Athi mendelik, "Gak jelas," gumam Athi yang tak dihiraukan oleh Keil.
Athi pun mengubah gimiknya, "Eh tau gak, tadi aku belajar bahasa Jepang lho di kelas. Begini nih ...," ucap Athi, yang membuat Keil mengalihkan fokusnya ke arah Athi yang tengah bersiap untuk memamerkan sedikit ilmu yang baru saja ia terima.
Athi saat ini, bagai padi yang belum terisi.
"Hajimemashite, watashi na--"
"Bukan na, tapi no," pangkas Keil dengan cepat, membuat Athi menghentikan ucapannya.
Athi mendelik, "Kok kamu tahu, sih? Padahal ... aku cuma mau ngetes kamu aja sih ...," ucap Athi, yang tidak mau terlihat salah di mata Keil.
Dasar wanita.
"Hajimemashite. Watashi no Azekeiru desu. Yoroshiku onegaishimasu," ucap Keil, lengkap dengan aksen layaknya orang Jepang sungguhan, membuat Athi mendelik ke arahnya.
"Wah ... keren!! Itu artinya apa, Keil?" tanya Athi yang terpukau dengan ucapan Keil tadi.
Keil memandangnya dengan dingin, "Artinya, hanya Tuhan yang tahu," jawab Keil dengan nada yang sukses membuat Athi mendelik kesal.
Athi mengerucutkan bibirnya, "Ih! Gak jelas juga ya kamu lama-lama," gumam Athi yang sudah kesal dengan Keil, tapi Keil sama sekali tidak memedulikannya.
Keil membuka bukunya, untuk melanjutkan membaca pelajaran yang akan dibahas sebentar lagi. Pergerakan Athi yang mencoba mendekatinya, membuat Keil risih dengan tindakannya yang terlalu mencolok itu.
"Ada apa?" tanya Keil, tanpa memandang ke arah Athi.
"Keil ... boleh tau gak, kamu kok lancar banget bahasa Jepang? Itu kenapa?" tanya Athi dengan nada yang sangat manja, membuat Keil harus kuat-kuat menahan dirinya sendiri.
"Ayahku asli penduduk sana," jawab Keil yang tidak ingin menambah bebannya.
Jawaban Keil justru membuat bebannya semakin bertambah, karena mata Athi yang tiba-tiba saja mendelik terang, seperti terkena sorotan lampu.
"Beneran? Pantesan kamu jago banget bahasa Jepang! Eh btw, kamu udah pernah ke sana? Di Jepang gimana sih, dingin atau panas? Ada gak salju di Jepang? Terus saljunya mulai bulan apa? Terus-terus, kamu udah pernah ketemu sama Doraemon belum? Atau sama Sasuke gitu? Ih sumpah aku tuh suka banget sama kartun dan anime Jepang sana--" tanya Athi dengan sangat antusias yang tak dihiraukan oleh Keil.
Keil mendelik, karena tak tahan mendengar ocehan darinya.
"Duh ... kamu ngapain sih nanya begitu? Datang ke sini bikin rusuh, bawa roti cuma satu doang pula, aku kan juga lapar tahu!" bentak Keil dengan nada yang masih tertahan, karena memang dirinya yang tak pernah bisa berlaku kasar terhadap seorang gadis.
Athi menyeringai, "Kalau kamu mau jawab pertanyaan aku, aku kasih roti ini untuk kamu deh," tawar Athi, membuat Keil menghela napasnya dan melontarkan senyuman tipis ke arah Athi, yang nampaknya sangat tertarik dengan budaya di negara sakura itu.
"Baiklah. Aku pernah tinggal di sana, sampai aku minder karena gak bisa bahasa Indonesia waktu awal aku pindah ke tempat ini. Ada empat musim di Jepang yaitu musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin. Biasanya salju turun pada akhir tahun, dan berlangsung selama kurang lebih tiga bulan. Soal Doraemon atau Sasuke, jangan terlalu dianggap karena itu hanya kartun," ucap Azekeil melibas habis pertanyaan dari Athi tadi.
Athi mengangguk-angguk paham, "Oh ... gitu," gumamnya, "Ya udah, ini rotinya untuk kamu," ucap Athi sembari memberikan roti itu pada Keil.
Keil hanya bisa memandang ke arah Athi, yang sedang menyodorkan roti yang ia bawa.
"Nanti aku ganti rotinya pakai hadiah yang bisa kamu pakai saat musim dingin. Sekarang roti ini aja dulu, sebagai tanda terima kasih karena udah jawab pertanyaan aku," ucap Athi yang terdengar sangat polos, membuat Keil menggelengkan kecil kepalanya.
