2 | Malam Bulan Berdarah

Hari berlalu. Dua purnama telah terlewati sejak terpenggalnya kepala Adi Lungsang dan ini purnama ketiga.

Sebuah kereta kencana mewah terlihat di sebuah desa.

Berada tepat di perbatasan antara Kadipaten Gendis Ireng dengan Kadipaten Hilir Puncak, membuat Desa Kulon Alas Demak menjadi persinggahan rombongan Legiman Cokroatmojo untuk singgah dalam keadaan darurat ini. 

Sang istri yang sedang hamil tua yang ikut bersamanya tiba-tiba merasa akan melahirkan. Beruntung, Dewa masih memihak mereka, Desa Kulon Alas Demak berada di dekat mereka. Bersama 20 pengawal dan satu orang dayang pribadi Lastri, istri Legiman, mereka sampai di desa ini. 

Satu diantara 20 pengawal Legiman dan Istrinya adalah seorang Senopati dari Kadipaten Gendis Ireng, Arya Sinkar. Dia juga seorang Pendekar Adidaya.

Tidak terlalu ramai, tapi sangat tidak bisa dipercaya jika desa ini memiliki seorang tabib wanita. Lastri langsung di bawa ke rumah tabib wanita itu bersama dayangnya, sedangkan Legiman pergi ke tempat kepala desa untuk menunjukkan identitas mereka. Sangat berbahaya jika penduduk menganggap rombongan Legiman dan pasukannya adalah sekelompok bandit. 

Mereka akhirnya diterima tanpa kecurigaan setelah mengetahui asal mereka dari Keluarga Cokroatmojo. Beberapa penduduk juga menawarkan makanan dan merasa tidak enak menolak kebaikan mereka, Legiman dan pasukannya menerima pemberian dari penduduk itu. 

Mereka mengobrol sambil menunggu persalinan Lastri rampung. 

"Kangmas, apakah Mbakyu Lastri akan baik-baik saja?" Tanya Amita yang merupakan adik Legiman. Dia membawa adiknya juga karena merasa kasihan adiknya yang baru saja di tinggalati sahabatnya terus menerus murung.

Giman tersenyum, "tentu saja, kamu tidak tahu seberapa kuat Mbakyumu itu. Aku saja pernah babak belur olehnya." jawab Legiman dengan nada guyon.

Tetapi, dalam hati seorang suami yang sangat mencintai istrinya, tentu ditengah obrolan itu Legiman tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya. Apalagi jika mengingat istri kakaknya yang meninggal saat melahirkan, semakin membuat pria yang baru menginjak usia 20 tahun ini semakin cemas. 

"Raden, Raden Ayu Lastri meminta anda untuk menemani persalinan."

***

Tangan Legiman digenggam erat oleh Lastri yang tengah berjuang. Napasnya cepat diperburuk dengan teriakan penuh kesakitan yang membuat udara terasa sangat sedikit disini. 

"Berjuanglah Lastri, demi anak kita," kata Legiman dengan wajah yang cemas. Bayangan akan kematian istrinya terus terbayang-bayang di benaknya.

Kehilangan seseorang yang disayangi sangatlah menyakitkan, apalagi itu terjadi di depan mata, sangat tidak bisa dibayangkan betapa menyakitkannya itu.

Berulang kali dirinya mengatakan "itu hanya ilusi" untuk menguatkan hatinya dan membuat kepalanya berpikir jernih. 

Waktu terus berlalu, sangat lambat dan menegangkan. 

Cahaya kemerahan menerobos masuk melalui bilik bambu dan langit-langit yang berongga. Hari ini, sebuah hal yang sangat langka terjadi. Sebuah peristiwa yang mungkin hanya satu kali dalam umur manusia untuk menyaksikannya. Ini bukan tentang kelahiran bayi dari rahim yang belum pernah melahirkan, tapi ini tentang Bulan Purnama Berdarah.

Legenda mengatakan, jauh sebelum manusia terlahir, bumi sudah dihuni oleh makhluk lain. Bukan siluman. Mereka mirip manusia dengan 2 pasang lengan di tubuh mereka. Makhluk ini sangat bengis dan celakanya para dewa juga melaknat mereka. 

