3 | Perahu Mayat

Hujan deras turun setelah Desa Hujan Selatan rata dengan bumi akibat kebaran dampak pertarungan. Mayat-mayat bertebaran dimana-mana bahkan ada satu mayat yang dalam keadaan sedang memeluk bayinya yang menagis kencang didalam hutan.

Lambat namun pasti, air mulai meninggi dan tak terasa setelah satu jam dengan hujan tak kunjung reda, banjir deras melanda hutan dibagian barat desa. Membuat mayat yang memeluk bayi itu mengapung dan terbawa arus. Namun anehnya, seakan masih dilindungi ibunya, bayi itu berada diatas mayat ibunya dan tubuhnya tidak terendam setetes pun air bahkan tetesan hujan pun seakan dihalang-halangi oleh dedaunan agar tidak mengenai sang bayi.

Banjir membawa mayat yang menjadi perahu untuk bayinya itu menuju sungai Benawan Solo dan mengapung mengikuti kemana hilir berada.

***

Pagi yang cerah di bantaran Benawan Solo. Sebuah gubuk sederhana berdiri ditepiannya. Gubuk itu tidak berlantai tanah tapi dibuat seperti panggung. Bukan tanpa alasan, ini karena ketika hujan dareah bantaran memang rawan banjir.

Sepasang suami istri duduk didepan teras. Tadinya mereka ingin pergi ke kebun mereka tapi tidak jadi karna banjir yang menghalangi jalan.

"Adinda, apa dirimu melihat itu?apakah itu seekor buaya yang ditumpangi seorang bayi?" kata sang suami.

"Kangmas Abimana, sepertinya yang ditunggangi bayi itu bukan buaya, mana mungkin buaya memakai pakaian." kata sang istri.

Abimana yang mendengar itu memilih untuk menaiki sampan kecil yang sudah mengapung disamping rumah mereka dan mulai mengayuh sampan itu setelah ikatannya terlepas. Dia mendekati bayi yang jaraknya masih cukup jauh dari gubuk panggungnya.

Sebenarnya dia adalah seorang pendekar Aatma yang sudah belajar ilmu meringankan tubuh tingkat tinggi. Tapi karna suatu alasan dia tidak bisa memakainya. Abimana terkena racun yang berasal dari tanaman Padi Manis. Tanaman mirip padi yang biasa ditanam oleh petani tapi padi ini memiliki 7 tujuh warna yang berbeda.

Racun dari Padi Manis akan membuat korbannya kehilangan seluruh tenaga dalamnya dan apa bila korban adalah laki-laki, maka laki-laki itu akan kehilangan martabatnya sebagai pria dan tidak akan pernah memiliki keturunan. Ini membuat kondisi tubuh Abimana hanya sedikit lebih baik dari pria biasa kebanyakan.

Semakin dekat jarak antara sampan yang dinaiki Abimana dengan sesuatu yang ditumpangi bayi itu, semakin jelas pula wujud sesuatu yang bayi itu tumpangi. "Adinda! Cepat kemari!" Teriak Abimana dari atas sampannya.

Mendengar teriakan dari suaminya, sang istri segera menglirkan tenaga dalam ke kakinya, "apalagi yang kangmas temukan hari ini?" katanya seraya berjalan santai diatas air.

Jika wanita ini melakukan itu di tempat yang ramai, pasti akan sangat banyak orang yang akan terkejut. Sebab untuk melakukan hal tersebut, dibutuhkan tenaga dalam yang besar dan ilmu meringankan tubuh yang tinggi.

"Ah! Kau lambat sekali! Cepat kemari!" teriak Abimana setelah melihat istrinya yang berjalan santai kearahnya.

"Kenapa harus terburu-buru? Kita bahkan punya waktu seumur hidup ditempat ini!" balas sang istri sedikit berteriak. "Sebenarnya apa yang kau dapatkan dar-"

Kalimatnya terpotong saat melihat tunggangan sang bayi. Mayat seorang wanita. "Mungkin ini ibunya. Apa kau juga berbikr demikian, Maya? " kata Abimana.

"Aku rasa... Kamu benar, Kangmas" kata Maya, nama dari istri Abimana.

Bayi yang terdidur pulas dengan menyedot jari jempolnya sendiri, warna kulit dari bayi itu masih merah merona dan saat Maya memegangnya, kulitnya masih hangat dan halus. Ini membuat Maya terkejut, tidak seberti seseorang yang berendam didalam air. Apalagi Maya merasakan bayi ini memiliki tenaga dalam yang menandakan dantian bayi ini sudah terbuka.

"Dantiannya sudah terbuka!" kata Maya setengah berteriak.

