Jangan lupa vote, like dan sarannya yah. karena masukan kalian sangat penting buat aku.
Silakan tinggalkan jejak, supaya aku makin semangat update ceritanya.
Terima kasih sudah mampir
Happy reading 😊😘
...***...
Senja kembali hadir, warna jingganya memenuhi langit, setiap mata mengagumi keindahannya. Ada yang memilih untuk duduk santai menikmati indahnya, ada pula yang sibuk mengambil gambar, mengabadikan dirinya di sore hari itu. Bagi sebagian orang, senja menciptakan sebuah cerita dan membingkainya dalam kenangan. entah itu kenangan bahagia maupun kenangan yang mungkin ingin dilupakan, atau mungkin keduanya.
"Pukul 17:00, sebaiknya aku bersiap- siap lebih awal." Ucap Indah pelan berbicara pada diri sendiri. mengambil handuk yang tergantung rapi di sudut kamarnya, dan segera masuk ke kamar mandi.
Kamar Indah tidak terlalu besar, namun terlihat sangat rapi. Karena Ia adalah tipe orang yang tidak suka jika melihat sesuatu berantakan. Sama seperti Ibunya, Bu Dania. Dengan hiasan cat biru muda dan putih. Terdapat satu tempat tidur mini, meja rias, dan dua lemari di sana. Lemari yang berukuran cukup besar yang diisi dengan baju-baju Indah, dan lemari berukuran mini yang penuh dengan buku-buku yang tertata dengan sangat rapi. Ada beberapa macam buku di sana, Buku sekolah, pengetahuan alam, dan juga buku-buku favorit Indah, Novel dan kumpulan puisi.
Allahu Akbar Allahu Akbar
Adzan kembali berkumandang, menandakan waktu sholat Maghrib segera tiba.
"Ma, Indah pergi dulu." Ucap Indah tiba-tiba muncul di belakang Ibu Dania yang sedang sibuk memasak makan malam, membuatnya sangat terkejut.
"Astaghfirullah, Indah.... kamu mengagetkan mama saja deh, hampir aja sendok sayur ini mendarat di kepala kamu." Ucap Bu Dania bercanda.
"Hehe... maaf Ma, gak sengaja." Sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Indah mau pamit ke Masjid Ma." Sambungnya.
"Anak mama cantik sekali." Ucap Bu Dania sambil mencubit pelan pipi anaknya.
"Iya sayang, hati-hati yah."
"Iya, assalamualaikum."
"Waalaikumusalam."
Indah berjalan perlahan menyusuri komplek rumahnya, menuju Masjid. Dia selalu menyukai suasana ini, melihat sebagian besar penghuni komplek berjalan bersama menuju Masjid untuk sholat berjamaah, karena Masjid An-Nur ini cukup luas, banyak pula masyarakat di luar komplek yang memilih untuk sholat di Masjid tersebut. Ada seorang ibu dan satu anaknya yang berusia sekitar 8 tahun di samping Indah. Mengobrol dengannya sambil berjalan santai bersama dengan beberapa orang yang ada di depan dan di belakang mereka. Sesampainya di Masjid, Indah menggelar sajadah dan menunaikan sholat magrib berjamaah.
Sholat Maghrib berjamaah berlangsung dengan khidmat. Setelah sholat Indah meraih Al-Qur'an yang ia bawa, lalu membacanya sambil menunggu waktu sholat isya.
Beberapa saat kemudian, setelah sholat isya, orang-orang sudah mulai berangsur pulang. Saat berjalan menuju tangga, terlihat Indah sedang mencari-cari seseorang. Beberapa kali Indah berbalik ke belakang, memastikan sesuatu. Mencoba mencari seseorang yang beberapa hari lalu membuatnya salah tingkah. Namun ia tidak melihat apa yang ia cari tersebut. Indah berjalan dengan sedikit cemberut.
Tetapi saat menuruni anak tangga, dia melihat seorang anak kecil memakai mukenah merah muda dan pria yang memakai baju Koko putih sedang berada di bagian bawah tangga, terlihat mereka berdua seperti sedang mencari sesuatu. membalikkan setiap sandal yang terbalik, dan beberapa kali mondar mandir ke sisi tangga tersebut. Sambil berjalan perlahan menuruni satu per satu anak tangga, Indah melihat mereka dengan seksama. Dan betapa terkejutnya dia saat tahu bila pria yang bersama anak kecil itu adalah sosok yang sedari tadi ia cari-cari. Tanpa Indah sadari, sebuah senyum yang tak ia minta, terukir manis dibibir tipis gadis cantik itu.
