Bertemu Lelaki Aneh

Sang Surya perlahan pergi meninggalkan langit biru. Suasana gelap gulita kini datang menyelimbuti bumi. Normalnya menuju larut malam, suasana rumah akan tampak sepi. Setiap insan akan melabuhkan dirinya ke alam mimpi untuk menyerahkan seluruh keluh, kesah dan lelahnya. Dan melupakan rasa penat dari beragam aktifitas disiang hari.

Tapi sungguh berbeda dengan diriku, justru aku meninggalkan rumah dan pergi ke tempat dimana ku bekerja untuk menopang hidupku. Di tempat yang berbeda dengan keinginan sang malam agar terlelap dalam kegelapannya, kegelapan yang menyenyakan untuk semua makluk yang bernyawa. Di tempatku bekerja saat sang malam semakin larut menyelimuti bumi, suasananya semakin ramai dipenuhi jiwa-jiwa penyuka dunia malam. Mereka rela menyia-nyiakan waktu tidur panjang mereka begitu saja.

Akupun dengan cepat melangkahkan kaki, memasuki ruang ganti untuk memakai kostum yang sudah biasa ku pakai untuk mengekspresikan tubuhku. Deretan kostum yang biasa kami kenakan, sudah siap pakai berjajar dengan rapi dan bersih di lemari pajangan yang berada diruangan khusus itu.

Namun untuk malam ini, Mamih Sander telah menyiapkan sebuah kostum yang special. Setelah memakainya, akupun sedikit menggelengkan kepala. Malam ini baju yang ku pakai sungguh berbeda. Mamih memberi pakaian yang sedikit mencolok. Sampai kedua gundukan gunung kembar milikku setengahnya menyeruak seakan ingin menyembur keluar, sangat terlihat jelas.

"Ada apa dengan mamih malam ini ?

Dia seperti bukan Mamih Sander yang ku kenal." Gumamku dengan sedikit kesal sambil memandang diri ke arah cermin.

Aku sungguh tidak menyukai kostum yang kukenakan hari ini. Walaupun pakaian yang sering dikenakan sangat ketat dan mengekspos seluruh lekuk tubuh kami, mamih Sander selalu memilih kostum yang tidak memperlihatkan daerah yang bisa membuat mata sang penikmat kelabakan memandangnya. Tetapi hari ini sangat berbeda, aku benar-benar dibuat tidak mengerti. Apa dayaku dengan terpaksa harus memakainya. Ini bagian dari pekerjaanku.

Setelah acara berdandan usai, akupun memakai sebuah jubah untuk menutupi seluruh tubuh. Kami memang sengaja memakainya karena yang berhak melihat seluruh penampilan kami hanya sang pelanggan yang membooking. Tak lupa ku pakai topeng kecamata yang menutupi kedua bagian mataku. Bibirku yang terpoles lipstik merah menyala, menyembur dan merapat saling beradu bertujuan saling membagi warna agar terlihat sempurna.

Ruangan VIP berada dilantai 5 selantai dengan ruang ganti para penari hingga kami para penari bisa dengan mudah sampai ke ruangan yang membooking. Kulihat waktu sudah menunjukan pukul 11 malam. Sudah waktunya memasuki ruangan yang telah dibooking oleh sang pengusaha itu. Akupun berjalan keluar dari ruang ganti menuju ruangan yang telah Mamih Sander berikan.

Sebelum sampai ditempat tujuan, terlihat sebuah senyum manis menyeruak dari bibir wanita sang pemilik bar.

"Semoga sukses, baby." Sambil menyubit nakal daguku.

Akupun mengangguk penuh semangat.

Kemudian ku langkahkan kembali kakiku. Tujuanku adalah ruangan VIP no 1. Tapi langkahku terhenti sesaat, ketika terlihat 2 lelaki dengan memakai jas rapih. Berdiri tegap didepan pintu itu.

Sekuat apa orang ini ? Sampai dia mengutus 2 orang bodiguar untuk berjaga

Dia terlalu berlebihan.

Akhirnya kulanjutkan langkahku dengan langkah yang mempesona. Sesampainya didepan mereka, akupun menebar senyuman manis pada 2 sosok lelaki itu. Kemudian salah satu bodiguarnya itu membuka pintu.

Dengan langkah pasti, akupun masuki ruangan itu. Namun sebelumnya kukedipkan sebelah mataku padanya dan sang bodiguar itu tersenyum senang.

Setelah pintu tertutup, terlihat seorang lelaki sedang duduk santai dengan salah satu kakinya bertumpu ke kakinya yang satu lagi. Salah satu tangannya menggenggam sebuah gelas yang berisi setengah minuman. Kedatanganku hanya disambut dengan tatapan tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Matanya yang begitu tajam sangat menusuk jantungku membuatku merasa canggung. Baru kali ini aku merasakan suasana tak biasa, membuat diriku merasa menjadi sosok yang terpojokkan.

Pengalaman sebelumnya, setiap pelanggan yang pernah membookingku. Mereka selalu menyambutku setidaknya dengan senyuman ramah. Berbeda dengan lelaki yang dihadapanku ini.

Sungguh lelaki yang aneh.

"Maaf bila Tuan menungguku lama." Sambutku ramah memulai percakapan dan menghapus aura tidak nyamanku.

"Menarilah !"

Lelaki itu tidak memiliki jiwa basa basi, dia langsung menyuruhku menari. Karena mengingat perkataan Sang pemilik bar bahwa lelaki ini sangat kaya raya yang akan memberi kan uang yang banyak. Akupun tanpa basa-basi mengikuti keinginannya.

