"Masuk yuk, orangnya udah ilang" goda Bram pada putrinya yang terus menatap ke arah mobil sudah berlalu.
"Ayah, apaan sih" senyum Keisha malu malu.
Halaman rumah terlalu luas dan panjang untuk bisa sampai ke rumah, membuat Bram dan putri tunggalnya naik ke dalam mobil yang sigap seorang sopir membukakan pintu. Keisha menutupi perasaan sesungguhnya dengan tetap terdiam, diiringi lirikan Bran ke arahnya.
"Kalau engga rela dia pergi, cegah dong" ucap Bram tiba tiba, menyentak Keisha seketika.
"Ayah kok tahu aku gak rela dia pergi?" terkejut Keisha bertanya, menatap pada pria berkacamata tersenyum di sampingnya.
"Tahu dong, tuh di kening kamu udah ada tulisannya. Dont leave me, please" ucap Bram menunjuk kening putri yang langsung tertawa kecil.
"Ayah, ada ada aja sih" tawa Keisha, sempat terkejut yang dikira Ayahnya tengah tahu apa yang dirasakan.
"Anak Ayah udah gede sekarang, tahu cinta segala" goda Bramantyo mencubit gemas pada pipi gadis memercing dalam senyum.
Bramantyo sangat menyayangi putri tunggalnya, bekerja keras demi sebuah kemakmuran hidupnya. Dahulu Bram bukanlah seorang yang sukses seperti sekarang, bahkan rumah pun ia tak memiliki dan harus berpindah pindah kontrak dari awal ia menikah dan memiliki Keisha kecil.
Tak tega dengan keadaan keluarganya, Bram mulai berani untuk mencoba bisnis kecil kecilan di bidang kuliner, yang tak di sangka akan berkembang pesat. Penghasilan dari bisnis tersebut dikelola lagi dengan merambah properti dan jatuh bangun berulang kali.
Namun tekad untuk memakmurkan istri juga anaknya, tidak membuat Bram menyurutkan niat sedikitpun. Ia justru semakin gigih sampai akhirnya bisa memiliki satu perusahaan besar dengan bisnis kuliner hampir seluruh Kota. Bram benar benar tidak menyangka jika kehidupan dulu yang sangat susah dan miskin, kini bisa menjadi hidup dengan berlimpah harta dan kehormatan.
Begitu sampai depan teras rumah, sopir lebih dulu turun dan membukakan pintu untuk bosnya, sedangkan Keisha membuka sendiri pintu mobil dan bergegas berjalan ke arah wanita sudah berdiri tersenyum menyambut. Wajahnya cantik, kulitnya bersih dan terlihat segar juga muda meski usianya tak bisa di bilang muda.
Sarah, wanita cantik berambut sebahu tersebut adalah Bunda dari Keisha. Dia adalah wanita yang telah sabar mendampingi Bramantyo dari dulu. Keduanya menikah ketika masih muda, dan dikaruniai putri cantik setelah lima bulan pernikahan mereka berdua. Kehadiran Keisha semakin menguatkan mereka menghadapi kerasnya hidup dalam kemiskinan.
Sarah hanyalah seorang yatim piatu dengan paras cantik yang mampu memikat hati Bramantyo. Keduanya tanpa sengaja bertemu saat Bram masih bekerja di bengkel dulu. Saat itu tanpa sengaja motor butut tengah dikendarai Sarah mogok tepat di depan bengkel tempat Bram bekerja.
Karena merasa iba, Bram pun menghampiri dan mulai tumbuh cinta pada pandangan pertama. Tanpa meminta imbalan ataupun bayaran, Bram membetulkan motor dan membuat Sarah berhutang budi. Semenjak pertemuan itu, keduanya seolah didekatkan oleh takdir yang menjodohkan.
"Kok bisa pulang sama Ayah sih sayang?" tanya Sarah lembut.
"Iya Bunda, tadi ketemu sama Ayah di depan pas Reza antar pulang" cerita gadis tengah di rangkul pundaknya.
"Oh, kok engga di suruh masuk Reza nya?" tanya kembali wanita dengan rambut tergerai rapi tersebut.
"Udah Ayah suruh tadi Bun, tapi Reza bilang udah janji mau pulang sebelum jam 9" senyum Bram dengan istrinya mencium tangan.
"Anak yang baik" senyum Sarah melirik putrinya.
