Hot and Ice Coffee

Arzan dan teman-temannya sekarang berada disebuah Cafe, tempat dimana mereka habiskan setelah pulang sekolah. Bahkan mereka masih menggunakan seragam sekolah yang hanya ditutupi dengan jaket, atau pun sudah berganti kaos polos tapi tetap saja celananya masih berwarna abu-abu.

Sejak tadi ponsel Arzan terus berdering tapi tidak ada niatan dari sang pemilik ponsel untuk menerima panggilan itu. Bahkan terlihat banyak pesan masuk yang terlihat pada layar ponselnya.

"Ponsel lo tuh, berisik!" kta Daffin.

"Silent atau matiin aja kalau gak mau dijawab." usul Alvin.

"Dari siapa emang, kalau penting giamna?" tanya Pandu.

"Paling juga dari salah satu penghuni asrama putrinya," ledek Daffin sambil terkekeh.

"Masih aja playboy belum berubah, lo?" tanya Pandu.

"Belum nemu pawangnya jadi ya gitu." bukan Arzan yang menjawab melainkan Alvin.

Dan kemudian mereka semua tertawa kecuali Arzan, entah kenapa hari ini dia cukup pendiam beda dari biasanya. Membuat teman-temannya heran dengan perubahan Arzan.

"Lo kenapa sakit?" tanya Daffin.

"Tumben diem, biasanya kaya cacing kepanasan. Apalagi kalau ada cewek cantik lewat," ledek Alvin.

"Galau mungkin!" kata Pandu yang membuat mereka semua menatap Pandu.

Seorang Arzan galau, mana mungkin itulah yang mereka pikirkan. Karena Arzan terkenal suka memberi harapan palsu kepada perempuan yang ia jumpai. Bukan Arzan, tapi mereka yang terlalu berharap pada Arzan. Mereka menyalah artikan keramahan dan kebaikan yang Arzan berikan.

Arzan seorang yang mudah bergaul dengan siapa saja, dari mulai anak kecil hingga orang dewasa dia bisa dengan mudah merebut hati mereka. Tapi lihatlah sekarang, sejak tadi Arzan hanya diam saja tanpa berkata apapun. Sesekali ia terlihat melamun seolah ada sesuatu yang mengusik pikirannya.

"Heh, lo mikirin apa?" tanya Daffin sambil menepuk bahu Arzan.

"Hah apa?" tanya Arzan.

"Raga lo disini tapi jiwa lo entah kemana," saut Pandu.

"Jangan bilang ini gara-gara cewek es itu?" tebak Daffin.

"Cewek es, siapa?" tanya Pandu dan Alvin hampir bersamaan.

"Itu si Arza, eh siapa sih lupa gue namanya," kata Daffin sambil menggaruk tengkuknya.

"Emang siapa dia?" tanya Pandu.

"Kok cewek es?" tanya Alvin.

Mereka berdua seolah sangat penasaran dengan perempuan yang bisa membuat Arzan diam.

"Anak kelas satu," kata Daffin.

"Siapa juga yang mikirin dia!" kata Arzan.

"Lah siapa juga yang bilang kalau lo lagi mikirin dia?" tanya Pandu.

"Hayoo loh, ketauan kan lo lagi mirikin dia." kata Daffin sambil terkekeh.

"Kok gue jadi penasaran sama tuh orang," kata Alvin.

"Sama gue juga," imbuh Pandu.

"Besok disekolah gue kasih tau yang mana orangnya," kata Daffin.

"Siap!" ucap mereka berdua bersamaan.

"Apa sih, kenapa jadi bahas dia kaya gak ada topik lain aja," gerutu Arzan.

Mereka semua hanya tertawa melihat tingkah Arzan, tanpa sengaja mata Alvin melihat dua gadis yang baru saja masuk kedalam Cafe. Kedua gadis itu cantik dan manis, yang satunya ceria dan murah senyum membuat siapapun ikut tersenyum saat melihatnya. Sedangkan yang satunya terliat pendiam, masa bodo dan dingin, tapi entah kenapa daya tariknya sangat kuat membuat mereka selalu ingin menatap gadis itu.

"Hangat dan dingin," gumam Alvin menatap pintu masuk.

"Apanya?" tanya mereka kompak.

"Tuh, satunya hot coffe dan satunya lagi ice coffe," ucap Alvin tanpa mengalihkan tatapannya.

Mereka bertiga mengikuti arah tatapan Alvin, membuat mereka mengungkapkan pendapat masing-masing.

"Hot and ice coffe!" kata Pandu.

"Ngapain disini?" tanya Arzan.

"Panjang umur sekali, itu yang baru aja kita omongin." Daffin menunjuk pada kedua gadis yang baru masuk itu.

"Masa sih?" tanya Pandu dan Alvin bersamaan.

Daffin mengangguk pasti, "Itu yang lo bilang ice coffe dia yang cuekin seorang Arzan Ravindra Malik," tawa Daffin pecah begitu saja.