Setelah musik terlantun. Akupun melucuti jubahku dan menari dengan Gemulai. Disetiap ruangan terdapat sebuah panggung kecil dengan 1 tiang untuk menjadi salah satu media menari kami, menghadap sebuah kursi tempat duduk pelanggan yang membooking. Tubuhku meliuk-liuk mengikuti irama, jiwaku seakan melayang mengikuti irama yang terlantun. Menari adalah jiwaku tempat mencurahkan segala keluh kesah ku. Tak peduli seerotis goyangan yang tercipta dari liukan tubuhku. Aku terus bergerak menari penuh sensual mengikuti irama.

Tarian manja dan menggoda kukerahkan untuk menarik perhatiannya. Kuputari tiang itu dengan gemulai dan gaya yang menantang.

Namun lelaki itu hanya terus menatap mataku dengan tatapan nya yang tajam dan menusuk. Selama menari tanpa henti kami saling beradu pandang.

Jantungku sesaat serasa meledak, tubuhku seakan melayang terbang. Bola matanya memberikan suatu penandaan bahwa ada suatu bidikan yang sesaat membuatku bertanya. Apakah ini yang namanya pandangan pertama ? tidak ! dalam kamus sang penari tidak ada kata pandangan pertama yang akan meluluhkan perasaan. Itu suatu kemustahilan yang takan bisa didapat oleh gadis rendahan seperti kami.

Kini ku sadari, dia tidak melihat tubuhku yang bergerak larut dalam tarian. Namun hanya menatap bola mataku saja tanpa berkedip dan tanpa berhenti. Lelaki yang aneh. Bukannya dia membooking ku untuk melihat liukan tubuhku yang erotis.

Sampai alunan irama memberi isyarat akan berakhir, mata kami masih tetap saling menatap. Dia tak melepas sedikitpun pandangannya. Keringat sedikit merembes dari keningku. Rasa lelah menerpaku, akupun membungkuk layaknya sang bidadari mengakhiri tarianku. Dengan napas yang masih memburu.

"Hanya itukah yang bisa kau lakukan, Nona?" ocehnya sambil mendecih.

"Apa Yang barusan Tuan ucapkan ?" jawabku sedikit menahan amarah.

"Aku tidak melihat kau sedang menari." Ucapnya renyah.

"Maaf ! Lantas apa yang barusan anda lihat, Tuan?"

"Lebih baik kau temani aku minum !" pintanya sambil menunjuk sebuah kursi kosong dengan matanya.

"Maaf tuan, pekerjaanku disini hanya menari. Dan permintaan tuan sudah kami sediakan di bar ini. Anda tinggal menghubungi bagiannya." Tolakku dengan nada sinis.

lelaki itu tertawa pelan mendengar kicauanku. Diapun dengan santai meminum air beralkohol dalam gelas yang ia pegang.

"Kalau begitu, tampilkan tarianmu yang lebih menarik lagi nona !" perintahnya kembali sambil menatapku tajam.

"Baik Tuan."

Akupun menari kembali dihadapannya. Tapi lelaki itu tetap saja berlaku sama seperti tadi. Dia sama sekali tidak melihat tarianku tapi menatap fokus pada mataku.

Sebenarnya apa yang dia inginkan ?

Akhirnya sudah 3 putaran musik ku lalui, tanpa henti aku terus menari. Namun, dia masih mengatakan hal yang sama.

"Maaf Tuan. Bila anda kurang puas dengan tarian saya. Saya harap Tuan hubungi Nyonya Sander dan meminta penari lain yang sesuai dengan keinginan anda." Ucapku dengan napas yang terengah-engah.

Karena rasanya sudah cukup tenagaku untuk menari dan aku harus mengakhiri pelayananku padanya. Aku sudah tidak perduli dengan godaan uang yang Mamih Sander ucapkan. Lelaki ini hanya akan membunuhku saja bila aku terus mengikuti keinginannya yang tak pernah membuatnya merasa sesuai dengan keinginannya.

"Sander mengatakan kau adalah penari primadona di Bar ini. Makanya aku membookingmu." Balasnya sambil tersenyum hambar.

"Saya minta maaf bila telah mengecewakan anda."

"Sayang sekali, aku telah menyia-nyiakan uang dan waktuku hanya untuk ini." Ucapnya seenaknya sambil membuang mukanya.

Akupun menahan kekesalanku dengan memegang pahaku yang berlapis kain tipis itu sebagai pelepas kekesalanku, saat ku dengar ucapannya itu.

"Anda marah nona ?" tanyanya tiba-tiba sambil melihat lenganku yang sedang mencengkram kuat.

"Tidak !" elakku dan melepas cengkraman gemasku.

Lelaki itu tertawa kecil.

"Baiklah kau mungkin lelah aku tidak akan menyuruhmu untuk menari lagi, terus terang tarianmu tak sedikitpun menarik hatiku." Ocehnya renyah sangat renyah.

"Baiklah saya permisi dulu Tuan." Jawabku sambil meninggalkan lelaki itu dengan segumpal kekesalan yang menggunduk dihatiku.

"Nona, aku tidak suka kau menari seperti itu didepan orang lain." Teriaknya.

"Dasar pria aneh." Ocehku sambil keluar.

Saat pintu terbuka, akupun meringus pergi tanpa sedikit senyuman. Sang bodiguarpun saling menatap, seakan mereka tahu hal itu akan terjadi.

Jangan lupa dukungannya dengan membubuhi like, vote, coment terbaik dan rate boomnya😊☺️

Terpopuler

Comments

Helni mutiara

Helni mutiara

👍👍👍👍👍

2021-01-17

0

Aluh Banjar

Aluh Banjar

mantap

2020-12-19

0

santiezie

santiezie

pasti leleki aneh jatuh cntrong sama jelita, hehe...

2020-11-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!