Makhluk ini disebut Ashura.

Suatu ketika, di malam purnama yang terang. Salah seorang Ashura menantang dewa untuk nasib bangsanya. Jika ia kalah maka mereka akan tinggal di antara langit dan bumi, dan jika mereka menang, Kayangan adalah milik mereka.

Para dewa tertawa terbahak-bahak karena hal itu. Dan pemimpin Kahyangan, Dewa Indra sendiri yang menghadapi bangsa Ashura yang congkak itu.

Pertempuran terjadi selama ratusan tahun, separuh bumi lenyap karena hal ini dan hanya menyisakan 1/5 dari jumlah awal bangsa Ashura. Mereka kalah dan akhirnya meninggalkan bumi.

Konon, setiap 50 tahun sekali, salah seorang Ashura akan menantang dewa untuk memperebutkan hal yang sama. Dan disaat itulah Bulan Purnama Berdarah terjadi.

Ini adalah kisah dari brahmana di masa nenek moyang dan semua orang tahu hal ini. Pada saat yang sama pula, dipercayai jika bulan hilang saat Bulan Purnama Berdarah, maka itu adalah akhir dari umat manusia. Sebab itu pula, purnama ini juga di sebut-sebut sebagai, malam kebingungan atau malam merenung.

Satu teriakan panjang akhirnya terdengar dari rumah yang menjadi tempat bersalinnya Lastri. Suara tangis bayi terdengar setelah teriakan itu berakhir. Legiman sekarang menjadi seorang Ayah dan Lastri adalah ibunya.

Seorang bayi laki-laki terlahir dengan sehat dan sempurna. Tangis kencang bayi itu adalah bukti betapa sehatnya dia.

Legiman menerima bayinya yang telah dibersihkan dan menatap wajah bayinya dan Lastri bergantian. Wajah Legiman yang tampan sumringah saat melihat bayinya yang terlihat sangat mirip dengan dirinya. 

Senyum bahagia Lastri juga terukir di wajah Ayu namun penuh kelelahan itu. Dia sangat bersyukur untuk kelahiran Bayinya itu.

Tetapi, teriakan terdengar di luar. Seorang pengawal juga menerobos masuk dengan tergesa-gesa. Pengawal itu langsung menatap Legiman dan terlihat jelas jika wajahnya penuh dengan kecemasan.

"Raden Legiman, kita diserang! Senopati Arya Sinkar sedang menahan mereka agar tidak menerobos masuk ke desa." katanya dengan tergesa-gesa.

Semua orang yang ada disana terkejut. Legiman lantas menyerahkan bayinya kepada Lastri.

"Tetap disini, aku akan segera kembali." kata Legiman.

Lastri dan yang lainnya tidak menjawab, hanya ada sebuah anggukan yang diberikan oleh Lastri yang mengiringi kepergian Legiman.

Disisi lain, Arya Sinkar sudah berhadapan dengan lebih dari 20 orang. Para pengawal Legiman juga ada disana, tetapi beberapa sudah terjatuh dengan banyak luka di tubuh mereka.

Cahaya merah dari Bulan Purnama Berdarah semakin memerahkan tanah yang sudah dipenuhi darah itu. Bau besi berkarat dan hangus juga tercium sangat menyengat.

Selang beberapa lama, sebuah kobaran api terlempar ke arah lawan dari Arya Sinkar. Itu membuat lawannya mati terpanggang hidup-hidup.

"Siapa mereka? Bandit?" tanya seseorang yang baru datang. Terlihat jika Api masih membakar telapak tangannya.

"Meski penampilan mereka terlihat berantakan, aku yakin jika mereka adalah anggota dari sebuah padepokan. Teknik yang mereka gunakan sama, mustahil bandit bisa memiliki teknik yang sama." jawab Arya Sinkar.

Sementara itu, akibat salah satu kawan mereka mati terbakar oleh api yang dilemparkan Legiman, sisa dari "bandit" itu perlahan mundur.

"Mau kemana kalian!" teriak Arya Sinkar namun dirinya kalah cepat dan kehilangan "bandit-bandit" itu di balik semak-semak. 

