Ica pun menuruti permintaan Zain. Berkeliling Candi Tikus di guide in sama Aksa.
"Tinggal dimana Mbak?" Tanya Aksa
"Panggil Ica aja kali ya Mas... kayaknya aku gak tua-tua banget deeh." Pinta Ica tanpa menoleh ke arah Aksa.
"Hmm.. iya deh. ICA. Tinggal dimana Ca?" Ulang Aksa
"Surabaya." Jawab Ica pendek.
"Kok bisa kenal sama Zain? Deket benget pula. Kalian gak lagi pacaran kan?" Hee hee he Aksa rada kepo nee. Dia memberondong Ica dengan banyak pertanyaan.
"Panjang ceritanya, Ntar aja kapan-kapan aku cerita. Tapi kalo kamu nanya aku pacaran gak sama Zain? Jawabannya Enggak." Jawaban Ica begitu tegas terutama di kalimat terakhir.
Membuat Aksa senyum-senyum tamvan gitu. Sayang tidak dilihat Ica. Ica begitu sibuk mengagumi peninggalan anak moyang Raden Wijaya yang begitu mengagumkan. Sampai tak pernah bosan ia kunjungi.
"Mas Aksa, Fotoin Ica yaa..." Pinta Ica seenaknya sama Aksa seakan mereka udah lama kenal.
Aksa menerima kamera Ponsel Ica.
Klik.. Klik.. Klik.. Berkali-kaki sudah Ica minta jepret sana jepret sini ke Aksa.
"Ca, kamu sering ke sini?" Tanya Aksa, yang akhirnya membuat Ica menoleh dan memandang Aksa.
"Ampun.... ganteng banget ternyata cowok ini. Waduuh sayang banget ya.. dari tadi aku anggurin." Sesal Ica dalam hati karena gak menyadari kegantengan Aksa dari awal. Haa haa haa. Baper ternyata nee cewek.
"Lumayan... Mas Aksa sendiri gimana?" Akhirnya Ica kepo juga.
"Aku di sini baru seminggu Ca. Inipun karena tugas kampus." Tutur Aksa.
"Kuliah dimana Mas?" Tanya Ica.
"UGM. Jurusan Arkeologi." jawaban paket komplit.
"WOW... tau banyak dong tentang Mojopahit." Ica kembali bertanya.
"Enggak juga, justru aku ke sini supaya tahu banyak tentang sejarah Mojopahit. Tapi seminggu ini belum banyak informasi yang aku dapatkan soal penelitianku ini." Aksa edisi curhat sama Ica.
"Mas Aksa... kita photo lagi yuuk... berdua. Buat kenang-kenangan. Hii hii hii..." Ajak Ica sambil senyum-senyum imut. Yang diiyakan begitu saja oleh Aksa.
Klik... Klik.. klik.. Tiga kali jepretan.
"Mas Aksa keren banget photonya." Kata Ica sambil menunjukkan hasil jepretannya.
"Mana... mana... ?" Kata Aksa penasaran.
"Nee... " Tunjuk Ica ke kamera ponselnya
"Uwiiik.. iyoo e aku dadi ganteng yoo. haa haa" ( Wiih.. iyaa aku jadi ganteng. haa haa haa) Kata Aksa dengan akses jawa kentalnya.
"Mas Aksa bisa bahasa Jawa juga?" Tanya Ica kaget.
"Yo isolah, Ca. Wong aku iki wong jowo." ( Ya bisalah, Ca. Kan aku juga orang Jawa ) Jawab Aksa.
Mereka berdua kembali berjalan turun menuju area Candi Tikus yang berada di bawah tanah.
"Mas Aksa tahu, sejarah Candi Tikus?" Tanya Ica tiba-tiba di sela-sela perjalanan mereka menuju inti candi.
"Kalo yang di tulis di buku Majapahit, Candi Tikus ini adalah petirtaan atau pemandian. Tapi ahli lain mengatakan kalau Candi Tikus adalah tempat pemujaan. Hanya itu informasi yang aku terima." Jelas Aksa.