...-Flashback off-...
Seketika terlihat sebuah genangan di pelupuk mata Keil. Kali ini, Keil tidak bisa menahan dirinya lagi untuk tidak menangisi keadaan.
Ia menitikkan air mata ketika melihat syal merah pemberian dari Athi.
'Ternyata, dia ingat dengan janjinya,' batin Keil yang tidak percaya akan hal yang Athi lakukan.
...***...
Athi sudah sampai di halaman rumahnya, dengan keadaan basah dan juga keadaan lutut kakinya yang semakin parah saja.
Lucas menoleh ke arah lututnya, "Apa kamu butuh sesuatu?" tanya Lucas dengan nada yang sangat datar, membuat Athi menyadari kalau Lucas sedang melihat ke arah lututnya.
Dengan segera, ia berusaha menutupi lututnya dengan kedua tangannya. Walaupun Athi memakai celana jeans panjang, tetap saja tidak bisa melindungi lututnya dari gesekan aspal. Malah pada bagian lututnya, celana itu sudah sobek karenanya.
"Gak apa-apa, nanti juga sembuh sendiri, kok. Kamu gak usah repot-repot," tolak Athi yang tidak enak dengan Lucas.
Lucas hanya terdiam, sembari memandang ke arah Athi kembali. Tatapannya selalu dingin, hampir sama seperti tatapan yang Azekeil miliki, sampai waktu itu Athi pernah berpikir, malau mereka adalah kembar yang tertukar.
"Baiklah, sampai jumpa," ucap Lucas, yang dengan segera meninggalkan Athi, tapi menunggu persetujuannya lebih dulu.
Hal itu membuat Athi mengerucutkan bibirnya, "Duh ... kebiasaan deh Lucas itu," gumam Athi yang sedikit kesal dengan kelakuan Lucas yang sama mengesalkan dengan Azekeil.
Athi pun segera masuk ke dalam rumahnya, dan langsung beranjak menuju kamar mandi, untuk segera membilas tubuhnya yang sudah lelah itu, karena harus berlarian menuju ke arah bandara.
Kiranya dirasa cukup, Athi segera mempersiapkan pakaiannya, kemudian memakainya dengan segera, demi menghindari sakit akibat terlalu lama terkena air hujan.
Athi menggosokkan handuk kecil pada rambutnya yang masih basah, mencoba mengeringkan rambut panjang berwarna coklatnya itu.
"Brukk ...."
Ia terkejut, karena tak sengaja menyenggol buku hariannya yang ada di atas meja.
Dari dalam buku tersebut, terlihat selembar foto yang berserakan di atas lantai, membuatnya bingung dan segera mengambil buku beserta foto tersebut.
Athi mendelik, karena yang ia lihat saat ini, ternyata adalah foto kebersamaan dirinya bersama Lucas dan juga Azekeil, di sebuah photo boot.
Athi seketika kembali teringat dengan Keil yang baru saja beberapa jam lalu meninggalkannya dengan seluruh perasaan rancu.
Genangan air mata kembali muncul di pelupuk mata Athi, karena mengingat momen kebersamaan mereka kala itu.
Setiap kenangan yang pernah mereka lalui, membuat Athi semakin tidak bisa melupakan sedikit pun dari Keil, yang sudah menemaninya selama ini.
Terlebih lagi, Keil lah yang tidak pernah memandang sedikit pun kekurangan Athi. Memang, tingkahnya itu terkadang agak ambigu, karena dirinya yang memang tidak bisa bersikap di hadapan Athi, yang ia pikir mempunyai dunianya sendiri.
"Baru beberapa jam aja, aku udah kangen kamu, Keil," gumam Athi yang tidak bisa menahan air matanya, yang sedari tadi memaksa keluar dari pelupuknya.
"Aku gak tau, akan kuat atau tidak menghadapi hari-hari tanpa kamu, Keil," lirih Athi, dengan isak tangis yang pecah seketika, tetapi dirinya masih harus menahannya karena tidak ingin keluarganya mengetahui, kalau dirinya sedang tidak baik-baik saja.
Itulah kehebatan Athi, bisa menahan semua perasaan sedih yang sedang melandanya, tanpa ada yang mengetahuinya.
Apakah Athi bisa menjalani kehidupannya, setelah Keil meninggalkannya jauh di sana?
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
kosong
😁😁😁😁
2022-03-07
1
Shellia Vya
Jangan2 Lucas memendam rasa nih sama Athi
2022-02-14
1
Ig : @smiling_srn27 🎀
Banyak nanya kamu athi 🤣🤣🤣
2022-02-11
0