"Ikut, kita anterin!" kata Arzan yang sudah berjalan terlebih dahulu.
"Ayo, dari pada tambah nyasar!" ajak Daffin.
Mau tidak mau akhirnya Arzya mengikuti langkah kaki Arzan dan Daffin, selama perjalan gadis itu hanya diam membisu meskipun beberapa kali diajak mengobrol. Hingga mereka bertiga sampai didepan kelas yang bertuliskan X IPA 1.
"Bodoh, kenapa gue bisa lupa kalau kelasnya disini!" batin Arzya.
"Ini kelas yang lo ca—" perkataan Arzan terpotong dengan suara nyaring dari dalam kelas.
"Ya ampun, Arzya lo dari mana aja sih... gue cariin juga, udah ilang aja! Terus kenapa gue telepon juga dihati lain, eh ralat panggil lain maksudnya!" suara cempreng dari seorang gadis yang baru keluar dari dalam kelas menghampiri Arzya.
"Lo yang tiba-tiba hilang!" ketus Arzya dengan wajah datarnya.
"Eh, ada Kak Arzan dan Kak Daffin. Ngapain kesini?" tanyanya yang mengabaikan ucapan Arzya.
"Tuh nganterin orang terserat, untung cuma tersesat dilingkungan sekolah gimana jadinya kalau tersesat dihati gue? pasti gak bisa kabur lagi," kata Daffin sambil terkekeh.
"Ah, Kak Daffin bisa aja hehe.. makasih ya kak udah nganterin temen aku," ucapnya.
"Kenalin aku, Diva!" lanjutnya sambil mengulurkan tangan kanannya pada Daffin dan Arzan secara bergantian.
"Gak perluh kenalan kan udah tau namanya," kata Daffin menerima uluran tangan Diva, begitu juga dengan Arzan.
"Itu temen, lo?" tanya Arzan pada Diva.
"Eh! Iya kak dia temanku, Zya buruan kenalan," ucap Diva sambil menyenggol lengan Arzya.
Arzya hanya diam saja, ia menatap Arzan dan Daffin bergantian. Terlihat jelas tatapan Arzya tidak bersahabat dengan mereka.
"Makasih," satu kata itu yang terucap dari mulut Arzya, lalu ia masuk kedalam kelas karena tidak perluh berkenalan toh mereka sudah tau nama Arzya.
"Hahahaaa!" tawa Daffin pecah saat itu juga, ia tidak menyangka jika ada saatnya seorang Arzan Ravindra Malik akan diperlakukan seperti itu oleh seorang perempuan.
"Puas lo!" ucap Arzan tidak suka.
"Puas pake banget, sumpah gue gak nyangka seorang ketua osis yang dikagumi banyak orang bisa dicuekin kaya gitu hahaa," kata Daffin sambil menyeka air matanya karena tertawa.
"Ma-maafin temen aku ya, Kak!" kata Diva tidak enak.
"Bilang sama temen lo itu, awas aja kalau ketemu lagi!" geram Arzan lalu pergi begitu saja, Arzan merasa kesal walaupun Arzya sudah berterimakasih padanya.
"Eh jangan ditinggal dong," teriak Daffin mengikuti langkah Arzan.
"Eheen! Yang ngambek gara-gara diabaikan, nyesek ya ngab!" ledek Daffin lagi.
"Lo bisa diem gak sih, atau mau gue bungkam mulut lo pake sepatu ini." ancam Arzan sambil melepaskan salah satu sepatunya.
"Ampus bos, ampuun." kata Daffin sambil menangkupkan kedua tangannya didepan dada.
"Makanya jangan galak-galak biar gak dicuekin!" ledek Daffin lagi sambil terkekeh, setelan itu ia berlari menjauhi Arzan.
"DAFFIN!" teriak Arzan menggema diseluruh koridor sekolah, gara-gara teriaknya itu ia menjadi pussat perhatian bebera0a siswa.
Arzan hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, lalu memakai kembali sepatunya yang ia lepas. Arzan melangkahkan kakinya seolah tidak terjadi apa-apa.
Daffin tidak menghentikan larinya, ia hanya menoleh sambil menjulurkan lidahnya pada Arzan. Hal itu semakin membuat Arzan kesal, namun dia cukup malas untuk berlari menyusul Daffin.
"Cih, baru kali ini ada cewek yang cuekin gue," gumam Arzan.
"Apa pesona gue udah luntur, ya?" monolognya sambil mematap pantulan dirinya pada kaca jendela.
Sedangkan didalam kelas terlihat Adiva Arsyila atau yang kerap disapa Diva itu tengah melipatkan tangannya didepan dada. Ia menatap tajam gadis didepannya yang tidak memiliki rasa bersalah sesikit pun.
"ARZYA, LO KOK GITU SIH TADI!" teriak Diva membuat semua siswa dikelas itu menatapnya.
