Bab 3

Terlelap dalam tangis, memegang ponsel dengan foto masing masing. Baik Keisha ataupun Reza sama sama enggan untuk saling menghubungi karena ketakutan dalam diri mereka masing masing. Padahal jika mereka mau untuk menghubungi lebih dulu, hubungan keduanya mungkin masih bisa di selamatkan karena rasa cinta dan sayang masih membelenggu dalam hati mereka berdua.

***

Satu minggu usai perpisahan tidak masuk akal tersebut, Reza memutuskan untuk langsung melanjutkan S2 di luar negri. Ia berangkat tanpa sepengetahuan dari Keisha ataupun teman temannya. Hanya keluarga yang mendampingi keberangkatan Reza dengan niat untuk bisa melupakan Keisha ketika berada jauh.

Hatinya masih hancur berkeping keping akan hancurnya sebuah hubungan yang igin ia perjelas dalam sebuah ikatan suci. Hingga saat ini, Reza tidak benar benar memahami alasan di balik keputusan mendadak Keisha untuk mengakhiri hunungan. Mereka pun sama sama tidak saling bicara.

Di kamar, dering ponsel Keisha mengejutkan dirinya dari lamunan panjang. Ya, semenjak putus hari hari Keisha hanya untuk melamun dan menyesali akan ucapannya. Hal itu membuat kedua orangtuanya khawatir, namun tidak ada jawaban pasti dari putri semata wayang mereka. Makan pun Keisha tidak teratur dan selalu bangun dalam keadaan mata sembab. Ketika makan pun pandangannya selalu kosong, seolah hanya tubuhnya yang ada namun jiwanya entah kemana.

"Kenapa Via?" parau Keisha menjawab.

"Kei, lo dimana? lo gak ke bandara? lo gak antar Reza?" tanya Via masih berdiri di depan rumah Reza bersama Dion, mengejutkan Keisha langsung terperanjat dari tempat tidur.

"Maksud lo apa? Reza kemana?" membulat mata Keisha bertanya.

"Lo gak tahu juga? Reza mau lanjut sekolah di Amrik, pesawatnya mungkin...." jelas Divia langsung cepat dimatikan telponnya oleh Keisha dan berlari keluar.

"Lah, belum selesai udah dimatiin aja nih anak" gumam Divia menatap ponsel, masih berada di depan rumah Reza.

Divia dan Dion hendak mengajak Reza untuk mengunjungi Keisha, karena Divia mendapat telpon dari Bunda Keisha meminta agar mereka datang menghibur Keisha. Namun begitu tiba di rumah Reza, keduanya baru tahu dari. pelayan jika Reza telah berangkat ke bandara. Untuk itu Divia menghubungi Keisha, mengira jika sahabatnya tengah mengantar Reza ke bandara.

Namun suara parau dalam suasana hening, membuat Divia bertanya akan keberadaan sahabatnya saat ini. Jelas saja Keisha terkejut akan kabar dari Divia karena memang tidak mengetahui apapun keadaan Reza dari malam mereka putus.

Tanpa mengganti pakaian, dan tetap mengenakan celana hotpant serta kaos oblong dengan rambut tergulung ke atas, Keisha langsung meminta sopir mengantarnya ke bandara. Kecemasan mengikat kuat batin Keisha saat ini. Terlihat jelas rasa cemas dan ketakutan itu dalam ukiran ekspresi dari wajah cantiknya.

Dua jam perjalanan, Keisha sudah tiba di bandara dan berlari masuk ke dalam. Matanya terus mencari cari kesana kemari, tapi tak di dapati kekasihnya di sana. Ia coba mencari informasi akan pesawat ke Amerika, namun ternyata sudah lepas landas dari satu jam lalu.

Tubuhnya seketika lemas, matanya berurai air mata. Hatinya hancur, seakan tak sanggup lagi untuk melangkah. Ingin rasanya berteriak menyerukan nama Reza, namun tak bisa dilakukannya. Tenggorokan pun serasa tercekik kuat bersama dengan dada sesak, seperti terhimpit dua dinding besar.

Langkahnya pelan berjalan menyusuri keramaian di bandara. Suara dan orang berlalu lalang, tak bisa di dengar ataupun dilihatnya jelas dalam pandangan kosong. Seperti seorang yang tak lagi memiliki jiwa dan nyawa, Keisha terus mengurai air mata dalam tatapan kosong serta langkah tak berdaya.

