Arzan dan Daffin tengah duduk santai diatas motor mereka masing-masing. Sesekali Arzan menggoda beberapa kakak kelas bahkan juga adek kelas yang lewat didepannya. Hal itu membuat Daffin menggelengkan kepalanya, sifat Arzan yang seperti ini terkadang membuatnya kesal. Apalagi ketika cewek incarannya lebih memilih Arzan dari pada dirinya.
"Terus aja terus, setiap ada cewek yang lewat lo godain," dengus Daffin sambil menendang kaki Arzan.
"Apa sih ganggu kesenangan orang aja lo!" kesal Arzan.
"Yaelah sekali-kali bagi gue napa, masa semua cewek nemplok ke lo!" geram Daffin.
"Yang nemplok siapa?" tanya Arzan.
"Mereka lah," jawab Daffin sambil melirik gerombolan cewek yang sedang mencari perhatian Arzan.
"Terus bukan salah gue kan?" Arzan menaikkan sebelah alisnya sambil menarik sudut bibirnya.
"Bukan salah lo, tapi gak usah lo tanggapin juga kali biar ada yang nyantol gitu sama gue." bujuk Daffin.
"Yang kemaren kemana?" tanya Arzan.
"Gue buang, apaan dia deketin gue cuma mau manfaatin gue," jelas Daffin.
"Manfaatin?" tanya Arzan.
"Iya mereka deketin gue cuma mau tahu tentang lo doang, ya kali gue dijadiin batu loncatan!" kesal Daffin jika mengingat beberapa perempuan yang melakukan trik seperti itu.
"Hahaaaa!" tawa pecah Arzan membuatnya semakin terlihat tampan.
"Puas lo ngetawain gue?" geram Daffin sambil memukul lengan Arzan.
"Puas, puas banget!"
Daffin tidak merespon lagi perktaan sahabatnya itu, ia lebih memilih diam karena terlalu malas dengan topik yang sama.
Hingga seorang gadis manis dengan rambut panjangnya berjalan dengan santai tanpa memperdulikan mereka berdua. Daffin heran dengan gadis itu, disaat yang lain mencoba mendekati mereka dia hanya diam saja seolah tidak perduli.
"Zan, tuh cewek yang bikin lo emosi mulu dari pagi," kata Daffin sambil menyenggol lengan Arzan.
"Mana?" tanya Arzan, ia mengikuti tangan Daffin yang sedang menunjuk seorang siswi.
"Zan mau kemana?" tanya Daffin.
"Ikut aja," saut Arzan sudah melangkah dibelakang gadis itu. Daffin pun menurut saja dengan perkataan Arzan.
"Sendirian aja?" tanya Arzan mensejajari langkahnya.
"....."
"Lo naik apa, gue anterin mau gak?" tanya Arzan lagi, namun tetap saja gadis itu diam.
Sedangkan Daffin sejak tadi hanya bisa menahan tawanya, karena lagi-lagi Arzan didiamkan.
Sret!
Arzan menarik lengan Arzya sehingga membuat mereka saling berhadapan.
"Heh, gue ngomong sama lo. Kenapa diem aja atau jangan-jangan lo perluh ke tht!" geram Arzan, wajahnya terlihat kesal.
"Sabar, Zan!" ucap Daffin.
Arzya memperhatikan lengannya yang masih dipegang Arzan, lalu ia menghempaskannya begitu saja.
"Apa?" tanya gadis itu.
Arzan menggeleng tidak percaya, setelah dia berbicara panjang kali lebar gadis itu hanya menjawab 'apa'.
"Lo, lo hast! Baru kali ini, gue ketemu sama cewek modelan kaya lo. Bikin gue darah tinggi!" kesal Arzan.
"Hmm, terus?" tanya Arzya.
"Lo harus tanggung jawab!" kata Arzan.
"Hah?" tanya Arzya tidak paham.
"Udah-udah, Zan. Jangan bikin malu." relai Daffin, karena sudah banyak siswa lainnya yang melihat kearah mereka.
"ARZYA, LO LAMA BANGET SIH!" teriak seseorang yang mampu memecahkan ketegangan itu.
"Eh, kalian sedang apa?" lanjutnya sambil menghampiri Arzya
"Sedang rayu merayu," ucap Daffin terkekeh.
"Eh ada Kak Arzya, makin ganteng aja kak," kata Diva sambil tersenyum manis.
"Nih ini baru ekspresi normal kalau orang ketemu gue," kata Arzan bangga.
"Cih, jangan mulai deh," gerutu Daffin.
"Lo liat aja mereka menatap gue kagum dan seolah ingin memiliki, sedangkan dia." tunjuk Arzan pada Arzya.
"Dia cewek pertama yang gak perduli sama kehadiran gue," ucap Arzan mendramatisir.
