Setelah mengganti pakaiannya, Jelita melangkahkan kakinya ke kursi barner. Ia pun duduk menghadap bartender yang sangat ia kenal dan sudah menjadi teman baiknya sejak lama. Lelaki itu, sudah mengetahui bila Jelita menghampirinya. Pasti dalam suasana hati yang tidak baik.
"David tolong berikan cocktail yang biasa ku minum ?" teriak Jelita. Karena suara kecilnya tidak akan didengar David. Alunan musik yang DJ iringkan begitu keras.
"Apa yang terjadi denganmu ?" tanya balik David sambil melongokkan mukanya lebih dekat dengan wajah wanita itu.
"Hari ini aku sedang kesal.bLebih baik kau jangan banyak bertanya !" bentaknya sambil cemberut.
"Ok."
Tak lama minum yang ia pesan menghampirinya. Malam ini pengunjung begitu ramai. Lantai dansa dipenuhi oleh para pengunjung yang berjingkrak-jingrak dan bergoyang riang melepaskan semua penat. Lampu disko berkelap kelip, musikpun terlantun begitu keras terdengar. Namun begitu berirama hingga mampu membuat pendengar yang dudukpun ikut menggoyangkan badannya. Itulah salah satu keahlian sang DJ. Selain energinya yang begitu semangat berhasil membawa suasana hati para penikmat dansa ikut menghangat, hingga bersemangat bergoyang dan berjingkrak sesuka hati mereka. Merekapun mampu memilih musik yang dapat membuat para pengunjung semuanya terbawa dalam alunannya.
Jelita memperhatikan keadaan sekeliling bar ibu angkatnya itu, sambil meneguk perlahan minuman di gelasnya. Suasana bar semakin penuh dan ramai. Keramaian seperti malam ini memang sudah biasa terjadi disini. Kaki kanan Jelita perlahan mengetuk-ngetuk seirama dengan bunyi musik yang terdengar. Diapun menggoyangkan sedikit badannya mengikuti ritme musik yang terdengar.
"Apa ada yang menggangumu?" tanya David setelah waktunya senggang usai melayani pelangga lainnya.
"Hari ini aku mendapatkan pelanggan baru, tapi sangat aneh. Lelaki berengsek itu membuatku kesal." Jawabnya penuh kesal.
Jelita meletakkan gelas kosongnya dengan keras sebagai pertanda kekesalan yang sangat bergemuruh di dadanya.
"Why?"
"Aku tidak tahu. Dia mungkin lelaki tidak normal." Jelasnya sambil menyeringai tak suka.
Terlihat seorang lelaki duduk disampingnya dengan memakai kemeja putih, kancing atasnya terbuka tak berdasi. Sedikit berantakan, sepertinya dia baru pulang dari tempat kerjanya terlihat dari setelan bajunya. Jelita meliriknya sekilas dan lelaki itupun melihatnya. Pandangan merekapun saling beradu, Jelita seakan merasa dirinya berada di dejavu. Dia merasa pernah melihat mata tajam itu. Namun dia lupa mengingatnya. Jelitapun mengalihkan pandangannya ke arah David.
Lelaki itu terlihat sangat tampan. Melihat dari penampilannya sepertinya dia orang kaya. Namun Jelita harus membuang sebuah harapan untuk mendapatkannya. Setiap pengunjung di bar ini tidak akan bisa menerimanya saat mereka tau pekerjaan Jelita.
"Itu sangat menakutkan Jelita." Respon David menjawab yang telah Jelita ulaskan padanya sambil tersenyum. Wajah yang dimiliki David bisa dibilang tampan juga. Ia pantas menjadi model. Hidungnya yang mancung, senyumnya yang manis bibirnya yang begitu menggoda. Wajahnya bisa diibaratkan pemain drama Korea Ji Cha Wook. Jelita jamin pasti banyak para pengunjung yang menyukainya terutama para gadis.
Namun nasibnya sama denganku. Dia terlahir dari keluarga yang kaya raya. Karena mengalami kebangkrutan akhirnya ayahnya dipenjara karena terlilit banyak hutang. Dan ibunya meninggal dunia. Berakhirlah dia menjadi bartender di bar Mamih Sander.
Jelitapun tertawa terbahak mendengar ucapan David.
"Akupun sangat ketakutan David. lelaki aneh dan memuakkan, sudahlah ! aku tak sudi untuk mengingatnya. Tolong beri aku 1 gelas lagi minuman yang bisa mamabukanku seketika !"
"Mamih Sander akan marah padaku." Sambil menatap dalam wajah cantik itu.
