Manisnya Cinta Sahabat
Siang yang terik, di hari pertama bulan Januari.
Seorang gadis bernama Athanasia, berlarian dengan napas yang tersengal, dan juga debaran jantung yang terus terpacu kencang, mengikuti setiap langkahnya, menyusuri sisi jalan yang curam, dan terjal.
Athanasia, gadis yang akrab dipanggil Athi, yang memiliki sifat yang terlalu baik, hingga dirinya sering mendapatkan tindakan bullying di sekolahnya. Apalagi, dirinya yang mempunyai penampilan, yang sama sekali tidak menarik, untuk seukuran gadis sebayanya, membuat dirinya semakin dikucilkan oleh teman-teman di kelasnya.
Dengan sesekali melihat ke arah jam tangannya, ia berlarian menuju ke arah bandara, untuk sekadar bertemu dengan cinta pertamanya, yaitu Azekeil.
Azekeil yang lebih akrab dipanggil Keil, siang itu terpaksa harus kembali ke negara, tempat keluarganya berada, untuk mengurus beberapa hal yang harus ia tangani di sana, sebagai satu-satunya calon pewaris dari harta kekayaan yang dimiliki oleh keluarganya.
Dengan berat hati, ia sampai sama sekali tidak memberi kabar kepada Athi, atas kepergiannya. Ia tidak ingin persiapannya yang sudah ia siapkan matang-matang itu, harus berantakan hanya karena ia tidak tega untuk meninggalkan Athi sendiri.
"Brukk ...."
"Aww ...."
Athi jatuh tersungkur di atas aspal, hingga membuat hadiah yang ia pegang, menjadi sedikit rusak. Hal itu membuat Athi kesal bukan kepalang.
Athi mendelik ke arah hadiah itu, "Hadiahnya!" pekik Athi, yang melihat hadiah yang ia persiapkan, jatuh dan hampir saja masuk ke dalam kubangan air.
Athi segera bangkit untuk mengambil hadiah tersebut, sampai ia sama sekali tidak memedulikan keadaan lututnya, yang kini sudah sobek dan mengeluarkan darah akibat jatuh tersungkur tadi.
Yang ia pedulikan hanyalah hadiah yang akan ia berikan kepada Azekeil.
Athi berlarian menuju ke arah hadiah tersebut.
"Tinn ...."
Tak disangka, sebuah mobil hampir saja menabrak dirinya, yang secara sembarang berlarian, tanpa melihat ke arah jalan yang ia lalui.
Sopir itu menghentikan laju kendaraannya, membuat Athi mendelik, karena hampir saja ia tertabrak dengan sebuah mobil yang entah darimana datangnya itu.
"Hey, mau cari mati?" teriak sopir itu dengan sinis, membuat Athi sedikit takut karena bentakannya.
Athi tak memedulikan sopir itu. Ia melanjutkan menuju ke arah hadiah itu dan mengambilnya dengan cepat, kemudian ia menuju ke arah terminal keberangkatan dengan Negara yang ingin Keil tuju.
Dengan susah payah, ia berusaha mengalahkan rasa lelah dan sakitnya, demi bertemu dengan pria yang sangat ia sukai itu.
Di sana, Keil memandang ke arah luar, ia berharap Athi tidak akan menyusulnya sampai ke sini, karena ia yang pastinya tidak akan kuat untuk mengucapkan selamat tinggal pada Athi.
"Jangan melakukan hal bodoh," gumam Keil, yang memang selalu menanggapi sesuatunya dengan sangat dingin.
Ia berharap, Athi tidak melakukan hal yang ia pikirkan.
Namun pada kenyataannya, Athi dengan gagahnya berlarian menuju ke tempat Keil berada, dengan air mata yang terus bercucuran dari pelupuk matanya.
'Tunggu aku,' batin Athi, yang masih terus berharap kalau Keil tidak akan pergi sebelum dirinya sampai pada tempatnya berada.
Keil memandang ke arah Lucas, yang merupakan sahabatnya sejak mereka masih menduduki Sekolah Menengah Pertama. Lucas menyodorkan sebuah hadiah yang sudah terbungkus rapi, ke arah Keil.
Keil memandang ke arah hadiah itu, "Apa ini?" tanya Keil.
Lucas menafikan pandangannya, "Bukan apa-apa," lirih Lucas, yang memang terlihat tidak peduli pada Keil, tetapi pada kenyataannya, Lucas selalu berada di samping Keil, di mana pun Keil berada.
Keil tersenyum tipis, lalu mengambil hadiah pemberian Lucas tersebut.
"Terima kasih," lirih Keil tanpa melihat ke arah Lucas, begitu pun Lucas, yang sejak tadi tidak memandang ke arahnya.