Mendengar perkataan istrinya, Abimana hanya bisa melebarkan matanya. "Ini adalah berkah adinda! Kita selalu meminta anak yang berbakat dan jari ini Dewa tidak mengijinkan kita kekebun agar bisa menyelamatkan bayi ini!" Katanya dengan raut wajah yang begitu bergembira.

Sejak mereka menikah, mereka belum mendapatkan kesempatan untuk mendengar tangisan bayi dirumah mereka, karena racun padi manis sudah terserap ditubuh Abimana sebelum mereka menikah.

"Tapi, Kangmas. Bagaimana dengan tubuh wanita ini?" tanya Maya kedapa suaminya. Dia menatap kasihan kepada bayi yang ada dalam gendongannya. Masih kecil, tapi sudah ditinggal ibunya.

"Aku akan memguburkanya." Maya yang larut dengan pikirannya tidak sadar saat suaminya sudah menaikan tubuh mayat wanita keatas sampannya. "Sepertinya dia dibunuh. Kepalanya hilang. Kenapa aku baru sadar?"

"Coba kangmas periksa, aiapa tahu ada sesuatu yang bisa dijadikan acuan identitas dari wanita ini." Maya memberi saran. Karna dilihat dari pakaiannya sepertinya wanita ini seorang bangsawan atau anggota keluarga dari saudagar kaya. Yang menandakan wanita ini memiliki medali atau sesuatu yang bisa dijadikan identitas.

"Mungkin ini bisa membantu anak ini dimasa depan," kata Abimana sambil memegang kaling dengan liontin perak berukir kuda bersayap. "Ini seperti tanda pengenal dari Padepokan Lembah Siluman dan sepertinya dia dari paviliun kuda terbang."

"Sini berikan kepadaku, biar aku yang menyimpannya." kata Maya seraya merebut kalung itu dari tangan suaminya dan berlari menuju gubuk.

Abimana yang melihat tingkah laku istrinya hanya bisa menggelengkan kepala. Setelah itu dia kembali mengayuh sampannya ke arah tepian untuk mencapai daratan yang tidak terendam banjir.

"Hah... Aku lupa mengambil alat menggali," kata Abimana lemas dan memilih dayungnya untuk menggali sebuah lubang.

Cukup lama waktu yang dibutuhkan Abimana untuk membuat lubang yang dirasa cukup untuk mencegah hewan buas atau pun siluman memakan jasad wanita itu. Dan sekali lagi dia berusaha keras untuk menguburkan mayat itu. Seandainya praktinya tidak hilang, mungkin Abimana hanya perlu 1 menit untuk mengali dan menguburkan mayat wanita ini.

Sementara di gubuk, Maya dengan senyum merekah terus mengalirkan tenaga dalam kebayi yang digendongnya. Sungguh beruntung memang bayi itu terlahir dengan dantian yang terbuka, sehingga membuat Maya tidak perlu pusing dengan susu yang seharusnya bayi itu minum. Karna tenaga dalam adalah nutrisi terbaik untuk pendekar.

"Sebenarnya, apa yang terjadi kepadamu bayi kecil?" Maya melirik liontin ditangannya. Disana jelas jika anak ini memiliki hubungan dengan Padepokan Lembah Siluman. Sebuah Padepokan besar aliran netral yang berada di Kadipaten Londo.

"Hauh... Adinda ambilkan kangmasmu ini air!" teriakan terdengar dari depan gubuk. Sepertinya Abimana baru saja kembali setelah menguburkan mayat wanita itu. "Sepertinya anak itu juga memiliki hubungan dengan keluarga Cokroatmojo." kata Abimana menunjukkan sebuah medali bundar dengan ukiran matahari dan ditengahnya terdapat sebuah tombak.

"Sepertinya Kangmas benar, aku pernah melihatnya sekali saat ke kota Mojokerto dulu."

Dan terjadilah pembahasan panjang tentang asal-usul dari bayi yang sedang dalam gendongan Maya. Mereka melakukannya sampai matahari hampir tenggelam dan mungkin sampai gelap gulita jika sang bayi tidak menangis.

"Sepertinya kita tunda dulu tentang asal usul bayi ini. Menurut adinda siapa nama yang cocok untuk bayi ini?"

Terpopuler

Comments

Paimo 15

Paimo 15

Benawan itu op thor

2021-06-13

0

Agus Priyanto S

Agus Priyanto S

desa kulon alas apa desa hujan selatan?

2021-03-28

0

🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️

🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️

orang2 yg menyerang tadi siapa? apa motif penyerangan? kenapa harus meratakan satu desa?

