mamih ! aku dengan tegas menolaknya. Apakah dia ingin mempermalukanku lagi?" tolakku.

"Tidak sayang ! dia menyukaimu. Bahkan dia mengatakan sangat mengagumi tarianmu.nKau harus tahu Jelita ! puing-puing emas bisa mamih beli saat ini. Dia membookingmu dengan harga yang Fantastis." Ucapnya sangat bahagia.

Aku hanya bengong mendengar ucapan mamih Sander. Bagaimana bisa ? Jelas-jelas tadi malam dia mengatakan tidak menyukai tarianku sama sekali tidak tertarik sedikitpun.

"Mamih, apa aku masih dialam mimpi?"

"Tidak baby, kau bersamaku dialam nyata." Mamih mencubit pipiku gemas.

"Bagaimana bisa ?"

"Lelaki itu, membayar bookinganmu pada mamih 1 milyar dengan syarat kau tidak diperkenankan dibooking oleh orang lain. Diapun akan menambah uangnya, bila kau selalu memberikan penampilan yang bisa memuaskannya selama dia belum mengakhirinya dia akan terus membookingmu. Dan tips semalam yang dia berikan tinggal kau cek di atmmu. Dia sendiri yang memintanya untuk langsung mengirim ke atmmu" Terang mamih.

" 1 milyar katamu ? ini tidak bisa ku percaya ? lantas apa mamih sudah menerimanya ?" tanyaku masih diliputi rasa heran. Bagaimana tidak heran, semalam lelaki itu secara terang-terangan menghinaku dengan kata-katanya yang menyebalkan.

"Tentu saja."

"Kau seperti sudah menjualku mamih." Gumamku kesal.

"Tidak baby, mamih mengharapkan sesuatu darinya untuk masa depanmu."

"Maksud mamih ?"

"Mamih lihat dia menyukaimu, Mamih akan merelakanmu pergi meninggalkanku asal dia yang menikahimu." Terang mamih dengan tatapan yang lembut, kemudian dia menyedot kembali cerobong bernikotin itu.

"Apaan sih mamih." Elakku dan menepis tatapanku ke arah lain.

"Berbuat baiklah padanya. Aku memang ibu angkatmu, bukan wanita yang telah melahirkanmu. Tapi aku ingin melihatmu hidup lebih baik." Terangnya lembut.

"Mamih."

Kamipun saling berpelukan.

"Baiklah, istirahatlah dengan baik agar nanti malam kau tidak mengecewakannya."

Setelah acara berpelukan antara anak angkat dan ibu angkatnya itu usai. Mamih Sander pun pergi meninggalkanku.

Sesaat keheningan menerpaku. Akupun mulai membayangkan kejadian semalam. Apa maksud dari semua ini ? Ini sungguh membingungkan.

David, dia pasti mengetahui kejadian semalam. Kubuka ponselku disana tertera panggilan tak terjawab 15x darinya. Melihat waktunya dia menelphonku berulang kali sejak malam.

"Apa yang terjadi ? kenapa David sampai menelphonku berulang kali ?" gumamku.

Tiba-tiba ponsel berdering, kulihat nama seseorang yang sebenarnya akan aku hubungi. David terlebih dalu menelphonku.

"Kau dimana, Jelita ?"

"Aku dikamarku." Sambil mengganti posisi dudukku menjadi rebahan karena rasa pusing yang mulai membuat penglihatanku sedikit mengganggu penglihatanku.

"Syukurlah."

"Apa yang terjadi semalam denganku, David ? kenapa kau menelphonku berkali-kali ?bukankah biasanya kau yang mengantarku saatku mabuk ?" akupun menghantamnya dengan beberapa pertanyaan.

"Kau tidak mengingatnya, Jelita?"

Akupun memegang kepalaku yang sedikit pening sambil mengingat kejadian semalam. Aku mengingat seorang lelaki tampan yang duduk disampingku menawarkan diri untuk membayar minumanku.

" Tidak, aku tidak mengingatnya. Setelah ku minum gelas ke 2 darimu. Apa lelaki itu yang mengantarku, David ?"

"Lain kali, kalau kau minum di bar hindari lelaki itu !"

"Maksudmu ? aku tidak mengerti ?" akupun spontan terduduk. Kenapa David berkata itu?

"Lelaki itu orang yang kuat. Dia tidak akan melepaskanmu saat dia menginginkanmu. Kau lebih baik menjauhinya Jelita." Terangnya.

"David, pagi ini aku banyak mengalami kejadian yang aneh. Kau jangan membuatku semakin bingung. Aku tidak bisa mengingat semua kejadian semalam. Tolong katakan padaku ! Apa yang terjadi semalam?"

"Semalam kau mabuk dan lelaki yang menawarkan minuman itu, menari bersamamu dilantai dansa. Dia juga yang mengantarkanmu pulang." Terangnya kembali.

Sekilas terbayang seorang lelaki berbisik ditelingaku dengan mengatakan sebuah nama Bastian. Akupun spontan menjambak rambutku sendiri.

"Hallo ! kau masih mendengarku, Jelita ?" Teriak David karena aku lama terdiam sedang mengingat-ingat kejadian semalam walaupun tidak sepenuhnya mengingatnya.

"Ya, David." Jawabku terburu-buru.

"Baiklah sekarang istirahatlah ! jangan lupa minum obat untuk menghilangkan rasa pusing dikepalamu."

"Baiklah." Dengan nada pelan.

Akupun menutup ponsel, David satu-satunya lelaki yang memperdulikan ku. Dia sangat perhatian padaku dan aku mensyukuri itu. Di dunia ini ada dua orang yang menghargai kehadiranku untuk terus bertahan dan bernapas, mereka Mamih Sander dan David.

Dengan terburu ku cek saldo atm saat teringat mamih mengatakan lelaki itu memberi tips langsung padaku. Sesaat kutunggu hasilnya dan pesanpun tertulis dilayar ponsel yang dari tadi ku tatap.

"What ? Apakah lelaki itu sudah gila ? bagaimana bisa dia memberi tips sebesar ini ?" akupun menjerit histeris dengan mulut mengagah dan melihat dengan mata melotot saking dibuat tidak percaya dengan angka yang tertera disaldo atmku.

Kupandangi terus sambil mata yang masih melotot. Disana tertera nominal saldo yang kumilikki 2 milyar, lebihnya saldo awal yang ku punya sebelumnya. Bahkan tipsku yang ku terima, lebih besar dari bayaran dia membookingku pada Mamih Sander. Ini tidak bisa kupercaya. Selama aku menjadi penari jangankan 1 milyar, 500 juta pun hanya sekali aku dapatkan, itupun bayaran bookingku yang masuk ke saku mamih.

Lantas siapakah lelaki itu ? Apakah lelaki sama yang telah berdansa denganku malam tadi ? apa lelaki lain ?

Pagi yang penuh dengan hal yang mengejutkan dan menimbulkan banyak pertanyaan.

Kita lihat saja nanti .

Apakah Jelita mendapatkan kepastian siapa lelaki yang membooking nya?

Jangan lupa habis membaca dukungannya dengan memberi like, vote, coment terbaiknya yah😊☺️

Terpopuler

Comments

Helni mutiara

Helni mutiara

👍👍👍👍👍👍👍

2021-01-17

0

santiezie

santiezie

salut sama mami Sanders deh, baik banget...

2020-11-02

0

ARSY ALFAZZA

ARSY ALFAZZA

🌷🌷

2020-11-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!