Sarah berjalan masuk kedalam rumah dengan Bram melingkarkan tangn pada pinggangnya, sedangkan Keisha melingkarkan tangan pada lengan Bunda nya manja. Mereka selalu terlihat rukun bersama, hampir tidak pernah terdengar perselisihan di antara mereka berdua selama menjalin kehidupan rumah tangga. Sikap sabar keduanya membuat pernikahan itu berhasil hingga saat ini.
"Kei naik ke kamar ya Bun, Yah" pamit Keisha.
"Engga makan dulu?" tanya Sarah ke arah gadis masih di sampingnya.
"Udah makan tadi Bunda, sekarang Kei mau mandi dulu terus tidur. Boleh kan?" manja Keisha berucap dengan suara kalem.
"Boleh dong" jawab kedua orangtuanya, bersama mencubit sisi wajah Keisha.
"Kei udah besar Bunda, Ayah, kenapa selalu di cubit sih?" protes Keisha memanyunkan bibir, dijawab sebyum kedua orangtuanya.
"Ya udah Kei naik ya, malam Ayah, malam Bunda" pamit Keisha kembali mencium tangan kedua orangtuanya, dan mencium sisi wajah mereka.
Menatap kepergian putrinya menapaki setiap anak tangga, keduanya tersenyum saling melingkarkan tangan pada pinggang masing masing. Keisha menumpahkan air mata dalam setiap langkahnya, mengingat akan apa yang telah terucap begitu saja tanpa sebuah pemikiran panjang.
Begitu pintu kamar sudah di buka, Keisha cepat menghempaskan tubuh di atas ranjang big size miliknya. Air mata terus jatuh membasahi, hatinya sakit akan ingatan tentang hubungan yang telah berakhir.
Mungkin benar jata orang jika penyesalan akan datang di akhir waktu, dan ucapan takkan pernah bisa di tarik kembali. Untuk itu kedua orangtuanya selalu menasehati agar Keisha menjaga setiap lisannya. Sayangnya, hal itu disadari terlambat oleh Keiaha setelah semua telah terucap dan membuat penyesalan besar dalam dirinya.
Di rumah, Reza merenung di dalam kamar mencoba mengingat akan apa kesalahan telah diperbuat hingga Keisha tega memutuskan hubungan. Duduk di tepi ranjang dengan kaki terbuka lebar, Reza terus berpikir, mencoba mengingat segalanya, nanun tak satupun dari ingatannya menunjukkan pertengkaran ataupun kesalahan. Karena memang hubungan keduanya baik baik saja selama ini.
"Kenapa sih Kei harus seperti ini?" lirih Reza bergumam memegang kotak cincin berwarna merah yang ia siapkan untuk melamar Keisha.
"Apa benar benar berakhir begitu saja?" tambah Reza menutikan air mata.
Tangannya meraih ponsel dimana foto Keisha dengan ukiran senyum menghias di sana. Di tatapnya sendu foto gadis terlihat ceria dalam kecantikan tersebut. Ingin menghubungi, namun rasa takut jika Keisha takkan menerima panggilan membayangi dirinya, dan mengurungkan niat.
Reza tidak ingin Keisha membenci dirinya jika terus mencoba memohon agar hubungan mereka tidak berakhir. Ia tidak mau terkesan memaksa dan mendesak, hingga Keisha harus kembali karena keterpaksaan bukan karena cinta.
Keisha pun berulang kali ingin menghubungi, namun berulang kali pula mengurungkan. Keisha juga sama takutnya jika sampai Reza kesal dan sampai mengganti nomor. Keisha tahu dirinya bersalah, tapi persetujuan Reza juga tidak bisa untuk di ubahnya.
Sama sama tidak ingin memutuskan hubungan, sama sama takut untuk mengawali menghubungi. Reza dan Keisha memilih diam dalam luka, menangis dalam ingatan akan kasih mereka bersama selama ini. Angan itu terasa menyakitkan untuk di kenang saat ini, bahkan terasa menusuk jiwa ketika senyum dalam bahagia ketika bersama mulai melintas tanpa permisi dalam benak mereka malam ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Widi Widurai
blm telat aslinya. gengsi doang. pdhl reza uda bilang dia nunggu kei berubah pikiran.
2020-10-06
0
Accunk Dg Nuju
terkadang pexesaln memang DTG d belakang
2020-09-10
0
Rini Widyaningsih
Kenapa ga dibicarakan baik baik sih seblmnya.
2020-09-07
0