2021-02-15

0

lihat semua
Episodes
1 1 | Gejolak
2 2 | Malam Bulan Berdarah
3 3 | Perahu Mayat
4 4 | Pendekar
5 5 | Bukan Sekedar Bakat Hebat
6 6 | Siluman Gajah Wulu
7 7 | Mustika Siluman Dan Koleksi
8 8 | Pendekar Adidaya
9 9 | Tamu
10 10 | Tamu II
11 11 | Tamu III
12 12 | Tamu IV
13 13 | Dendam
14 14 | Langkah Pertama
15 15 | Lakshita Chandrawinata
16 16 | Tempat Tidur
17 17 | Partai Sembilan Pedagang
18 18 | Baring Benar dengan Beritanya
19 19 | Ajian Cakra Geni
20 20 | Ajian Cakra Geni II
21 21 | Ajian Cakra Geni III
22 22 | Bandoso dan Niatnya
23 23 | Ketertarikan Abimayu
24 24 | Sastrowardoyo dan Cokroatmojo
25 25 | Kitab Kaditula
26 26 | Desa Demayu
27 27 | Pembeda Pendekar dengan Manusia Biasa
28 28 | Putar Haluan
29 29 | Murid dan Masalah Internal Keluarga
30 30 | Ragu
31 31 | Dwipangga Cokroatmojo
32 32 | Tolong
33 33 | Perampok
34 34 | Peringatan Guru
35 35 | Pil Lotus Putih
36 36 | Lelang
37 37 | Lelang II
38 38 | Lelang III : Golok Darah
39 39 | Lelang IV : Perjanjian
40 40 | Lelang V : Keris Naga Sona
41 41 | Lelang VI : Wesi Kuning
42 42 | Manusia Hitam
43 43 | Manusia Hitam II
44 44 | Kematian
45 45 | Kematian II
46 46 | Abimanyu dan Perjanjianya
47 47 | Aku Akan Tetap Hidup!
48 48 | Pemuda Berzirah Api
49 49 | Pemuda Berzirah Api II
50 50 | Mojokerto Setelah Pertempuran
51 51 | Pengantaran dan Abimayu
52 52 | Kondisi Jawadwipa
53 53 | Segitiga yang Rumit
54 54 | Kabar Burung
55 55 | Nasib Gelap Murid Adi Lungsang
56 56 | Pemberontakan
57 57 | Suara Hati Maya
58 58 | Perang Saudara
59 59 | Perang Saudara II
60 60 | Dampak
61 61 | Rencana Besar
62 62 | Tidak Ada Yang Gratis
63 63 | Kecantikan Rambut Nakal
64 64 | Hasrat
65 65 | Guru Baru
66 66 | Diantara Kuali, Api, Kayu Bakar dan Gulai Lembu
67 67 | Mempersiapkan Ibu Kota Masa Depan
68 68 | Apakah Mayu Menyembunyika Sesuatu?
69 69 | Sedikit Bersantai
70 70 | Ada Apa dengan Anda
71 71 | Hukum!
72 72 | Elemen Tanah : Ajian Paku Bumi
73 73 | Pertarungan Kakek dan Cucu
74 74 | Pertarungan Kakek dan Cucu II
75 75 | Dampak
76 76 | Kebenaran
77 77 | Bukit Watu Kabut
78 78 | "Kebebasan"
79 79 | Jalan Hidup
80 80 | Lempar Dia!
81 81 | Sekar dan Abimayu
82 82 | Sekar dan Abimayu II
83 83 | Pendekar Aatma
84 84 | Latihan
85 85 | Nasehat Lama
86 86 | Pengorbanan
87 87 | Moral
88 88 | Kesedihan dan Kegembiraan
89 89 | Kedai Arak
90 90 | Kashika
91 91 | Tempat Tidur II
92 92 | Hilang
93 93 | Ramai Diperbincangkan
94 94 | Kegaduhan di Kota Kapur I
95 95 | Kegaduhan di Kota Kapur II
96 96 | Kegaduhan di Kota Kapur III
97 97 | Rawa
98 98 | Pertarungan Musang dan Ular
99 99 | Kesedihan Sang Kepala Desa
100 100 | Tepi Sungai Kesas
101 101 | Cerita Tentang Padi I
102 102 | Cerita Tentang Padi II
103 103 | Kondisi Ratnasari yang Sesungguhnya
104 104 | Salah Paham
105 105 | Telik Sandi
106 106 | Lawan Yang Sulit I
107 107 | Lawan yang Sulit II
108 108 | Lawan Yang Sulit III
109 109 | Di Gondol Jubah Hitam
110 110 | Jalan Seorang Pendekar
111 111 | Kekalahan
112 112 | Pria Berlemak dan Pria Berkumis
113 113 | Kejutan
114 114 | Tentang Jawadwipa
115 115 | Senyum Darmono
Episodes

