4. Lapar

“He...” Jingga berdiri di depan pintu. Menarik sudut bibirnya ke kanan dan ke kiri dua senti. 

Semua mata manusia di kelas itu menatapnya. Gadis cantik yang tinggi semampai, berkulit kuning langsat, berambut panjang lurus di gerai sedikit berantakan karena berlari.

Meski bibir manisnya menurun dari Bunanya, tapi tubuh dan kulitnya menurun dari ayahnya. Jingga jauh lebih tinggi dan berisi dari Bunda Alya. Jingga bertubuh seperti model.

Jingga merupakan satu di antara 5 gadis yang berparas dan bertubuh menonjol di kampus itu, apalagi status sosialnya, semakin membuatnya populer di kalangan dosen dan mahasiswa. Apalagi otak cerdas ayahnya menurun padanya.

Jadi meski tersenyum memaksa karena takut dihukum Jingga tetap mempesona. Membuat mata yang memandangnya merasa tak  jemu. 

Tidak terkecuali, dosen tampan yang selalu mendengungkan anti KKN. Menjunjung tinggi keadilan dan kemandirian. Bahkan katanya dosen itu tidak suka pada mahasiswi atau mahasiswi yang minyi minyi banyak gaya. 

Dosen itu pun menatap Jingga dari atas sampai bawah. Lalu memberikan tatapan sinis. Mukanya datar tapi tetap tampan. 

“Mohon maaf Pak saya terlambat” tutur Jingga sopan. 

Dosen itu diam kemudian menatap ke jam tangan yang menempel di tangan kekarnya dan di dinding. Lalu dengan gaya cool nya, dosen itu menggerakan lidah dan bibirnya, menoleh ke Jingga.

Buat mahasiswi yang duduk di bangkunya, itu pose termaskulin dari dosen mereka. Karisma ketampanannya justru terpancar saat wajahnya berekspresi geram dan marah. 

“He...boleh saya masuk Pak?” tanya Jingga lagi polos dengan bibir imutnya. 

“Kamu terlambat 40 detik” ucap dosen itu dingin. 

“Ehm” Jingga kemudian menggigit bibirnya dan mengeratkan rahangnya.

“Eugh... dosen psikopath ini, pasti berulah. Ish, kenapa gue bisa lupa sih kalau sekarang jam nya dia,, si kembarrrrr, hhh!” batin Jingga bersiap diceramahi dosenya, semua ini gara-gara si kembar.

“Maaf Pak, 40 detik berarti belum ada satu menit kan Pak? Boleh saya duduk?” tanya Jingga lagi. 

“Jingga kamu tahu? Jangan metang- mentang kamu anak orang kaya kamu bisa seenaknya. Dengan kamu berdiri di situ, bernegosiasi dan bercakap seperti ini, kamu menghabiskan berapa banyak waktu? Hah!” tutur Pak Rendi galak. 

“Maaf Pak!” jawab Jingga menunduk. "Iyuh dasar, gue kan cuma tanya dan menyapa salah lagi!" batin Jingga.

“Kamu sudah hafal kan peraturan saya?” tanya Pak Rendi lagi.

“He.. iya Pak!” jawab Jingga nyengir.

“Seharusnya kamu tidak perlu minta ijin atau bertanya. Baca peraturan saya dengan teliti, lalu kamu tentukan sendiri hukuman yang mana yang mau kamu pilih” ucap Pak Rendi. 

Jingga kemudian diam. Mengingat tata tertib Pak Rendi yang lebih tepatnya seperti aturan gila. 

Jadi Pak Rendi sangat menghargai waktu. Dan tidak ada tolelir. Pak Rendi mau 15 menit sebelum jam kuliah di mulai, mahasiswanya sudah berkumpul semua.

Waktu 15  menit itu agar mahasiswa belajar, meriview mata kuliah sebelumnya. Selain itu mereka juga harus belajar dan mempersiapkan materi selanjutnya. 

Fasilitas yang digunakan untuk kegiatan belajar mengajar juga harus ready sebelum beliau datang. Seperti LCD, laptop atau beberapa alat peraga. Intinya Pak Rendi datang harus sudah siap kuliah. Pak Rendi juga selalu mengadakan kuis sebelum memulai perkuliahan. 