Mereka semua mengira jika mereka telah menang, tetapi itu salah. 20-an orang tadi hanyalah pengintai. Masih ada puluhan lainnya yang sudah siap dengan anak panah mereka.

Mereka bersiaga di tengah hutan dan menunggu pasukan pengintai mereka kembali. 

"Dia ada disana!" teriak seseorang yang berlari dari arah lokasi yang akan menerima hujan panah mereka.

Mereka menunggu pasukan pengintai mereka berada di titik aman dan...

"Tembak!"

"Slur!"

Puluhan anak panah meluncur bebas menuju Desa Kulon Alas Demak. Tapi itu tidak berhenti sampai disana. Gelombang kedua telah disiapkan dan mereka terus menghujani desa dengan anak panah sampai sepuluh ribu anak panah mereka habis.

***

Di desa, setelah kepergian bandit-bandit itu, para pengawal itu menjadi lengah. Tak ada yang menyangka jika akan ada hujan anak panah yang akan menghantam mereka.

Dan saat itu mereka sadar, jika yang menyerang mereka bukanlah bandit.

Mereka semua mencoba bertahan dari hujan ribuan anak panah itu dan mengarahkan warga untuk memasuki  rumah dan melindungi kepala mereka dengan bejana.

Lastri sendiri di lindungi oleh dayang pribadinya dengan pelindung tak kasat mata. Tetapi, jika anak panah ini terus menghujani mereka, tidak ada yang yakin jika itu akan bertahan lama.

Lebih dari satu jam mereka terus bertahan. Desa benar-benar dihujani anak panah yang sangat banyak. Separuh dari penduduk juga menjadi korban.

"Giman! Jaga jarak dan bantu para wanita dan anak yang tersisa untuk melarikan diri!" kata seorang Arya Sinkar seraya mengeluarkan keris 5 luk dari sarungnya.. 

"Tapi, Pakde..."

"Jangan banyak bicara! Cepat lakukan!" kata Arya Sinkar tegas. 

Giman hanya bisa pasrah dan melakukan apa yang diperintahkan Arya Sinkar. Sebenarnya dia juga khawatir dengan keadaan Lastri, istrinya yang baru saja melahirkan beberapa saat sebelum penyerangan terjadi. Dia berharap istrinya dapat melarikan diri atau mungkin bersama dengan para wanita yang akan dia bantu. 

Tapi, rasa gelisahnya semakin menjadi karena tidak menemukan istrinya dalam rombongan wanita dan anak-anak yang dikawalnya itu. Dalam hati dia terus berdoa untuk keselamatan istri dan anaknya yang bahkan belum sempat dia beri nama. 

"Mas Giman, apakah kita akan selamat?" kata seorang gadis kepada Giman.

"Kamu tenang saja, para bandit itu menyerang dari utara desa kita, itu berlawanan dari arah kita." kata Giman menenangkan. Dia sendiri tidak yakin dengan katanya itu. Bisa jadi desa mereka sudah dikepung dari segala arah. 

"Tapi Mbakyu Lastri masih di rumah itu." kata Amita cemas.

Legiman akhirnya ingat dimana istrinya. Dia ingin menyusul, tapi siapa yang akan menjaga para wanita ini? Amita mungkin seorang pendekar, tapi apa yang bisa dilakukan pendekar tingkat 2?

Dia berharap dayang istrinya dapat melindungi istri dan anaknya.

***

Selang beberapa lama setelah Giman berhasil meninggalkan desa, para "bandit" itu langsung menyerang Arya Sinkar dan menjadikan rumah dengan pelindung astral sebagai sasaran utama.

Arya Sinkar langsung berhadapan kembali dengan 20 musuh. Dirinya merasa tidak percaya diri dengan ini.

Sementar disisi lain, ada 10 bandit yangenyerang rumah yang menjadi tempat bersalin Lastri. Dengan mereka bersepuluh, penghalang astral itu hancur dengan mudahnya. Dayang pribadi lastri langsung menghadang mereka dan membiarkan lastri untuk lari bersama bayinya. Tapi sayangnya satu diantara 10 bandit itu berhasil lolos dan mengejar Lastri.