"Heh toak, jangan berisik!" kata Barra.
"Sarapan speaker masjid ya lo, keras banget suaranya."
"Diva jangan marah-marah nanti kau lekas tua," kata Ade seperti sedang menyanyikan lagu Dinda yang sedang viral itu.
"Bodo amat!" jawab Diva, kemudian ia kembali menatap teman sebangkunya itu.
"Arzya denger gak sih gue ngomong?" tanya Diva pada Arzya.
"Denger," singkat Arzya.
Diva yang gemas segera menangkup kedua pipi Arzya, membuat pipi cubby itu semakin terlihat imut.
"Lo tau gak, siapa yang nganterin lo tadi?" tanya Diva.
Arzya menggeleng, karena ia benar tidak tahu. Maklum saja Arzya datang terlambat dan baris dibarisan paling belakang, terlebih lagi Arzya malas mengurusi orang yang tidak ia kenal.
"Astaga Arzya! Lo tau gak yang nganterin lo tadi itu ketos sama wakilnya!" geram Diva sambil mengeratkan tangkupan tangannya.
"Lalu?" tanya Arzya polos.
Diva menempuk jidatnya sendiri, "Ya harusnya lo jangan bersikap seperti itu, lo tau gak mereka itu salah satu most wanted sekokah kita!" kesal Diva.
"Terus, kenapa?" tanya Arzya.
"ASTAGA NAGA!" teriak Diva tidak bisa menerima jawaban Arzya.
"Lo tau gak berapa banyak cewek angkatan kita yang berharap bisa kenalan sama kak ketos! Sedangkan lo, yang jelas didepan mata malah lo angurin," ucap Diva sambil memegangi pelipisnya yang terasa pening.
Sedangkan Arzya dia hanya diam saja tidak menanggapi atau pun menyauti Diva. Menurut Arzya ia tidak perduli dengan orang yang tidak ia kenal.
Arzya Geovanka Razeta, kerap disapa Arzya atau zaza saat dirumah. Dia adalah seorang gadis manis dengan sedikit lesung pipi yang membuatnya terlihat manis dan cantik saat tersenyum.
Rambut hitam legamnya selalu terurai, menambah kesan feminim bagi siapa saja yang melihatnya. Mata hazel yang terlihat hangat seperti cahaya matahari mampu membuat siapapun terpaku, ditambah pipinya yang cubby membuatnya semakin imut.
Tapi siapa yang menyangka jika semua itu berbanding terbalik saat Arzya bersama teman dekatnya. Arzya yang biasanya pendiam, cuek seperti patung berjalan. Bahkan ada yang memanggilnya muka datar atau ice balok karena wajahnya benar-benar datar dan dingin.
Dia akan berubah menjadi Arzya yang cerewet seperti kereta api yang panjang tanpa jeda. Kadang juga dia sedikit bar-bar, lebih menggila dari pada temannya. Tapi sayangnya, sifat dia sepeti itu hanya ditunjukkan pada orang-orang tertentu saja.
Banyak hal yang membuat sifat Arzya seperti itu terutama faktor keluarganya.
Ada yang bilang jika cinta pertama seorang anak perempuan diberikan pada ayahnya, tapi apakah itu berlaku untuk gadis yang sejak kecil tidak pernah bertemu sang ayah dikarenakan bekerja diluar kota. Gadis itu serasa memiliki jarak dengan ayahnya padahal mereka memiliki hubungan anak dan orang tua.
Walaupun setiap tahun bertemu saat lebaran tapi gadis itu merasa takut dan tidak berani bertemu, terlebih lagi beliau sudah tidak bersama sang ibu. Gadis itu semakin merasa jauh ketika ia tahu bahwa sang ayah memiliki istri lain dan ia harus memanggilnya dengan sebutan 'ibu'.
Bahkan saat sang adik beranjak remaja beliau terlihat lebih dekat dan sayang pada sang adik. Sedangkan dia hanya bisa diam dan memendam semua. Karena ia tahu tidak akan ada yang berubah walaupun ia menolak.
Ia pernah protes kenapa semuanya seperti ini, kenapa ia harus merasakan semua ini. Padahal jika boleh meminta ia menginginkan keluarga yang hangat dan utuh tidak seperti saat ini, tapi mau bagaimana lagi ia bersyukur masih memiliki orang-orang yang sayang dengannya.
Tapi apa ini, dia harus rela berpisah dengan orang-orang yang menyayanginya demi melanjutkan sekolah dengan ikut sang ayah.
Berat, sangat berat untuk ukuran seorang gadis yang baru menginjak usia 15 tahun, ia harus berpisah dengan seseorang yang sudah merawatnya sejak kecil. Tapi dia sangat kuat, buktinya ia masih bisa tersenyum manis meskipun sangat sulit. Ia selalu berdebat dengan hatinya yang sakit tapi mulutnya tidak tega berucap.