Dengan langkah yang berubah ragu-ragu, Indah mencapai dasar tangga itu. Pria tersebut terlihat sedikit terkejut melihat Indah juga berada tak jauh darinya, namun ia segera mengalihkan pandangannya dan kembali sibuk mencari sesuatu. Indah tak berani menatap pria itu, dengan sedikit salah tingkah langsung memakai sepatunya. Saat akan meninggalkan tempat itu. Anak kecil yang berumur sekitar 5 tahunan itu menghentikannya dan memanggilnya.
"Kakak cantik." Panggil anak tersebut sambil memegang ujung mukenah putih Indah. Langkah Indah terhenti persis di depan pria tersebut. Pria itu terlihat terkejut melihat anak itu menghentikan Indah, namun dia hanya diam dengan wajah yang penuh tanda tanya.
"Adik panggil aku?" Tanya Indah agak ragu.
"Iya, kakak cantik."
"Ada apa adik manis." Jawab Indah tenang, melihat wajah anak kecil yang manis ini, membuat rasa gugupnya berkurang. Indah sedikit membungkukkan tubuhnya untuk mencapai posisi gadis kecil itu.
"Aku mau minta tolong." Ucapnya bdengan suara yang sangat lucu.
"Mau minta tolong apa adik manis?
" Bantuin aku cari sepatu aku dong kak. Aku dan kak Adnan udah cari dari tadi, tapi belum ketemu."
'Jadi namanya Adnan.' Indah berucap dalam hati.
"Ia, boleh. Sepatu kamu seperti apa?" Tanya Indah.
"Seperti ini kak." Jawabnya sambil melihat ke arah kakinya, menunjuk kaki kanannya.
"Warnanya pink, dan ada gambar bunga mawarnya kak." Jelasnya lagi.
"Tidak apa-apa, biar kami yang mencarinya." Adnan, lelaki itu akhirnya ikut berbicara.
"Humairah, tidak baik merepotkan orang lain." Sambungnya.
"Tidak apa-apa, aku tidak merasa direpotkan, biar aku membatu kalian yah." Indah menyunggingkan senyum.
"Baiklah." Jawabnya singkat.
Mereka bertiga pun mencari sepatu Humairah bersama. Beberapa orang terlihat menuruni tangga. Kini semua orang sudah pulang, terlihat dari tidak adanya lagi sandal di bawah tangga tersebut.
Setelah beberapa menit mencari, dan belum menemukannya. Indah mulai berjalan disisi kanan tangga itu, Yah di sisi kanan dan kiri tangga itu, terdapat ruang kecil tetapi panjang sejajar dengan panjang tangga itu, yang ditutupi oleh tembok, tetapi masih memiliki beberapa lubang besar berbentuk bunga yang menghiasinya. Mungkin selain untuk mempercantik, juga berfungsi untuk membersihkan sisi tangga yang kotor. Indah mencoba mencarinya disisi kanan tangga itu. Awalnya dia tidak melihat apa-apa, namun saat akan meninggalkan tempat itu, Indah kembali berbalik. Ia melihat potongan kardus di sana, dan ada sesuatu di bawahnya. Indah mendekat meraih potongan kardus itu, mengangkatnya. Dan benar saja, ada sepatu kecil di bawahnya. Berwarna merah jambu, dan memiliki gambar bunga mawar, sepatu yang sama yang diperlihatkan Humairah.
"Sebaiknya kita pulang saja Humairah, besok kita cari lagi, yah..." Adnan mencoba membujuk gadis kecil itu.
"Gak mau, Humairah mau cari sampai dapat. Masa Humairah pulang gak pakai sepatu." Ucapnya cemberut dengan melipat kedua tangannya di depan dada.
"Ya udah, kalau gitu pulangnya kakak gendong."
"Gak mau kak, Humairah kan sudah besar. Masa di gendong, kan malu diliatin teman-teman."
"Kenapa harus malu, Humairah kan adik kakak. Lagian Kasihan sama kakak yang bantuin kita, keluarganya di rumah pasti sedang khawatir, karena dia belum pulang."
" Pokoknya aku gak mau."
"Tapi Humairah....." Belum selesai Adnan menyelesaikan kalimatnya, Indah menghampiri mereka dengan kedua tangannya berada di belakangnya, menyembunyikan sesuatu.
"Lihat apa yang kakak temukan." Indah berucap sambil memperlihatkan sesuatu yang tadi ia sembunyikan.