***

Lastri berhasil keluar desa dan dan memasuki hutan. Dia juga menyadari ada yang mengejarnya. Dan kemungkinan orang itu sendirian, karena Lastri hanya mendengar satu teriakan dengan suara yang samar beberapa kali. 

Jelas Lastri tidak akan berhenti. Dia terus berlari dan berlari. Memasuki dalamnya hutan gelap yang sedikit diterangi oleh Bulan Purnama Berdarah. Suara lolongan serigala yang berulang kali terdengar tidak menyurutkan semangat Lastri meski dia sudah hampir mencapai batasnya. Dalam pikirannya hanya ada keselamatan bayi yang digendongnya. 

Lastri tau jika ada seseorang yang membuntutinya jadi dia harus pergi lebih dalam lagi ke dalam hutan.

Wanita ini terus memaksa kaki jenjang yang selalu menjadi bahan pujian suaminya itu untuk terus berlari menjauh desa. Dia juga mendekap erat bayinya agar tidak terkena ranting-ranting pohon saat dirinya berlari.

Rasa sakit sehabis bersalin yadi benar-benar ia lupakan. Dia hanya terus berlari dan berlari dan tidak sadar jika ada sebuah akar yang mencuat di lintasan larinya.

"Ahk!!" 

Teriak Lastri saat kakinya menendang sesuatu yang membuatnya terjatuh. Dengan reflek dia meringkuk untuk melindungi bayinya agar tidak terbentur keras. 

"Owek! Owek! Owek!" bayinya menangis kencang karena terkejut dengan goncangan keras efek dari terjatuhnya orang yang menggendongnya. 

"Habislah kau!" kata orang yang mengejar Lastri. Dia menyabetkan pedangnya dan tepat mengenai leher Lastri yang membuat luka gorok yang hampir memisahkan kepala Lastri dengan lehernya. 

Seakan merasakan ibunya akan segera meninggalkannya selamanya, bayi yang berada di gendongan Lastri menangis semakin keras. 

"Bersabarlah, kau akan segera menyusul ibumu, Bayi kecil." kata orang itu sambil membersihkan pedangnya sebelum meninggalkan tempat itu. 

Note: Apakah kambing sudah ada di era Singosari?

Remake : 11.9.2k20

Terpopuler

Comments

Gadis Mafia

Gadis Mafia

Thor kakak wijaya headsetnya error, maafkan dia belum bisa dubbing dulu, mungkin besok atau lusa