"Kenapa lagi kak sama Arzya?" tanya Diva.
"Biasa dia dicuekin sama teman lo itu," jawan Daffin sambil terkekeh.
"Maklum ya kakam, dia emang orangnya pendiam kalau gak ada yang mau diomongin ya gitu diem aja kaya patung berjalan." jelas Diva sambil mencubit lengan Arzya untuk minta maaf.
"Ohh, tapi kan gue seniornya ya harusnya ada sopan santunnya sama senior dong." kata Arzan tidak terima.
"Sejak kapan ini bocah mempermasalahkan sopan santun sama senior?" batin Daffin.
"Zya, minta maaf buruan dari pada lo kena masalah," bujuk Diva.
"Gue gak salah!" tegas Arzya.
"Gak usah dipermaaalahin siapa yang salah, pokoknya minta maaf dulu biar kelar urusannya." kata Diva.
"Gak mau," kekeh Arzya.
"Haduh, jangan dipersulit, Zya. Minta maaf itu gak harus kita yang salah." jelas Diva.
Arzya menghembuskan nafasnya kasar, ia benar-benar tidak mau meminta maaf padahal dirinya sendiri tidak salah.
"Maaf," ucap Arzya.
"Apa, gue gak denger!" ucap Arzan dengan penuh kemenangan.
"Maaf, Kak!" kata Arzya sekali lagi. Setelah itu ia pergi diikuti oleh Diva.
Arzan tersenyum puas dengan permintaan maaf Arzya, ia tahu jika Arzya tidak bersalah. Namun entah kenapa ia sangat senang bisa membuat cewek patung itu kesal.
"Lo gila, Zan?" ucap Daffin.
"Iya gue gila gara-gara ada yang berani cuekin gue," ucap Arzan kembali mengambil motornya.
"Jangan bilang lo suka sama tuh bocah patung?" tanya Daffin.
"Mana ada, gue gak bakalan suka sama cewek pendiem kaya patung hidup modelan dia." jelas Arzan.
"Hati-hati, lo gak akan tau nanti... siapa tau lo jadi bucinannya dia," kata Daffin sambil terkekeh.
"Mimpi!" singkat Arzan setelah itu mereka berdua meninggalkan area parkir karena sekolah sudah mulai sepi.
Mereka tidak menyangka jika sejak tadi ada seseorang yang memperhatikan gerak-gerik mereka.
"Awas aja lo anak kelas satu, berani banget rebut doi gue." ucapnya sambil mengentakan kaki menuju mobilnya.
"Gue kurang apa sih? Kenapa dia berubah coba, katanya sayang?" gumam gadis itu.
"Awas aja gue gak akan biarin siapapun dapetin hati lo, termasuk anak kelas satu itu!" lanjutnya.
"Tenang Salsa, lo pasti bisa dapetin Arzan! Karena dia ada cuma buat lo," gadis yang bernama Salsa itu sedang menyemangati dirinya sendiri.
Amel yang juga berada diparkiran tidak jauh dari mereka hanya bisa menghela nafasnya, hatinya terasa sesak. Saat melihat seseorang yang ia sayangi berbicara dengan gadis lain, Amel sudah terbiasa dengan hal itu mengingat sifat Arzan yang selalu menggoda dan bercanda dengan banyak orang khususnya kaum hawa.
"Sakit banget sih, tapi gue bisa apa? Gue cuma lo anggap temen doang padahal gue mau lebih dari sekedar teman, Zan." monolog Amel.
"Gue harus jujur soal perasaan gue atau tetap diam aja, Zan. Tapi gue takut lo nolak gue dan ngerusak pertemanan kita." lanjut Amel.
Seketika itu air mata Amel menetes membasahi pipinya, hingga membuat hidung dan matanya memerah. Amel masih saja setia didalam mobil sendirian, ia melihat layar ponselnya yang ada foto dirinya dengan Arzan. Ya didalam foto itu sebenarnya ada beberapa orang lagi tapi karena Arzan dan Amel berdiri bersebelahan sehingga foto itu yang ia gunakan untuk dijadikan wallpaper.
"Kapan lo tau perasaan gue, Zan?" gumam Amel.
...----------------...
..."Jangan berusaha membuatku sadar akan hadirmu, Jika kehdiranmu tidak bertahan lama." ~ Arzya ~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
❤️⃟Wᵃf🍾⃝ʀͩᴏᷞsͧᴍᷠiͣa✰͜͡v᭄HIAT
lanjut
2022-02-13
1
⸙ᵍᵏ 𝓓𝓲𝓲 𝓮𝓲𝓶𝓾𝓽
menarik
2022-02-13
1
✪⃟𝔄ʀ sⷡεͬɴͦɢͫᴏͦᴛ ʰᶦᵃᵗ🦈
smgt kak
2022-02-13
1