"Aku tidak peduli ! berikan 1 gelas saja David ! hari ini aku ingin mabuk untuk melupakan kekesalanku pada lelaki berengsek itu?" pintanya memaksa.
"Berikan saja apa yang dia inginkan !" tiba-tiba terdengar suara dari lelaki tampan yang duduk disampingnya itu.
Dengan tatapan penuh tanya, David yang sudah menjadi teman baik Jelita. Mengisyaratkan pertanyaan, Apakah Jelita mengenalnya ?
Jelita hanya menjawabnya dengan bibirnya tak tahu sambil mengangkat kedua pundaknya.
"Aku akan membayar semua yang diminumnya." Lanjutnya sambil menatap wajah Jelita.
"Aku bisa membayarnya sendiri, Tuan. Maaf aku tidak mengenalmu..Dan simpan uangmu itu." Jawab Jelita sinis, tanpa menoleh sedikitpun lelaki itu.
"Ini sebagai ucapan perkenalanku. Apakah aku salah?"
"Maaf....lebih baik cari wanita lain yang mau berkenalan denganmu !" tolaknya.
Dan kembali memelototkan matanya pada kawannya itu, untuk menuangkan kembali minuman yang ia inginkan.
"Aku janji, satu gelas lagi." Pintanya mencuekkan lelaki yang berada disampingnya.
"Baiklah. Setelah ini kau pulang !" Davidpun menyerah dan menyodorkan gelas ke 2.
Ucapan yang David katakan, sama sekali tak Jelita hiraukan dan ia pun langsung meminumnya dalam satu tegukan. Lelaki yang berada disampingnya itu, tersenyum melihat cara minum Jelita. Wanita itu bisa mabuk seketika.
"Wanita unik." gumamnya pelan.
Jelitapun berdiri dengan sedikit sempoyongan. Rasa pusing dikepalanya mulai menyeruak. Namun hari ini ia ingin bersenang-senang untuk melepaskan kekesalannya. Mamih Sander pasti hanya akan mengocehnya saja, saat dia tahu Jelita mabuk-mabukan. Mamih Sander tidak pernah mengizinkan anak asuhannya mabuk-mabukan.
Namun, untuk hari ini Jelita tidak akan memperdulikan ocehan yang akan dia dapatkan, Mamih Sander pasti akan mengerti alasan kenapa Jelita mabuk. Keluhan dan tips kosong yang ia terima dari sang pengusaha kaya itu. Sudah cukup membuatnya memahami perasaan Jelita.
"Apakah aku harus mengantarmu ?" tawar David melihat Jelita mabuk lelaki itu sedikit khawatir.
"Ayolah David, jangan norak deh. Ijinkan aku sekali saja bersenang-senang malam ini. Aku ingin bergabung dengan mereka." Tolaknya, kemudian melangkah menunjuk muda-mudi yang berada dilantai dansa.
"Lebih baik kau pulang Jelita ! kau akan kena hukuman bila membuat kekacauan." David berteriak namun tak dihiraukan gadis itu.
Jelita berjalan kencang menuju lantai dansa dan bergabung dengan yang lainnya. Lelaki yang duduk disampingnya tadi hanya terus tersenyum, tak sedikitpun melepas pandangannya dari gadis itu.
"Apa kau kenal baik dengannya, David ?"
"Ya dia cewek aneh dan keras kepala" Sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"Aku menyukainya. Wanita yang unik." gumamnya dan David tidak bisa mendengarnya dengan jelas.
Dia hanya berharap lelaki yang berada di depannya itu tidak menyukai Jelita. David tahu siapa lelaki itu. Ia sangat kuat dan keras. Tak ada yang bisa menolak keinginannya. David hanya memandang jelita sambil berdoa semoga gadis itu tidak menjadi incarannya.
Bastian Leonardo, sang penguasa yang memiliki kekuasaan besar. Semua orang pasti akan mengenalnya. Ia salah satu orang terkaya di Negara ini. Namun Jelita dengan ketidaktahuannya, telah menolakannya begitu saja.
Dengan tatapannya matanya yang tajam dan menusuk, Bastian tak sedikitpun melepas Jelita dari pandangannya. Gadis itu meliuk-liukan tubuhnya menari dengan sangat menggoda. Tubuhnya yang langsing, namun berisi dibagian tertentu. Terlihat sempurna dan sangat indah untuk dipandang. Rambutnya yang panjang dan bergelombang dibiarkan tergerai terombang ambing sesuai irama hentakan sang pemiliknya. Hidungnya yang mancung, bibirnya yang begitu mempesona dan wajahnya sangat cantik dan menarik. Bastian tidak berhentinya berkedip terus menatapnya.