2020-09-15

0

@elang_raihan.Nr☕+🚬🐅🗡🐫🍌

@elang_raihan.Nr☕+🚬🐅🗡🐫🍌

Mantaaab ngikutin lg ☕

2020-09-13

1

👑 ᴀʟɪᴀ💣

👑 ᴀʟɪᴀ💣

mantap thor ceritanya mendetail

2020-09-12

1

lihat semua
Episodes
1 1 | Gejolak
2 2 | Malam Bulan Berdarah
3 3 | Perahu Mayat
4 4 | Pendekar
5 5 | Bukan Sekedar Bakat Hebat
6 6 | Siluman Gajah Wulu
7 7 | Mustika Siluman Dan Koleksi
8 8 | Pendekar Adidaya
9 9 | Tamu
10 10 | Tamu II
11 11 | Tamu III
12 12 | Tamu IV
13 13 | Dendam
14 14 | Langkah Pertama
15 15 | Lakshita Chandrawinata
16 16 | Tempat Tidur
17 17 | Partai Sembilan Pedagang
18 18 | Baring Benar dengan Beritanya
19 19 | Ajian Cakra Geni
20 20 | Ajian Cakra Geni II
21 21 | Ajian Cakra Geni III
22 22 | Bandoso dan Niatnya
23 23 | Ketertarikan Abimayu
24 24 | Sastrowardoyo dan Cokroatmojo
25 25 | Kitab Kaditula
26 26 | Desa Demayu
27 27 | Pembeda Pendekar dengan Manusia Biasa
28 28 | Putar Haluan
29 29 | Murid dan Masalah Internal Keluarga
30 30 | Ragu
31 31 | Dwipangga Cokroatmojo
32 32 | Tolong
33 33 | Perampok
34 34 | Peringatan Guru
35 35 | Pil Lotus Putih
36 36 | Lelang
37 37 | Lelang II
38 38 | Lelang III : Golok Darah
39 39 | Lelang IV : Perjanjian
40 40 | Lelang V : Keris Naga Sona
41 41 | Lelang VI : Wesi Kuning
42 42 | Manusia Hitam
43 43 | Manusia Hitam II
44 44 | Kematian
45 45 | Kematian II
46 46 | Abimanyu dan Perjanjianya
47 47 | Aku Akan Tetap Hidup!
48 48 | Pemuda Berzirah Api
49 49 | Pemuda Berzirah Api II
50 50 | Mojokerto Setelah Pertempuran
51 51 | Pengantaran dan Abimayu
52 52 | Kondisi Jawadwipa
53 53 | Segitiga yang Rumit
54 54 | Kabar Burung
55 55 | Nasib Gelap Murid Adi Lungsang
56 56 | Pemberontakan
57 57 | Suara Hati Maya
58 58 | Perang Saudara
59 59 | Perang Saudara II
60 60 | Dampak
61 61 | Rencana Besar
62 62 | Tidak Ada Yang Gratis
63 63 | Kecantikan Rambut Nakal
64 64 | Hasrat
65 65 | Guru Baru
66 66 | Diantara Kuali, Api, Kayu Bakar dan Gulai Lembu
67 67 | Mempersiapkan Ibu Kota Masa Depan
68 68 | Apakah Mayu Menyembunyika Sesuatu?
69 69 | Sedikit Bersantai
70 70 | Ada Apa dengan Anda
71 71 | Hukum!
72 72 | Elemen Tanah : Ajian Paku Bumi
73 73 | Pertarungan Kakek dan Cucu
74 74 | Pertarungan Kakek dan Cucu II
75 75 | Dampak
76 76 | Kebenaran
77 77 | Bukit Watu Kabut
78 78 | "Kebebasan"
79 79 | Jalan Hidup
80 80 | Lempar Dia!
81 81 | Sekar dan Abimayu
82 82 | Sekar dan Abimayu II
83 83 | Pendekar Aatma
84 84 | Latihan
85 85 | Nasehat Lama
86 86 | Pengorbanan
87 87 | Moral
88 88 | Kesedihan dan Kegembiraan
89 89 | Kedai Arak
90 90 | Kashika
91 91 | Tempat Tidur II
92 92 | Hilang
93 93 | Ramai Diperbincangkan
94 94 | Kegaduhan di Kota Kapur I
95 95 | Kegaduhan di Kota Kapur II
96 96 | Kegaduhan di Kota Kapur III
97 97 | Rawa
98 98 | Pertarungan Musang dan Ular
99 99 | Kesedihan Sang Kepala Desa
100 100 | Tepi Sungai Kesas
101 101 | Cerita Tentang Padi I
102 102 | Cerita Tentang Padi II
103 103 | Kondisi Ratnasari yang Sesungguhnya
104 104 | Salah Paham
105 105 | Telik Sandi
106 106 | Lawan Yang Sulit I
107 107 | Lawan yang Sulit II
108 108 | Lawan Yang Sulit III
109 109 | Di Gondol Jubah Hitam
110 110 | Jalan Seorang Pendekar
111 111 | Kekalahan
112 112 | Pria Berlemak dan Pria Berkumis
113 113 | Kejutan
114 114 | Tentang Jawadwipa
115 115 | Senyum Darmono
Episodes