Adapun aturan main yang Pak Rendi terapkan terkait telat adalah telat ada tiga kategori. Telat ringan, telat sedang dan telat berat. Telat ringan 0-5 menit datang setelah Pak Rendi masuk kelas. Telat sedang 5- 15 menit. Dan telat berat lebih dari 15 menit. 

Setiap kategori, Pak Rendi sudah membuat perjanjian dan kesepakatan sendiri dengan mahasiswanya. Itu juga sudah disetujui kedua belah pihak.

Meski terpaksa dari awal pertemuan mahasiswa dan dosen sudah membuat komitmen dan kesepakatan. Memang serumit itu Pak Rendi, tapi sebenarnya baik. 

Hukumanya, kategori berat, mahasiswa, dianggap tidak berangkat, dan setinggi apapun nilai saat ujian, nilai yang akan dicetak di laporan akhir maksimal adalah C.

Meski di hari itu dilarang masuk kekelasnya, tapi mahasiswa harus menyalin dan membuat laporan mata kuliah hari itu dan melaporkan ke Pak Rendi. Entah dari mana sumbernya, jadi meski tidak berangkat mahasiswa harus tau matero hari itu.

Kategori sedang, mahasiswa boleh mengikuti kelas tapi di depan pintu. Nilai mereka juga dikurangi, intinya seberapapun nilainya jangan harap dapat nilai A kalau pernah terlambat lebih dari 5 menit dan tugasnya cukup maju ke depan dan meriview isi mata kuliah di depan teman- temanya.

Kategori ringan seperti Jingga, boleh masuk, nilai tidak dikurangi tapi akan ada tugas khusus dari Pak Rendi, dan tugasnya sesuai kemauan Pak Rendi. Setiap anak beda-beda sesuai mood Pak Rendi.

“Kenapa masih berdiri di situ? Kamu mau saya naikkan level terlambatmu?” tanya Pak Rendi karena Jingya masih tetap berdiri.

“He.. nggak Pak!” jawab Jingga. 

Lalu Jingga masuk dan duduk di bangku favoritnya. Duduk di bangku nomer 2 dari belakang, mentok ke tembok yang menghadap ke jendela. Berdekatan dengan geng Jingga, Joana dan Amora. 

Sahabat mereka pun  melirik ke Jingga dengan tatapan tanda tanya. Tumben Jingga telat, datang telat di jamnya Pak Rendi adalah kesalahan besar.

Setelahnya perkuliahan dimulai, Pak Rendi pun mulai memberikan kuis setelahnya mereka melakukan praktikum di laborat anatomi. Selesai praktik masih dilanjut dengan ujian pasca praktik.

Dan semua mahasiswa mengumpulkan tugas termasuk Jingga. Saat Jingga hendak keluar bersama sahabatnya, dosen mereka pun menatap ke Jingga. 

“Tugas hukumanmu, koreksi semua lembar jawab teman- temanmu dan masukan ke daftar nilai!” ucap dosen Jingga. 

“Hoh?” Jingga melongo.

Jingga kira dengan Jingga masuk kuliah seperti biasa sudah aman. 

Jingga pun menatap ke kedua sahabatnya. Sahabatnya pun hanya bisa menelan ludahnya. Daripada mereka dihukum juga, mereka menganggukan kepala memberi kode ke Jingga udah patuh aja.

Toh hukumanya cuma bantu koreksi jawaban teman- temanya. Jingga jadi tau nilai teman- temannya. Apalagi berdua dengan Pak Rendi teman- teman Jingga justru menamainya sebuah keberuntungan. Mereka malah berbisik menyemangati Jingga.

Tapi buat Jingga tetap saja itu menyebalkan.

“Kenapa diam?” tanya dosen Jingga. 

“Baik Pak!” jawab Jingga. 

Jingga pun duduk di meja dosen di gedung laborat. Teman- teman Jingga meninggalkanya. Jingga kini berhadapan dengan dosenya itu. 

“Ini kunci jawabanya. Masukan ke format ini, setelah ini input ke sini!” tutur Pak Rendi memberikan kertas kunci jawaban dan format daftar nilai, Pak Rendi juga memberikan laptop tempat Jingga input akhir. 

“Ya Pak!” jawab Jingga.