"Hore... sepatu Humairah sudah ketemu." Gadis kecil itu melompat kegirangan dan langsung mengenakan sepatunya. Indah tersenyum melihat tingkah Humairah.
"Terima kasih yah kakak cantik." Humairah memeluk Indah.
"Iya, sama-sama." Sambil memegang lembut kepala gadis kecil itu.
"Terima kasih atas bantuannya." Ucap Adnan
"Sama-sama." Jawab Indah singkat. Sebenarnya Indah sangat gugup berada di dekat laki-laki yang membuatnya kikuk saat pertama melihatnya itu. Tetapi Indah berusaha menutupinya, dan benar saja, dia melakukannya dengan sangat baik.
"Ya sudah, kalau begitu aku pulang dulu yah." Indah berucap sambil mencubit pelan pipi Humairah.
"Rumah kamu di komplek ini juga?" Tanya Adnan.
" Ia, aku baru pindah beberapa hari yang lalu. Aku tinggal di lorong Dahlia 4."
"Kalau begitu kita searah sampai pertigaan di depan. Aku dan Humairah, tinggal di lorong Dahlia 2. Mari ku antar sampai pertigaan."
"Baiklah."
Mereka bertiga pun berjalan pulang bersama.
Indah dan Humairah berjalan berdampingan, Indah menggandeng tangan gadis kecil itu. Terlihat mereka sangat akrab diawal mereka bertemu. Sementara Adnan berjalan sendiri di depan mereka.
"Oh iya, Humairah tadi sholatnya bareng kak Adnan?" Tanya Indah, karena tadi tidak melihat Humairah di Shaf jamaah perempuan.
"Aku kan perempuan kakak cantik, masa sholatnya di barisan laki-laki. Tadi aku sholatnya sama mama, tapi di bagian belakang. Habis tadi datangnya terlambat." Jawab Humairah.
Indah pikir Humairah sholat bersama dengan Adnan. Karena tidak mungkin Adnan akan meninggalkan adik kecilnya ini sendiri tanpa pengawasan. Indah yang sholat di shaf depan jarang memperhatikan sekelilingnya tidak melihat Humairah, yang tadi sholat di bagian belakang shaf. Begitu pun Humairah yang tidak melihat Indah tadi.
"Tadi kami pergi bertiga." Adnan menjawab pertanyaan Indah, berbalik sebentar melihat kearahnya dan kembali melihat ke depan, membelakangi Humairah dan Indah,
"Humairah sholat bareng mama di shaf perempuan. Tapi karena sepatu Humairah hilang...." Belum selesai Adnan menyelesaikan kalimatnya.
"Kak Adnan suruh mama pulang duluan, karena kasihan lihat mama kalau harus menunggu. Soalnya kaki mama sering sakit kalau berdiri terlalu lama." Humairah melanjutkan penjelasan Adnan. Adnan tersenyum melihat tingkah adiknya itu. Dia gadis yang cerewet.
"Oh.. begitu yah..." Indah mengangguk sementara Adnan terus berjalan tanpa menoleh ke belakang lagi.
"Iya kakak cantik, begitu." Ucap Humairah lagi.
Indah tersenyum kecil melihat gadis kecil yang manis itu. ia berjalan dengan sesekali melompat-lompat kecil.
"Kakak cantik namanya siapa?" Tanya Humairah sambil melompat-lompat kecil.
"Nama kakak, Indah."
"Wah... nama kakak bagus deh. Kakak juga cantik sekali." ucap Humairah blak-blakkan (namanya juga anak kecil hehe)
"Nama kamu juga sangat bagus Humairah."
Mereka berdua terus mengobrol sepanjang jalan, hingga sampai dipertigaan jalan. Adnan yang mendengar mereka berdua hanya tersenyum kecil di depan. Dan sampailah mereka di pertigaan jalan komplek itu.
"Baiklah, kakak pulang dulu yah, Humairah."
"Iya kak, nanti ketemu lagi yah, kakak hati-hati yah."
"Iya, Insya Allah." lagi-lagi Indah mencubit pipi gadis kecil itu, yang selalu membuat dia merasa gemas padanya.
"Terima kasih atas bantuannya." Ucap Adnan pendek.
"Sama-sama."
Mereka bertiga pun berpisah. Indah berbelok ke kanan menuju lorong Dahlia 4, sementara Adnan dan Humairah ke arah kiri, lorong Dahlia 2.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 199 Episodes
Comments