"Mas Aksa... mau gak aku kasi tau." Kata Ica sambil terus mengitari situs yang berada di bawah tanah itu. Sesekali ia melompat dan mengarahkan kamera berselphi ria.
"Mau banget Ca... tahu goreng ato tahu susu?" Canda Aksa. Membuat Keduanya tertawa lebar.
"Tahu goreng ada di warung tuuh..." Tunjuk Ica.
"Okay.. okay... serius nee Ca... Aku siap nyimak." Seru Aksa sambil terus mengekori langkah Ica. Seakan bodygaurd dengan nona mudanya.
"Menurut cerita mitos masyarakat sini. Candi Tikus di bangun, karena ketika itu penduduk Mojopahit sedang terkena wabah tikus. Dimana hasil panen mereka habis kena hama tikus. Akhirnya Raja waktu itu mengajak warga dan seluruh penghuni istana mengusir tikus-tikus itu dengan cara membakar. Lokasi pembakaran tikus tersebut dipercaya berada di lokasi ini. Dan untuk mengenang peristiwa itu Raja waktu itu memerintahkan pembangunan Candi di situ. Dan berdirilah Candi Tikus. Yang seperti Mas Aksa lihat sekarang. Coba perhatikan di sekeliling Candi ini di penuhi dengan banyak kepala tikus." Cerita Ica sambil menunjukkan kepala tikus yang banyak menjadi hiasan di sekeliling situs.
"Wah, Ca... cerita kamu luar biasa. Kok kamu bisa tahu sih?" Tanya Aksa dengan kepo.
"Zain... dulu Zain sering cerita ke aku." Jawab Ica sambil menghentikan langkahnya. Ia duduk di sebuah tangga yang agak teduh. Sengaja menghindari terik matahari yang menyengat.
"Kok sama aku gak ya Ca? Wah, si Zain ini perlu di bedah otaknya." Ica meringis mendengar ucapan Aksa.
Aksa mengikuti tingkah Ica, duduk di sebelah Ica. Memandang wajah ayu gadis di sampingnya. Gadis yang terlihat bukan seperti suku Jawa.
Diawal perkenalan Aksa malah melihat sosok Ica adalah gadis keturunan Tionghoa yang nyasar.
Namun ternyata salah, Ica begitu fasih berbahasa jawa. Dan bercanda dengan para petugas Dinas Pariwisata dengan enaknya.
Dari lokasi pembelian tiket masuk, Zain melihat keakraban dua insan tersebut dengan decak kagum.
"Ah... Ica langsung akrab saja. Mungkin dia sudah nyaman dengan Aksa. Karena kan jarang-jarang tuh anak dengan gampangnya beradaptasi dengan orang baru. Ato bisa jadi Aksa yang pinter kalee yaa.. bikin Ica tenang. Ah, ya sudahlah ngapain mikirin mereka." Zain kembali sibuk dengan tiketnya.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
"Mataharinya puanaass buangeet ya Mas..." Gumam Ica lirih membuat Aksa merasa kasiyan melihat peluh yang menetes di wajah Ica.
Berkali-kali gadis itu menyeka peluhnya dengan tisu. Wajahnya kegerahan terlihat sangat kemerahan.
"Kita berteduh di bawah pohon sana aja, gimana?" Usula Aksa.
"Bolee deh.. Ayuuk Mas" Ajak Ica tanpa sungkan menuju bangku yang ada di bawah pohon besar di sekitar Situs.
"Di Surabaya, sibuk apa sih Ca?" Tanya Aksa lirih.
"Sibuk jadi mahasiswa, Mas. Hee he hee..." Jawab Ica, membuat Aksa ikut tersenyum mendengar cara Ica berbicara.
"Aku masih semester empat, Mas." Lanjut Ica dengan datar.
Ica dan Aksa terus berbincang tentang dirinya masing-masing. Sesekali Aksa tertawa lebar kadang sampai terbahak-bahak.
Sedangkan Ica hanya memberikan sedikit senyuman. Karena terkesan dirinya seperti seorang pelawak yang melucu di hadapan penggemarnya.
Hadeeh.. hadeeeh..
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Like yaaa.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments