"Aku juga sangat menyukai kamu."
Kata-kata itu selalu terngiang di pikiran Athi, sampai ia kembali pulang bersama dengan Lucas. Mereka berjalan kaki, karena lokasi bandara yang tidak terlalu jauh dari lokasi rumah mereka.
Lucas menoleh ke arah Athi, yang sepertinya sedang mengalami kekacauan di hatinya. Bagaimana tidak? Orang yang sangat ia suka, tidak memberinya kabar tentang kepergiannya ke negara lain, dalam waktu yang tidak ia ketahui.
"Brrrrr ...."
Athi tiba-tiba saja seperti seorang yang sedang menahan rasa sakit. Lucas mendelik karena ekspresinya itu.
"Kamu kenapa, Thi?" tanya Lucas yang bingung dengan keadaan Athi saat itu.
Tangan Athi menunjuk ke arah lututnya, sehingga membuat Lucas menoleh ke arah yang ia tunjuk.
Lucas mendelik, "Hah?"
Kini, luka di lutut Athi sudah semakin menjadi parah. Lucas yang tak tahan melihat itu, tanpa basa-basi segera menggendong Athi, layaknya sedang menggendong anak kecil di punggungnya. Hal itu membuat Athi terkejut.
Athi mendelik, "Aku bisa jalan sendiri, kok," gumam Athi yang tidak enak dengan Lucas yang sedang menggendongnya.
Memang dasar Lucas yang terlalu gengsi, ia sama sekali tidak menjawab apa pun, dan hanya diam sembari melanjutkan langkahnya.
Hal itu cukup membuat Athi malu, karena pandangan orang-orang yang selalu tertuju pada dirinya.
"Sraaakkk ...."
Hujan tiba-tiba saja turun begitu derasnya, membasahi setiap sisi permukaan jalan. Tubuh Athi terguyur derasnya hujan, sehingga membuat Lucas segera mempercepat langkahnya untuk menepi.
"Jangan!" pekik Athi, yang berusaha menahan Lucas agar tidak menepi.
Lucas mengerenyitkan dahinya, "Kenapa? Ini hujan, lho," gumam Lucas membuat Athi sedikit tersenyum.
"Ya, ini hujan. Gak ada yang bilang salju," ucap Athi, membuat Lucas menatapnya dengan tatapan datar.
"Ada yang bilang," ucap Lucas dengan datar.
Athi mengerenyitkan dahinya, "Siapa?" tanyanya kebingungan.
"Kamu tadi," jawab Lucas, membuat Athi sedikit geram padanya.
"Ih ... Lucas mah!!" teriak Athi yang tak terima dipermainkan sahabatnya itu.
Lucas pun kembali berjalan di tengah hujan yang mengguyur sudut kota, dengan keadaan yang masih tetap menggendong Athi. Ia pun sedikit menikmati kebersamaan dirinya dan juga Athi, di tengah derasnya hujan ini.
Kesedihan dan tangis, sejenak berubah menjadi tawa kebahagiaan. Mereka senang karena bisa bermain di tengah hujan, walau lutut Athi saat ini tidak dalam keadaan baik-baik saja.
Kalau dipikir kembali, ada apa dengannya, ya? Pikir Athi sekelebat tentang Azekeil, yang saat ini masih menikmati derasnya hujan dan dinginnya suasana di sudut kota, bersama Lucas.
...-Flashback on-...
"Aku juga sangat menyukai kamu," gumam Keil dengan lirih, membuat Athi mendelik tak percaya dengan apa yang ia katakan.
Air mata mengalir deras membasahi kedua belah pipi Athi, membuat Azekeil menjadi gentar akan ketetapannya.
'Inilah hal yang aku takuti,' batin Azekeil, setelah melihat respon dari Athi.
"Apa? Coba ucapin sekali lagi, aku mau dengar!" ucap Athi yang masih berfokus untuk mengusap air matanya yang keluar dari pelupuk matanya.
Notifikasi pemberangkatan pesawat pun terdengar kembali, memaksa Keil untuk berkemas sesegera mungkin.
Keil menghela napasnya panjang, "Sampai jumpa di lain kesempatan. Jaga diri kamu baik-baik," gumam Keil, membuat Athi seketika mendelik ke arahnya.
Keil berbalik, mencoba memantapkan diri kembali untuk melanjutkan langkahnya.
Athi menatap kepergiaannya dengan tatapan yang semakin sendu, "Apa gak bisa sedikit lebih lama lagi di sini?" lirih Athi, membuat Keil menahan langkahnya kembali.
Keil berhenti sejenak, berusaha menguatkan diri, lagi dan lagi, dengan napas yang selalu ia hela di setiap detiknya.