Lucas sudah mengirimkan pesan singkat kepada Athi, kalau Keil akan segera pergi menuju ke Jepang. Hal itu yang membuat Athi segera berlarian untuk menuju ke tempat Keil berada.
Pemberitahuan mengenai keberangkatan pesawat pun sudah berkumandang. Dengan berat hati, Keil segera membalikkan tubuhnya ke arah keberadaan pesawat.
"Selamat tinggal," gumam lirih Keil, membuat perasaan Lucas sedikit banyaknya terguncang karenanya.
Keil melangkahkan kakinya dengan mantap, menuju ke arah hadapannya.
'Selamat tinggal, Athanasia,' batin Keil, yang merasa tidak sanggup ketika mengucapkannya untuk Athi.
"Keil!!" pekik Athi dengan sangat lantang, membuat Keil mendelik kaget mendengarnya.
Athi terdiam beberapa saat, untuk sekadar menghela napasnya, yang kini sudah sangat tersengal akibat berlarian.
Keil pun menghentikan langkahnya. Ia terdiam, karena bingung dengan yang harus ia lakukan.
Athi memandangnya dengan sendu, dengan air mata yang masih menetes deras dari pelupuk matanya, "Keil, kenapa kamu gak kasih aku kabar tentang kepergian kamu?" tanya Athi dengan sendu, membuat Keil hampir saja tidak bisa menahan kepedihannya.
Keil menghela napasnya panjang, kemudian segera membalikkan tubuhnya ke arah Lucas dan Athi, "Hai, Athi," sapa Keil, yang berusaha sekuat mungkin untuk menutupi lukanya.
Athi mendelik, karena menurutnya Keil yang sangat sadis karena sudah bersikap seperti orang yang tidak merasa bersalah.
Lucas memandang mereka dengan tatapan sendu.
Athi mendekat ke arahnya, dan kini ia sudah berada di hadapan Keil.
Keil memandang Athi, yang sudah terlihat sangat berantakan.
"Kenapa kamu gak bilang, kalau kamu mau pergi ke Jepang?" tanya Athi dengan emosi yang meluap-luap, sembari tetap menangis di hadapan Keil.
Keil tersenyum kecil ke arahnya, "Terima kasih ya, karena kamu udah mau datang ke sini," lirih Keil, yang berusaha untuk mengalihkan topik pembicaraan, agar dirinya tidak terjebak oleh keadaan yang menuntut ketidaktegaannya.
Athi mendelik, "Kenapa kamu bersikap seolah-olah aku ini gak ada? Kenapa, Keil?" tanya Athi, yang seketika tangisannya itu pecah kembali di hadapan Keil.
Keil memandangnya dengan sangat tidak tega, "Itu hadiah buat aku? Boleh aku ambil?" tanya Keil, yang lagi-lagi mengalihkan pembicaraan.
Keil mengambil hadiah yang sudah setengah rusak itu, dari tangan Athi, kemudian segera menyimpannya di dalam tas yang ia bawa.
"Kamu akan balik lagi kan, Keil?" tanya Athi yang di dalamnya terselip banyak harapan untuk Keil kembali lagi bersama dirinya, tetapi Keil hanya tersenyum, tak menjawab pertanyaan Athi.
Athi yang melihat reaksi Keil, segera mengentikan tangisannya, dan menarik napasnya dalam-dalam, "Kamu tau gak, seberapa besar aku suka kamu?" tanya Athi, membuat Keil dan Lucas mendelik seketika.
Keil hanya diam, tak menjawab ucapan Athi tadi.
Melihat respon Keil yang hanya terdiam, Athi kembali mempersiapkan dirinya, "Aku suka kamu, Keil!"
"Degg ...."
Seketika, terlintas di pikiran Azekeil tentang seluruh masa-masa di mana dirinya pertama kali bertemu dengan Athi.
Secara tidak sadar, mereka sudah melewati hari-hari bersama, sebagai seorang teman yang sangat dekat.
Dengan hobi mereka yang sama itu, akhirnya mereka dipertemukan secara tak sengaja. Skenario Tuhan berlangsung saat itu juga kepada mereka.
Dengan segala permasalahan yang ada, mereka berhasil membuat hari-hari mereka menjadi lebih indah.
Keil mendelik, "Aku juga sangat menyukai kamu," gumam Keil dengan lirih, membuat Athi mendelik tak percaya dengan apa yang Keil katakan.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
kosong
✌✌✌✌✌😘😘😘
2022-02-16
3
༄༅⃟𝐐 Melina Ayu
mampir donk 🤣🤣🤣
2022-01-26
1
Nining Rahayu
mampir lagi,,, setelah sekian lama absen,,, dan ceritanya nyangkut Jepang lagi ya,,, 😁😁
2022-01-22
2