Updated 115 Episodes

1
1 | Gejolak
2
2 | Malam Bulan Berdarah
3
3 | Perahu Mayat
4
4 | Pendekar
5
5 | Bukan Sekedar Bakat Hebat
6
6 | Siluman Gajah Wulu
7
7 | Mustika Siluman Dan Koleksi
8
8 | Pendekar Adidaya
9
9 | Tamu
10
10 | Tamu II
11
11 | Tamu III
12
12 | Tamu IV
13
13 | Dendam
14
14 | Langkah Pertama
15
15 | Lakshita Chandrawinata
16
16 | Tempat Tidur
17
17 | Partai Sembilan Pedagang
18
18 | Baring Benar dengan Beritanya
19
19 | Ajian Cakra Geni
20
20 | Ajian Cakra Geni II
21
21 | Ajian Cakra Geni III
22
22 | Bandoso dan Niatnya
23
23 | Ketertarikan Abimayu
24
24 | Sastrowardoyo dan Cokroatmojo
25
25 | Kitab Kaditula
26
26 | Desa Demayu
27
27 | Pembeda Pendekar dengan Manusia Biasa
28
28 | Putar Haluan
29
29 | Murid dan Masalah Internal Keluarga
30
30 | Ragu
31
31 | Dwipangga Cokroatmojo
32
32 | Tolong
33
33 | Perampok
34
34 | Peringatan Guru
35
35 | Pil Lotus Putih
36
36 | Lelang
37
37 | Lelang II
38
38 | Lelang III : Golok Darah
39
39 | Lelang IV : Perjanjian
40
40 | Lelang V : Keris Naga Sona
41
41 | Lelang VI : Wesi Kuning
42
42 | Manusia Hitam
43
43 | Manusia Hitam II
44
44 | Kematian
45
45 | Kematian II
46
46 | Abimanyu dan Perjanjianya
47
47 | Aku Akan Tetap Hidup!
48
48 | Pemuda Berzirah Api
49
49 | Pemuda Berzirah Api II
50
50 | Mojokerto Setelah Pertempuran
51
51 | Pengantaran dan Abimayu
52
52 | Kondisi Jawadwipa
53
53 | Segitiga yang Rumit
54
54 | Kabar Burung
55
55 | Nasib Gelap Murid Adi Lungsang
56
56 | Pemberontakan
57
57 | Suara Hati Maya
58
58 | Perang Saudara
59
59 | Perang Saudara II
60
60 | Dampak
61
61 | Rencana Besar
62
62 | Tidak Ada Yang Gratis
63
63 | Kecantikan Rambut Nakal
64
64 | Hasrat
65
65 | Guru Baru
66
66 | Diantara Kuali, Api, Kayu Bakar dan Gulai Lembu
67
67 | Mempersiapkan Ibu Kota Masa Depan
68
68 | Apakah Mayu Menyembunyika Sesuatu?
69
69 | Sedikit Bersantai
70
70 | Ada Apa dengan Anda
71
71 | Hukum!
72
72 | Elemen Tanah : Ajian Paku Bumi
73
73 | Pertarungan Kakek dan Cucu
74
74 | Pertarungan Kakek dan Cucu II
75
75 | Dampak
76
76 | Kebenaran
77
77 | Bukit Watu Kabut
78
78 | "Kebebasan"
79
79 | Jalan Hidup
80
80 | Lempar Dia!
81
81 | Sekar dan Abimayu
82
82 | Sekar dan Abimayu II
83
83 | Pendekar Aatma
84
84 | Latihan
85
85 | Nasehat Lama
86
86 | Pengorbanan
87
87 | Moral
88
88 | Kesedihan dan Kegembiraan
89
89 | Kedai Arak
90
90 | Kashika
91
91 | Tempat Tidur II
92
92 | Hilang
93
93 | Ramai Diperbincangkan
94
94 | Kegaduhan di Kota Kapur I
95
95 | Kegaduhan di Kota Kapur II
96
96 | Kegaduhan di Kota Kapur III
97
97 | Rawa
98
98 | Pertarungan Musang dan Ular
99
99 | Kesedihan Sang Kepala Desa
100
100 | Tepi Sungai Kesas
101
101 | Cerita Tentang Padi I
102
102 | Cerita Tentang Padi II
103
103 | Kondisi Ratnasari yang Sesungguhnya
104
104 | Salah Paham
105
105 | Telik Sandi
106
106 | Lawan Yang Sulit I
107
107 | Lawan yang Sulit II
108
108 | Lawan Yang Sulit III
109
109 | Di Gondol Jubah Hitam
110
110 | Jalan Seorang Pendekar
111
111 | Kekalahan
112
112 | Pria Berlemak dan Pria Berkumis
113
113 | Kejutan
114
114 | Tentang Jawadwipa
115
115 | Senyum Darmono

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!