Rasanya ingin teriak, melihat gelas di depanya rasanya ingin dilempar sekuatnya. Tapi kesadaran Jingga masih penuh. Buna Jingga tidak pernah mengajarkan hal seperti itu. Buna Jingga sangat baik, pasti akan sedih jika Jingga marah.
Jingga kemudian menelan lidahnya. Di hadapan Jingga ada dua anak yang tanpa dosa memelototi Jingga mengacak-acak makanan di piring yang tadi diambilkan oleh Buna Jingga. Sampai nasi itu berhamburan di piring. Dan sesekali dua anak itu malah beradu sendok.
"Hijau! Biru! Makan yang bener" ucap Jingga menasehati dua bocah kecil yang wajahnya
mirip denganya
"Hihihi" malah dua anak itu saling pandang cekikikan.
"Hhhh" Jingga hanya menghela nafas menahan sabar. Dua adiknya malah terkesan ngeledek Jingga.
"Kak Jingga jelek kalau marah-marah, hihi" ejek Biru malah ngata-ngatain Jingga.
"Biru... makan nggak!" jawab Jingga.
"Di pipi Kak Jingga ada apanya tuh?" tanya Hijau meledek kakaknya lagi.
Lalu Jingga spontan meletakan sendok makanya dan mengelap pipinya panik. Setelah mengusap-usap pipinya tidak ada apapun yang Jingga temukan. Lalu Jingga memandang cemberut ke kedua adiknya.
"Hihi yeyeye Kak Jingga kena prank" seru Hijau dan Biru.
"Hiiissshh. Kaliaan!!" dengus Jingga kesal dan melotot. Jingga pun mengangkat tangan berniat menakuti adiknya. Tapi belum apa-apa adik-adiknya berteriak.
"Bunaaa, Baba, huaaa. Kak Jingga nakal" teriak kedua adik Jingga.
"Hah? Kakak nakal? Kalian kecil-kecil sudah pandai berbohong ya?" cibir Jingga.
Lalu dari arah kamar mandi, Baba Jingga keluar memapah Buna mereka. Buna mereka memang masih terlihat sangat imut. Bahkan teman-teman Jingga banyak yang bilang Buna Jingga seperti kakak Jingga.
Buna Jingga bertubuh kecil, bibirnya mungil manis sekali. Kulitnya juga bersih, alis dan hidungnya cantik alami. Pantas jika Baba mereka masih semangat membuat anak. Tapi pagi ini Buna Jingga terlihat pucat.
"Sayang kenapa teriak-teriak huh?" tanya Buna mereka ke kedua anak bungsunya.
"Buna sakit?" tanya Biru dan Hijau.
"Iya Buna sakit karena kalian!" jawab Jingga.
"Jingga, Baba, antar Buna ke kamar, suapi adik-adikmu ya!" tutur Baba Jingga.
Jingga langsung syok dan melihat jam tanganya 15 menit lagi waktunya berangkat kuliah. Padahal waktu nyuapi kedua adik kembarnya bisa 1 jam lebih. Mereka pasti akan banyak alasan. Bermain-main dan mengerjai Jingga.
"Ba.. tapi Jingga mau kuliah" jawab Jingga menolak Babanya.
"Sebentar saja. Biar Buna kalian istirahat, Hijau Biru patuhi kakak kalian. Buna lagi sakit jangan bikin Buna sedih" tutur Baba mereka.
"Nggak apa-apa Ba, biar Kak Jingga kuliah aja. Hijau Biru makan sendiri bisa kan? Makanlah cepat, setelah itu temani Buna ke kamar ya!" lerai Buna mereka.
Buna mereka sesakit apapun memang sangat baik dan bijak. Hal itu yang membuat Jingga suka tidak tega sendiri, meskipun Jingga menggerutu.
"Ya Buna!" jawab Hijau dan Biru bersamaan.
"Tapi Sayang kamu butuh istirahat. Anak-anak butuh pengawasan" jawab Baba mereka lagi. Maunya Babanya istrinya itu fokus ke kesehatanya, tidak boleh diganggu.
"Ba... Jingga juga butuh kuliah. Buna nggak apa-apa" jawab Buna mereka.
"Ya sudah Baba bantu Buna istirahat, Jingga suapi Biru dan Hijau, tapi 15 menit aja" jawab Jingga akhirnya mengalah.
"Makasih Sayang, Hijau Biru, nggak boleh nakal yaa" tutur Buna mereka.
Lalu Baba mereka menuntun Buna mereka ke kamar. Dan menelpon dokter. Jingga kemudian meninggalkan makanya. Beralih ke kedua adiknya. Mau tidak mau Jingga harus menyuapi adiknya agar adik-adiknya makan dengan baik.
"Baca doa dulu. Bismillahirrohmanirrohim. Allohumma bariklana fi ma rozak tana waqina 'adza bannar" bimbing Jingga ke adiknya.