Updated 115 Episodes

1
1 | Gejolak
2
2 | Malam Bulan Berdarah
3
3 | Perahu Mayat
4
4 | Pendekar
5
5 | Bukan Sekedar Bakat Hebat
6
6 | Siluman Gajah Wulu
7
7 | Mustika Siluman Dan Koleksi
8
8 | Pendekar Adidaya
9
9 | Tamu
10
10 | Tamu II
11
11 | Tamu III
12
12 | Tamu IV
13
13 | Dendam
14
14 | Langkah Pertama
15
15 | Lakshita Chandrawinata
16
16 | Tempat Tidur
17
17 | Partai Sembilan Pedagang
18
18 | Baring Benar dengan Beritanya
19
19 | Ajian Cakra Geni
20
20 | Ajian Cakra Geni II
21
21 | Ajian Cakra Geni III
22
22 | Bandoso dan Niatnya
23
23 | Ketertarikan Abimayu
24
24 | Sastrowardoyo dan Cokroatmojo
25
25 | Kitab Kaditula
26
26 | Desa Demayu
27
27 | Pembeda Pendekar dengan Manusia Biasa
28
28 | Putar Haluan
29
29 | Murid dan Masalah Internal Keluarga
30
30 | Ragu
31
31 | Dwipangga Cokroatmojo
32
32 | Tolong
33
33 | Perampok
34
34 | Peringatan Guru
35
35 | Pil Lotus Putih
36
36 | Lelang
37
37 | Lelang II
38
38 | Lelang III : Golok Darah
39
39 | Lelang IV : Perjanjian
40
40 | Lelang V : Keris Naga Sona
41
41 | Lelang VI : Wesi Kuning
42
42 | Manusia Hitam
43
43 | Manusia Hitam II
44
44 | Kematian
45
45 | Kematian II
46
46 | Abimanyu dan Perjanjianya
47
47 | Aku Akan Tetap Hidup!
48
48 | Pemuda Berzirah Api
49
49 | Pemuda Berzirah Api II
50
50 | Mojokerto Setelah Pertempuran
51
51 | Pengantaran dan Abimayu
52
52 | Kondisi Jawadwipa
53
53 | Segitiga yang Rumit
54
54 | Kabar Burung
55
55 | Nasib Gelap Murid Adi Lungsang
56
56 | Pemberontakan
57
57 | Suara Hati Maya
58
58 | Perang Saudara
59
59 | Perang Saudara II
60
60 | Dampak
61
61 | Rencana Besar
62
62 | Tidak Ada Yang Gratis
63
63 | Kecantikan Rambut Nakal
64
64 | Hasrat
65
65 | Guru Baru
66
66 | Diantara Kuali, Api, Kayu Bakar dan Gulai Lembu
67
67 | Mempersiapkan Ibu Kota Masa Depan
68
68 | Apakah Mayu Menyembunyika Sesuatu?
69
69 | Sedikit Bersantai
70
70 | Ada Apa dengan Anda
71
71 | Hukum!
72
72 | Elemen Tanah : Ajian Paku Bumi
73
73 | Pertarungan Kakek dan Cucu
74
74 | Pertarungan Kakek dan Cucu II
75
75 | Dampak
76
76 | Kebenaran
77
77 | Bukit Watu Kabut
78
78 | "Kebebasan"
79
79 | Jalan Hidup
80
80 | Lempar Dia!
81
81 | Sekar dan Abimayu
82
82 | Sekar dan Abimayu II
83
83 | Pendekar Aatma
84
84 | Latihan
85
85 | Nasehat Lama
86
86 | Pengorbanan
87
87 | Moral
88
88 | Kesedihan dan Kegembiraan
89
89 | Kedai Arak
90
90 | Kashika
91
91 | Tempat Tidur II
92
92 | Hilang
93
93 | Ramai Diperbincangkan
94
94 | Kegaduhan di Kota Kapur I
95
95 | Kegaduhan di Kota Kapur II
96
96 | Kegaduhan di Kota Kapur III
97
97 | Rawa
98
98 | Pertarungan Musang dan Ular
99
99 | Kesedihan Sang Kepala Desa
100
100 | Tepi Sungai Kesas
101
101 | Cerita Tentang Padi I
102
102 | Cerita Tentang Padi II
103
103 | Kondisi Ratnasari yang Sesungguhnya
104
104 | Salah Paham
105
105 | Telik Sandi
106
106 | Lawan Yang Sulit I
107
107 | Lawan yang Sulit II
108
108 | Lawan Yang Sulit III
109
109 | Di Gondol Jubah Hitam
110
110 | Jalan Seorang Pendekar
111
111 | Kekalahan
112
112 | Pria Berlemak dan Pria Berkumis
113
113 | Kejutan
114
114 | Tentang Jawadwipa
115
115 | Senyum Darmono

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!