Sang Penari

Sang Penari

Tentangku

Namaku Jelita. Saat ini usiaku baru beranjak 22 tahun. Pekerjaanku sebagai penari. Namun tarian yang kutampilkan, bukan tarian yang kusuguhkan diatas panggung dari satu gedung ke gedung lainnya. Yang dipenuhi ratusan bahkan ribuan pasang mata para penonton, serta gemuruhnya tepukkan tangan sebagai expresi kekaguman mereka atas gemulainya tubuhku menyuguhkan sebuah tarian dihadapan mereka.

Namun, aku seorang penari di sebuah bar yang khusus disediakan di ruang tamu VIP.Bar Sander, sebuah bar besar terkenal di Ibukota yang sekarang ku tinggalin. Selain menyuguhkan beragam minuman yang memabukkan dan area dansa luas yang selalu diramaikan oleh para DJ terlatih. Bar inipun menyediakan sebuah pelayanan khusus pengunjung VIP yaitu menyuguhkan tarian dari penari yang sudah terlatih. Jangan tanyakan bagaimana tariannya?

Namun ada beberapa persyaratan yang harus dipatuhi. Sang penari tidak melayani pelanggan dengan pelayanan lain atau juga disebut pelayanan plus-plus hanya menari saja. Dan pelanggan tidak boleh berlaku senonoh pada penari, seandainya ada salah satu pelanggan yang melakukan perbuatan yang melecehkan para penari akan mendapatkan denda yang setimpal. Setiap pelanggan boleh memberi tips langsung atau pada sang pemilik Bar. Dan ada syarat yang paling utama yang wajib dipakai yaitu baik sang penari ataupun pelanggan sama-sama memakai topeng yang sudah tersedia.

Keunikan itu yang membuat para pelanggan VIP banyak membooking pelayanan tambahan itu. Selain, citra diri terlindungi karena dengan memakai topeng, identitas diri si penikmat tarian terjaga. Merekapun juga mendapatkan sesuatu sensasi yang menurut mereka menyenangkan. Entah imaginasi apa yang mereka dapatkan ? setelah mereka melihat tarian erotis itu. Hanya para lelaki saja yang mampu menjawabnya.

Aku terlahir dari rahim seorang ibu yang tidak memiliki kemampuan untuk hidup mandiri. Keadaan itu didukung karena ayahku yang terlalu memanjakannya, saat dirinya masih hidup. Ayahku sudah meninggal karena sebuah kecelakaan pesawat terbang. Ayahku seorang pengusaha dan pastinya kehidupan mewah ibu dapatkan. Setelah ayah meninggal, ia seketika perlahan-lahan melepas kehidupan enaknya sebagai nyonya besar.

Disisa harta sepeninggalan ayahku, ibu tergoda oleh seorang lelaki yang hanya memiliki hobi mabuk-mabukan. Harta kami perlahan habis tak tersisa dan akhirnya kami benar-benar jatuh miskin.

Ibu beserta ayah tiri ku yang seorang pemabuk itu. Memboyongku pindah ke desa, sebuah desa tempat kelahiran ibu. Kami hidup serba kekurangan, untunglah aku memiliki kepintaran dan hobi menari. Hingga dalam masalah biaya sekolah aku tidak perlu memikirkan biayanya. Sekolah memberi beasiswa padaku.

Sebagai balasannya, akupun berusaha keras untuk memberikan semua penghargaan untuk memajukan sekolahku itu. Salah satu kegemaranku yaitu menari, dari mulai tingkat antar sekola sampai propinsi aku banyak menyumbangkan piala. Bukan itu saja beragam piala perlombaan berupa prestasipun aku sumbangkan untuk sekolah itu.

Tapi apa yang sering membelengguku selama dirumah. Tiada lain perbuatan ayah tiri ku, sudah beberapa kali dia mencoba memperkosaku. Namun selalu gagal, kegagalannya berulang kali diketahui ibuku. Dengan kebohongan lelaki itu, ibuku selalu percaya bahwa aku yang merayu lelaki brengsek itu. Hingga hubungan kami dari hari ke haripun menjadi renggang.

Tragedi besarpun menerpaku, malam itu hujan lebat mengguyur bumi. Mati lampu melanda desa, mungkin diakibatkan karena pohon tumbang atau sebuah gardu listrik yang tersambar petir. Itu hanya beberapa kemungkinan saja. Desa ini sangat terpencil, hingga penanganan dalam perbaikan sarana dikampungku sangat lamban. Bahkan kadang siang hari tim yang khusus menangani segala gangguan di desa kami baru datang untuk memperbaiki.

Seperti malam itu, hanya gelap gulita yang menambah kesunyian malam. Bunyi petir yang menggelegar keras sedikit membuat tubuhku bergetar karena kaget. Derasnya hujan terdengar samar-samar dikelelapanku. Ku biarkan tubuhku terbuai dibalik selimut tebalku. Untuk mengusir hawa dingin yang menerpaku.

Akhirnya aku tertidur pulas karena malam sudah semakin larut dan aku melupakan satu hal yang akan membahayakan ku yaitu mengunci pintu kamarku.