"Selamat tinggal, Lucas," ucap Keil, yang tidak menghiraukan Athi, membuat Athi mendelik tak percaya dengan apa yang Keil lakukan padanya.
Keil melangkah kembali dengan sangat yakin, membuat Athi tidak bisa berkata apa-apa lagi. Kali ini, Athi sudah benar-benar kalah dengan keadaan.
Keil menghilang di antara kerumunan, membuat Athi mendelik karena tidak bisa melihat keberadaannya.
"Brukk ...."
Athi tiba-tiba saja tertunduk lemas, karena dirinya yang saat ini sudah kehabisan tenaga, karena berlarian untuk mengejar Keil yang hampir saja berangkat tanpa mengucap sepatah kata pun padanya.
Tangis Athi seketika pecah, karena di saat ia sudah mulai jatuh hati pada Keil, justru Keil pun pergi meninggalkannya. Apalagi Keil yang juga mengatakan kalau dirinya juga sangat menyukai Athi, membuat Athi menjadi merasa bimbang dan ragu dengan perasaan yang saat ini ia miliki.
...-Flashback off-...
'Harus aku apakan perasaan yang tak berujung ini?' batin Athi yang sangat terpukul atas perasaannya yang rumit itu.
Di sana, Keil pun kini sudah lepas landas, untuk terbang menuju ke Negara tujuannya, yaitu Jepang. Ia hanya bisa memandang ke arah hadapannya, sembari tetap berusaha menguatkan dirinya sendiri.
"Pokoknya, kita bertiga gak boleh pecah! Harus selalu jadi satu, gak peduli dengan masa lalu yang udah kita lewatin."
Ucapan Athi yang masih terngiang jelas di pikiran Keil, membuatnya semakin sulit untuk bisa menguatkan dirinya.
"Gadis bodoh," gumam Keil dengan lirih, karena selalu dibuat terpukau dengan tingkah gadis yang merupakan sahabat baginya itu.
Keil tiba-tiba saja teringat dengan sesuatu yang Athi berikan padanya. Ia membuka tas gendongnya, dan segera mencari keberadaan hadiah yang tadi ia berikan.
Keil mencari, dan terus mencari letak keberadaan. Sepertinya sangat sulit untuk menemukannya, karena benda itu sudah tertimbun beberapa benda lain yang Keil bawa.
Keil berhasil menemukannya. Ia pun menatap hadiah itu dengan tatapan sendu. Melihat bungkusnya yang sudah rusak sebagian, membuat Keil semakin menggelengkan kepalanya.
"Dia benar-benar gadis bodoh, ya?" gumam Keil teriring senyuman tipis di wajahnya.
Dengan rasa penasaran yang menggebu, ia segera membuka hadiah yang Athi berikan padanya.
Matanya mendelik seketika, karena melihat sebuah syal berwarna merah, yang baginya terlihat sangat indah.
Tiba-tiba saja Keil teringat dengan percakapan mereka kala itu ....
...-Flashback on-...
Saat jam istirahat berlangsung, Keil terlihat sedang duduk di kelasnya, untuk mempersiapkan semua buku yang diperlukan untuk pelajaran selanjutnya.
Tiba-tiba saja, Athi pun datang ke kelas Keil dengan sangat ceria, sembari membawa sepotong roti di tangannya.
Ya, mereka memang berbeda kelas, tapi mereka masih tetap bersekolah di sekolah yang sama, dan juga masih duduk di tingkat tiga, Sekolah Menengah Atas. Begitu pun Lucas, yang saat itu kedapatan satu kelas dengan Athi.
"Keil, lagi apa?" tanya Athi yang baru saja muncul dari balik pintu.
Athi pun segera berdiri di hadapan Keil, "Keil, aku nanya, lho!" ucap Athi, yang mempertegas ucapannya tadi.
Keil pun memandang ke arahnya, "Lagi nyuci baju," jawab Keil yang masih tetap merapikan buku pelajaran yang selesai digunakan di jam pertama, ke dalam tasnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Seathy Diman
boleh komen..?..
maaf ya saya mau komplen nih..pas baca bab pertama okelah.. kedua.. koq banyak banget kata"mendelik"nya..trs pas baca athi menahan sakit knpa "brrr"🤭🤭..
maaf ya saya mah hnya penikmat cerita saja 😁😁
klo disuruh bikin cerita mah kaga bisa ..
lanjut baca marathon nih..
2022-05-24
2
kosong
😀😀😀😀😀😀
2022-03-07
1
Shellia Vya
Akun NT ku tiba2 ilang kak,harus download baru lagi. Setelah download eh gantian aku lupa email ku 🤦
2022-02-14
2