"Serius lo?" tanya Alvin.

"Iya, bahkan dia diajak kenalan sama Arzan gak mau," ucap Daffin.

"Terus aja terus ledekin gue," kesal Arzan.

"Tapi cantik sih, gak kalah sama kak Bunga," saut Pandu.

"Lebih baik kak bunga kemana-mana lah, baik cantik gak somong gak dingin," kata Arzan.

"Tapi gue suka yang dingin, adem gitu," saut Alvin

"Jangan bilang lo?" ucapan Pandu sengaja mengantung diudara.

"Entah," singkat Alvin sambil mengendihkan bahunya.

"Awas nanti ada yang panas haha," canda Daffin sambil melirik Arzan.

"Eh eh liat, itu bukannya anak pramuka?" Pandu menepuk punggung Arzan yang duduk disebelahnya. Mereka bertiga melihat pada dua gadis yang sedang berbincang dengan seorang laki-laki.

"Ilham!" ucap mereka berempat hampir bersamaan.

Ilham Eriansah, dia adalah salah satu anggota pramuka SMA Perjuangan. Pramuka adalah salah satu ekstrakurikuler yang wajib diikuti oleh semua siswa kelas satu. Fungsi dari pramuka hampir sama dengan osis hanya saja jika osis mengurusi semua hal tentang kegiatan sekolah. Sedangkan pramuka tidak memiliki hak untuk ikut campur dalam urusan sekolah jika tidak dimintai pertolongan.

Mereka berempat mencoba menguping pembicaraan Ilham, tapi itu sangat sulit karena Cafe begitu ramai dan bising sehingga mereka tidak mendengar apa yang di bicarakan.

"Lo keduluan tuh sama anak pramuka," kata Pandu.

"Biarin," saut Arzan ketus.

"Belum juga pacaran bisa disalip terus ditikung, ya gak Zan?" kata Alvin.

"Yoi!" Arzan dan Alvin saling bertos ria.

Sesekali Arzan tertawa karena melihat Ilham yang didiamkan oleh Arzya sama sepeti dirinya. Terlihat jelas dari raut wajah Arzya yang sudah merasa tidak nyaman dengan kehadiran kakak kelasnya itu. Tapi mau bagaimana lagi tidak mungkin mereka mengusir Ilham begitu saja.

"Kalian berdua aja disini?" tanya Ilham.

"Kakak kan bisa liat sendiri kenapa harus tanya lagi," saut Diva.

"Hehee, oh iya kalain udah tau belum kalau sabtu malam kita akan ada persami?" tanya Ilham.

Mereka berdua menggeleng bersamaan.

"Harus ikut ya? Males banget padahal!" gerutu Diva sedangkan Arzya hanya diam saja sejak tadi. Ia tidak berminat bergabung dengan obrolan yang tidak ia pahami.

Sesekali Ilham melirik kearah Arzya, bahkan Diva bisa mengetahui arti tatapan Ilham. Ya, dia menyukai temannya itu, Arzya.

Tapi yang namanya Arzya walaupun dilirik seperti apapun tetap sama, seolah ia tidak tau padahal ia hanya pura-pura tidak tau saja.

Arzya bisa bernafas lega ketika melihat Ilham yang pamit pulang terlebih dahulu, wajah ketus dan datarnya perlahan menjadi biasa saja.

"Ciee ada yang suka tuh," ledek Diva sambil menoel pipi Arzya.

Plak

"Apaan sih." Arzya menepis tangan Diva.

"Jelas banget tuh kalau Kak Ilham suka sama lo, dari cara dia natap lo itu udah beda." seru Diva antusias.

"Terus?" tanya Arzya.

"Lo gak mau pacarin gitu?" tanya Diva.

"Gak mau," tolak Arzya.

"Kenapa?" tanya Diva.

"Dia itu cuma nyapa kita jadi gak usah berfikir yang aneh-aneh lah." kata Arzya.

"Wah tumben panjang kalimatnya," canda Diva sambil terkekeh.

"Serba salah aku mah!" kesal Arzya.

Merek bercanda dan bergosip disana hingga pukul 5 sore, setelah merasa puas mereka memutuskan untuk pulang kerumah masing-masing.

...----------------...

..."Mulutmu mungkin bisa berbohong tapi tidak dengan matamu!" ~Adiva Arsyila~...

Terpopuler

Comments

⸙ᵍᵏ 𝓓𝓲𝓲 𝓮𝓲𝓶𝓾𝓽

⸙ᵍᵏ 𝓓𝓲𝓲 𝓮𝓲𝓶𝓾𝓽

semangat

2022-02-13

0

🦈Bung𝖆ᵇᵃˢᵉ

🦈Bung𝖆ᵇᵃˢᵉ

semangat

2022-01-14

0

Alivaaaa

Alivaaaa

Arzya gadis dingin yg bikin cowok² pada tertarik dan penasaran 😍
semangat thor 👍👍

2021-12-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!