Saat ku terlelap dan berada didalam mimpi, sebuah tangan dingin menggerayangi betisku semakin naik mengelus ke pahaku. Awalnya aku tidak menyadarinya karena mengira itu hanyalah sebuah mimpi, mimpi seorang gadis yang sedang menuju dewasa. Hal yang wajar menurut fikiranku yang sedang berada dibawah alam sadar.

Tapi saat ku buka mataku, ternyata ini nyata. Kini kulihat sebuah bayangan hitam berada diatasku dan menindihku. Salah satu tangannya menutup mulutku. Dan yang satunya lagi menahan tanganku.Aku terus meronta sekuat tenaga.

Dari bau alkohol yang keluar dari mulutnya aku telah mengetahuinya. Dia adalah Chandra , ayah tiriku. Lelaki itu mencoba melepas baju yang kukenakan dengan merobek paksa dan mulai menggerayangi leherku. Mencium dan mengecup leherku dengan penuh napsu. Tubuhku tak dapat bergerak karena dia telah mengapit seluruh pergerakanku, dengan diiringi air mata aku meronta-ronta mencoba melepaskan diri.

Akupun memejamkan lama mataku sebagai pelepas trauma yang selalu melandaku saat mengingatnya.

"Nanti malam kau memiliki pelanggan baru. Dia pengusaha ternama yang berjaya di negara kita. Dan ini merupakan peluang terbaik kita untuk mendapatkan uang banyak darinya." Terang wanita yang berusia 50 tahun itu. Dia mamih Sander, ibu angkatku sekaligus pemilik Bar Sander.

"Sepertinya hari ini aku lelah." Tolakku.

"Oh No baby cantikku. Aku takan merelakan penari lain untuk menari didepannya." Diapun menepis tolakkanku sambil menyedot cerobong nikotinnya.

Asap rokok yang keluar dari mulutnya menyembur begitu saja ke mukaku. Hal yang biasa, sangat biasa. Aku adalah sang primadona dari semua penari yang dimilikinya. Belum ada satupun yang bisa mengungguli.

"Seistimewa itukah dia, mamih?"

"Sangat istimewa. Untuk pertama kalinya dia membooking pelayanan ini. Biasanya dia hanya sekedar minum-minum saja. Oleh karena itu aku mengandalkanmu." Terangnya dan kembali menyedot rokoknya itu.

"Baiklah." Jawabku lemah.

"Ok baby. Istirahatlah ! nanti malam ku harap kau beraksi dengan memuaskan." Diapun pergi berlalu sambil menyolek daguku manja.

Aku hanya tersenyum sedikit memaksa membalas perilakunya itu. Hari ini sebenarnya perasaanku sedang tak enak. Tiba-tiba saja aku teringat masa lalu yang sangat ingin aku lupakan.

Akupun berjalan menuju kamarku, disana berderet kamar-kamar yang menjadi anak asuh mamih Sander. Ada 10 kamar dan tentunya 10 gadis penari dibarnya.

Rumah itu sangat besar. Penghasilan yang wanita itu miliki dari bar saja sangat banyak. Sebagai seorang janda korban dari bejadnya sang suami. Mamih Sander sangat mempedulikan kami semua. Walaupun tarian kami bersifat erotis, namun dia tidak membuka pelayanan yang menjurus ke prostitusi perdagangan para gadis.

Kami semua para gadis korban dari kejahatan-kejahatan para lelaki dengan kisah yang berbeda. Mamih mengangkat kami dari panti sosial yang melindungi kami dari kasus pelecehan yang kami alami.

Sesampai didepan kamar, ku raih gagang pintu dan membukanya. Kemudian ku jatuhkan tubuhku ke atas kasur. Perlahan kututup rapat mata untuk membuang rasa penat yang menari-nari diotakku sejak tadi.

Pekerjaanku sekarang ini memang tidak pernah terlintas dalam fikiranku. Semenjak kecil aku bercita-cita ingin menjadi seorang dokter. Hal itu karena didorong penyakit asma yang diderita ayahku. Aku berkeinginan bila kelak saat ayahku menua, aku bisa mengobatinya sendiri.

Namun keinginan itu sirna begitu saja. Saat kabar duka datang ke rumah kami. Ayah tlah tiada dengan tidak menyisakan secuil tubuhpun. Isak tangis yang ibu keluarkan membuatku ikut menjerit tanda kehilangannya yang begitu besar.

Ayah seandainya kau masih ada .

Aku takan seperti ini.

Masa depanku tlah hancur.

Kehidupanku tlah menghitam dan kelam.

Tidak ada lagi yang bisa aku perbaiki.

Tidak ada lagi masa depan yang cerah didepanku.

Ayah bawa serta diriku.

Agar aku dapat mengusir rasa lelahku yang tak berujung ini.

Air mataku perlahan mengalir ke sela pipiku. Sampai kapan kehidupanku akan berubah ?adakah seseorang yang akan membawaku untuk pergi meninggalkan pekerjaan ini ? aku lelah dengan masa depanku yang tak menentu ini.

Simak terus kelanjutannya?

Siapakah yang membooking Jelita?

Jangan lupa dukungannya lewat like, vote, coment terbaik dan rate boomnya🤗

Terpopuler

Comments

Aulia

Aulia

Menarik nih

2021-02-27

1

Loolaa

Loolaa

jejak otw lanjut😘

2021-01-29

0

Helni mutiara

Helni mutiara

👍👍👍👍

2021-01-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!