"Non?" tegur sopir yang menunggu di depan.

"Kita pulang pak" jawab Keisha lirih dan masuk ke dalam mobil.

Dalam perjalanan, matanya tertuju keluar. Menatap mobil mobil yang berjalan, tapi senyum Reza seakan ada di antara mobil mobil tersebut. Kata kata cinta, perhatian, dan gurauan kekasihnya terngiang jelas di telinga.

"Kenapa sih Za, kamu tega banget? kenapa pergi engga ngomong sama aku?" batin Keisha, menyandarkan kepala pada jok dengan mata terus tertuju keluar.

Mobil sempat terhenti karena lampu merah dan hendak melaju kembali, tiba tiba di ketuk jendelanya oleh seorang laki laki tak di kenal. Awalnya enggan sopir membuka pintu, namun melihat perut laki laki tersebut berdarah, Keisha meminta sopir untuk membuka kunci dan cepat laki laki tengah memegang perut itu masuk.

"Anda terluka, kita ke rumah sakit sekarang" ucap Keisha melihat perut berdarah laki laki sudah menyandarkan punggung di sampingnya.

"Antar aku ke rumah" lirih laki laki tersebut.

"Saya tidak tahu rumah Anda, bagaiman bisa mengantar?" jawab Keisha, cepat laki laki berpakaian serba hitam dengan topi hitam tersebut memberikan ponsel dengan GPS aktif.

Keisha memberikan ponsel itu pada sopir dan meminta untuk mengantar ke alamat yang dituju. Matanya melirik ke arah laki laki dengan jaket kulit hitam tersebut. Merasa takut namun juga iba akan kondisinya. Menolong seseorang sudah tertanam dalam diri Keisha sejak kecil, tanpa lagi membedakan siapapun itu.

Laki laki berwajah tampan tersebut menyandarkan kepala menatap ke arah langit langit mobil, tangannya terus berusaha menekan luka pada perutnya. Kulitnya putih, bersih, hidungnya mancung dan tubuh tinggi tegap. Terlihat sepertinya ia memiliki bentuk tubuh atletis di balik pakaiannya, itu menurut penilaian mata Keisha.

Sebuah rumah dengan pagar besi sangat tinggi sudah terlihat di depan mereka, terlihat satu orang mengetuk jendela kaca mobil sopir dan cepat di bukanya. Pria itu terlihat sangat sangar dengan wajah juga tubuh besarnya.

"Buka!" perintah tegas laki laki yang sudah membuka jendela belakang itu mengeluarkan sedikit kepala.

"Baik Tuan" sahut laki laki tersebut langsung mengisyaratkan dua orang dekat pagar untuk membuka.

Keisha menatap rumah besar terlihat sangat megah dan indah. Kekaguman berseru begitu saja pada batin Keisha dengan mata terus menatap ke luar jendela. Saat mobil terhenti, terlihat gadis kecil berusia tiga tahunan bermain di teras. Laki laki itu meraih jaket di pangkuan Keisha dan menutupi lukanya. Tangan berlumur darah itu coba dihilangkan cepat menggunakan tisu. Keisha hanya menatap aneh akan apa yang dilakukan lelaki di sampingnya.

"Masuklah dulu" dingin laki laki itu meminta, lalu turun lebih dulu dari mobil.

"Papa...." seru gadis kecil melihat laki laki tampan tengah berjalan ke arahnya, dan cepat melompat dalam pelukan.

"Papa?" batin Keisha sudah turun dan berdiri mengamati.

Mengingat luka pada perut laki laki itu, Keisha mencoba meraih tubuh gadis tengah berada dalam gendongan tersebut. Terlihat cantik dengan ikat rambut dua dan baju pink serta celana pendek. Wajahnya sangat imut dengan pipi tembamnya.

"Hei sayang, ikut tante yuk" ajak Keisha lembut, dilirik oleh laki laki masih memegang tubuh putrinya menahan sakit.

Terpopuler

Comments

alma zafira

alma zafira

seru nich

2021-07-31

0

Jenta

Jenta

aku hadir lagu thor....

2021-07-29

0

Chacha puspa

Chacha puspa

kok aku sedih ya keisha ninggalin reza masak dapet duren

2020-11-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!