Disaat Jelita terlena dalam tariannya yang begitu menarik perhatian penari lain di lantai dansa itu. Datang seorang lelaki muda berkaos kotak-kotak menghampiri dengan menggoyangkan badannya mengikuti irama. Namun Jelita tidak mengharapkannya dan ia pun membalikkan badannya membelakangi lelaki itu. Namun Lelaki itu tidak rela melepaskannya, terus memaksanya untuk berdansa bersamanya. Penolakan kembali Jelita lancarkan dengan berpindah ke lantai yang lain.
Kejadian itu membuat mata Bastian melotot dan membuat dia harus bertindak. Dalam kamusnya tidak akan ada yang bisa menyentuh wanita yang telah ia tandai sebagai calon miliknya. Benar, Bastian telah terpikat oleh gadis itu. Terlihat Lelaki muda itu terus mengikuti Jelita dan Bastianpun berjalan ke arah Jelita.
Saat tangan lelaki berbaju kotak itu akan meraih pinggang jelita. Bastian menghalaunya dan terlihat jelas oleh Jelita. Dengan cepat Bastian meraih pinggang gadis itu dan membawanya ke tengah area lantai dansa. Lelaki berbaju kontak itu mendecih marah, namun membiarkan mangsanya pergi. Jelita dibuat terdiam sesaat. Namun ia harus mengucapkan terimakasihnya dengan menari bersamanya.
Akhirnya, senyum merekah Jelita lancarkan dengan diikuti goyangan badan yang berirama. Bastianpun membalas senyuman gadis itu, Jelita tidak mengetahui Bastian bukan lelaki biasa. Dia sudah terbiasa menari dilantai dansa, ia sangat mahir dan mampu menyeimbangi lawannya. Diapun memulai berdansa mengikuti gerakan-gerakan Jelita yang begitu semakin membuatnya terbawa oleh irama. Hingga tak sadarkan diri mereka menjadi pasangan dansa yang menjadi sorotan beberapa mata yang terpukau oleh gerakan mereka.
Tepukan tangan dari para sang penonton pun menambah semangat pasangan itu. Sang DJ pun ikut bersemangat menyelipkan nada-nada yang membuat pasangan itu mengeluarkan gerakan indahnya.
Akhirnya Jelita tersadar, dirinya tlah menarik perhatian banyak mata. Iapun menghentikan gerakannya dan melangkah sambil sempoyongan untuk pergi dari lantai dansa. Namun sebuah tangan dengan cepat menarik lengannya. Tubuh Jelita yang sudah tak seimbangpun, dapat dengan mudah tertarik ke dalam pelukan lelaki itu.
"Aku ingin mengenalmu, Jelita." Bisiknya tepat ditelinga gadis itu.
"Kau telah mengetahui namaku. Untuk apa kita berkenalan."
"Itu tidak cukup."
"Maaf aku harus pulang." Tolaknya dan mencoba menghempas kasar tubuhnya.
"Apa barusan kau menolakku untuk ke 2 x nya dari seorang Bastian ? Itu tidak akan baik untukmu nona." Ucapnya pelan namun bermakna.
"Kau sudah mengatakan namamu, Bastian. Bukankah itu bagian dari perkenalan." Balas Jelita dan memandang balik wajah lelaki yang masih memeluknya itu sinis.
Jelita mencoba melepaskan tubuhnya dari pelukan lelaki itu.
"Kau mabuk, aku perlu mengantarmu." Gumamnya pelan.
Jelita membalasnya dengan tertawa keras.
Tanpa izinnya, lelaki itu menarik tubuh Jelita dengan merangkul pinggangnya dengan kuat untuk membawanya keluar dari bar. Namun David menghalaunya.
"Tuan biar aku yang mengantarnya." Tawar David.
"Kau sudah mengenalku David." Sambil menatap tajam David.
"Gadis ini akan ku antar ke rumah Sander."
"Baiklah."
Jelita hanya tersenyum saat melihat David yang memandangnya dengan tatapan lemah. Jelita berada dalam kondisi sadar namun tak sadar juga, akibat minuman terakhir yang ia minum. David tidak dapat menghalangi keinginan Bastian. David hanya bisa memandang kepergian mereka. Jelita pergi bersama Bastian dengan 2 bodiguar yang mengikutinya dibelakangnya.
Bagaimana nasib Jelita ?
Apakah Bastian akan mengantarnya ke rumah Mamih Sander ?
Atau ketempat lain ?
Jangan lupa like and votenya 😊😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Loolaa
semangat aku masih lanjut💗💗💗
2021-02-08
0
Helni mutiara
👍👍👍
2021-01-17
0
astri Yudiana
aku hadir lagi 😊
2020-11-03
0