"Ingat Kakak, mau kuliah, kalau nggak nurut makan sama eyang Siti, apa sama Bu Ida? Apa sama tante Fitri! Mengerti?" gertak Jingga kekedua adik nakalnya.
"Huh!" Biru dan Hijau bersedekap menunjukan muka kesalnya.
"Aak" Jingga menyodorkan sesendok nasi dan potongan ayam dibumbu kuning. Hijau dan Biru masih menutup mulutnya.
"Aak nggak! Kakak laporin ke Baba nih!" ancam Jingga lagi.
"Iya iya!" jawab Biru akhirnya membuka mulut.
"Nah gitu dong!" jawab Jingga lalu memasukan makanan ke mulut adiknya.
"Kukuk kunapa banyk sekli nasinya" protes Biru sambil mengunyah makanan merasa kepenuhan.
"Nggak udah protes biar cepet selesai habis ini kalian temani Buna! Sekarang hijau. Aak" tutur Jingga galak ke adik satunya lagi.
"Nggak may sayurnya, nasinya dikurangi" protes hijau melihat nasi di sendok yang dipegang kakaknya kebanyakan.
"Makan nggak!" ancam Jingga.
"Nggak, dikurangi dulu nasinya!" jawab Hijau tetap protes.
Daripda mengulur waktu, Jingga pun mengurangi nasinya. Lalu Jingga menyuapi adik-adiknya dengan muka garangnya secara bergantian. Baru 5 suap, adik-adiknya sudah protes dan berlarian meninggalkan Jingga.
"Hhhh" Jingga hanya menghela nafasnya. Melatakan sendok dan meninggalkan meja makan yang masih berantakan. Jingga menyusul adik-adiknya ke kamar.
Di kamar Babanya menggulung kemejanya. Berbaring memijat kepala Buna mereka. Adik-adik mereka pun berhambur naik ke kasur ikut peduli dengan Buna mereka.
"Sudah makanya Nak?" tanya Buna mereka.
"Baru beberapa suap Bun!" jawab Jingga.
"Kenapa nggak dihabiskan Sayang?" tanya Buna mereka.
"Kak Jingga galak banget. Sekali suap Biru langsung kenyang" jawab Biru pintar masih tetap mengadu ke Bunanya.
"Biru.. bilang aja emang kamu nggak mau makan!" jawab Jingga tidak mau difitnah anak kecil.
"Benar kok Bun. Kak Jingga galak, nggak kaya Buna. Hijau mau makan sama Buna aja!" jawab Hijau.
"Sudah-sudah. Buna kalian lagi sakit, nggak apa- apa nanti makan lagi. Kalian bermainlah sana" lerai Baba mereka.
"Ya udah Bun, Ba! Jingga berangkat!" jawab Jingga.
****
Gedung universitas elit di kota itu tampak. Bunga-bunga indah di taman kampus itu membuat suasana kampus terlihat menyenangkan. Pohon-pohon tinggi pun mengelilingi pagar gedung besar itu sehingga suasana rindang.
Beberapa mahasiswa terlihat duduk bergerombol dan saling berbincang di kursi- kursi yang disediakan di bawah pohon. Jingga pun melewatinya. Melihat sekeliling teman sekelasnya sudah tidak ada di tempat mereka nongkrong.
Jingga kemudian melirik jam tangan mahalnya.
"Ya ampun Tuhan. Sekarang kan jamnya Dokter Rendi. Haishh, gawat!"
Jingga pun langsung berlari menuju kelas kuliahnya. Jingga lupa kalau pagi ini waktunya praktikum mata kuliah anatomi. Dosen Jingga pagi ini dosen pria yang killer, pelit nilai, menerapkan aturan kuliah yang banyak sekali.
Satu kelebihan Dosen Jingga ini. Dia sudah sukses di usianya ke 30 sudah lulus S2 di Amerika, dan sedan lanjut S3 . Dia juga tampan dan masih single. Beberapa mahasiswanya akan salah fokus ketika mengikuti mata kuliah beliau.
Tapi banyak juga yang mengatainya dosen paking kejam sedunia. Karena dosen itu bisa memberi tugas seenak jidat dan sangat pelit nilai.
"Brak" Jingga dengan tergesa-gesa membuja pintu kelasnya.
Pria tampan berbaju rapi itu sedang berdiri mengucapkan salam. Ternyata Dosennya itu juga baru masuk.
Semua teman-teman Jingga menoleh ke arahnya. Tidak terkecuali dosenya.
"He.. "Jingga langsung melebarkan senyumnya, menyadari dirinya salah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 273 Episodes
Comments
MeiSudarmini Soegi
nggemesin sih..
2022-06-29
0
🌸Santi Suki🌸
Semangat Kak 💪💪💪💪
2022-01-13
0
Hanna Randell
belum up juga nih🤧
2021-12-17
0