Sedangkan Adiva Arsyila, yang biasa dipanggil Diva. Dia adalah temam pertama yang di temui Arzya saat pertama kali masa orientasi siswa.
Diva memamg pribadi yang periang, dia mudah dekat dengan siapa pun. Hanya saja cara biacaranya yang ceplas ceplos membuat Diva sedikit dijauhi oleh temannya. Karena terkadang perkataan Diva yang ceplas ceplos mampu menyakiti hati orang lain.
Tapi tidak dengan Arzya yang sudah terbiasa dengan tipe orang seperti Diva, sehingga mereka berdua cepat akrab.
"Kalau aja gue yang diajak kenalan, pasti langsung gercep... langsung gue ajak pacaran," gumam Diva yang masih bisa didengar oleh Arzya.
"Masih pagi mbak, bangun!" kata Arzya sambil menatap keluar kelas.
"Hah, gue kan udah bangun... udah sekolah juga kenapa disuruh bangun lagi?" tanya Diva.
"Bangun dari halumu," kata Arzya sambil menyentil jidat Diva.
"Ch! Lo mah sukanya ganggu gue halu, biarkan gue berimajinasi dengan kak ketos. Karena gue cuma bisa milikin dia didunia halu gue," ucap Diva sambil membayangkan wajah tampan Arzan, bahkan Diva sampai senyum-semyum sendiri.
"Ter se rah!" Arzya menekan disetiap hurufnya.
Kemudian wali kelas mereka masuk kedalam kelas, mereka membuat struktur organisasi dan juga jadwal piket kelas.
Awalnya Arzya menolak ketika ia dijadikan bendahara, tetapi dengan rayuan dan bujukan Diva akhirnya Arzya mau menjadi bendahara kelas. Yang tentunya bersama Diva.
Ting Ting Ting!
Bel tanda istirahat berbunyi, mereka semua berhamburan seperti lebah yang keluar dari sarangnya.
Arzan dan Daffin segera meluncur menuju kantin, perut mereka sudah berontak sejak tadi. Terlihatlah kantin yang sangat ramai, bahkan jika berusaha masuk pun akan sulit.
"Lanjut gak?" tanya Daffin.
"Lanjut lah!" Arzan lebih dulu berjalan menembus banyaknya kerumunan orang itu.
Sesekali Arzan mendorong dan didorong oleh siswa lainnya, mereka semua berebut seolah akan kehabisan makanan. Nyatanya tidak seperti itu.
Tanpa sengaja ada seorang gadis yang didorong hingga menabrak dada bidang milik Arzan. Gadis itu masih menunduk, hanya tercium aroma sampo yang sangat harum dari rambutnya.
"Maaf," kata gadis itu lalu pergi bersama temannya, namun sebelumnya ia sempat melirik gadis itu yang tak lain adalah Arzya.
"Heh! Kesambet demit mana lo!" Daffin menepuk bahu Arzan yang sejak tadi hanya diam saja sambil menatap kosong didepannya.
"Hah apa?" tanya Arzan.
"Wah lo beneran kesambet? Kesambet apa?" tanya Daffin, dia mengikuti langkah kaki Arzan yang duduk disalah satu bangku yang kosong.
"Kesambet gadis dingin," kata Arzan.
"Hah, gadis dingin siapa?" tanya Daffin. "Oh jangan bilang adek kelas yang tadi pagi kita anterin?" lanjut Daffin.
Arzan mengangguk, pikirannya masih menerawang saat tanpa sengaja mereka bertabrakan.
"Jangan bilang lo suka sama dia?" tebak Daffin.
"Entahlah, oh iya makanan gue mana?" tanya Arzan setelah sadar.
"Lah, lo tadi beli apa emangnya?" dengan santainya Daffin menguyah mie ayam eksta ceker didepan Arzan yang kelaparan.
"Haistt! Gue sampai lupa pesen," ucap Arzan merutuki dirinya sendiri, dengan cepat ia bergerak bu kantin yang sudah kosong.
"Obatnya habis tuh anak," kata Daffin sambil melanjutkan makannya.
...----------------...
..."Entah kenapa sifat dingin mu membuatku tertarik, seperti sebuah magnet yang memaksaku terus mendekat!" ~ Arzan eh~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
❤️⃟Wᵃf🍾⃝ʀͩᴏᷞsͧᴍᷠiͣa✰͜͡v᭄HIAT
lanjut
2022-02-13
1
⸙ᵍᵏ 𝓓𝓲𝓲 𝓮𝓲𝓶𝓾𝓽
next
2022-02-13
1
✪⃟𝔄ʀ sⷡεͬɴͦɢͫᴏͦᴛ ʰᶦᵃᵗ🦈
smgt thor
2022-02-13
1