Sebenarnya ngesellin banget Jingga kan bukan asisten dosen, tapi memang mengenai aturan telat itu memang sudah disepakati mahasiswa. Sebagai anak baik. Ya sudah Jingga patuh saja.

“Di sini ada cctv, kerjakan tugasmu dengan benar, saya pantau kamu!” ucap Pak Rendi.

“Ya Pak!” jawab Jingga.

“Saya tahu kelasmu, sudah tidak ada mata kuliah. Jangan pergi sebelum saya kembali. Kerjakan semuanya!” ancam Pak Rendi.

“Ya Pak!” 

Pak Rendi pun pergi meninggalkan Jingga. 

“Hooh, gue kira bakal berduaan sama dosen sinting itu, syukurlah dia pergi” gumam Jingga menghela nafas. 

Hampir aja Jingga mati kutu kalau harus berduaan dengan Pak Rendi, meski menurut teman- temanya berdua dengan Pak Rendi menyenangkan. Tepi menurut Jingga itu menyebalkan. 

Hukuman untuk anak telat dengan kategori ringan itu beda- beda. Beberapa mahasiswa sebelumnya disuruh merangkum buku dalam hari itu juga selepas perkuliahan selesai. Sementara Jingga hanya mengkoreksi nilai. 

Jingga pun mengerjakan tumpukan kertas di depanya dengan baik. Lembar demi lembar dia koreksi. Sesekali Jingga tersenyum, rupanya Jingga menikmati tugas dari dosenya itu. Jingga jadi tau jawaban teman- temanya. 

Tapi seketika mata Jingga melotot. Dan membuatnya kesal. 

“Lhoh kelas gue kan Cuma ada 25 anak, kenapa masih banyak banget?” gumam Jingga, di bawah lembar jawaban teman- teman kelasnya masih banyak lembar jawaban yang harus dikoreksi. Ternyata yang diberikan Pak Rendi bukan hanya lembar ujian kelasnya tapi ada 6 kelas. 

“Hooh, selesai jam berapa ini?” keluh Jingga kesal, menghentakan kakinya kemudian meletakan kepalanya di meja. 

“Buna... Baba...anak kalian di sini menderita. Aku mau tinggal sama Oma aja di luar negeri kalau begini” batin Jingga kesal, kenapa hidupnya melelahkan.

Jingga kangen Oma Rita yang sangat memanjakanya, hanya Omanya yang sangat memudahkan hidup Jingga.

“Aah” keluh Jingga lagi.

Lalu Jingga menegakkan duduknya, menyadari semakin lama dia mengeluh dan istirahat semakin lama dia pulang dan makan siang. 

Jingga kemudian melanjutkan tugasnya lagi. Sampai tiba- tiba perutnya berbunyi. Jingga kan belum sempat sarapan karena adik- adiknya. Mata Jingga pun terasa lelah, tanganya kelu dan kepalanya mulai pening bermain dengan kata yang banyak.

Jingga kelaparan.

“Boleh kali ya? Gue pesen makanan ke anak- anak suruhbawa ke sini? Nggak ada orang ini” batin Jingga melihat ke sekeliling.

Jingga kemudian menelpon teman- temanya tapi ternyata teman- temanya sudah pulang. Mereka nge_date buat nonton bioskop.

Jingga pun hanya menelan ludahnya kesal, kenapa di saat teman- temanya happy- happy Jingga malah di ruang dosen sendirian disuruh mengerjakan pekerjaan yang bukan jatahnya. 

“Telpon Bu Fitri aja kali!” batin Jingga berniat menelpon pengawal dari Babanya. Tapi tidak kunjung diangkat. 

“Ah bodo ahh , gue mau ke kantin, gue laper!” batin Jingga tidak peduli Pak Rendi. Tapi baru saja Jingga mau berdiri Pak Rendi datang. 

“Hah...ck!” Jingga hanya bisa menggerutu dan mengurungkan niatnya.

“Mau kemana kamu? Sudah selesai tugasmu?” tanya Pak Rendi. 

“Ehm.. belum Pak, saya mau ijin ke kamar mandi!” jawab Jingga beralasan.

“Tuh kamar mandinya di situ!” jawab Pak Rendi menunjuk kamar mandi di dalam ruangan bukan keluar. 

Jingga diam menatap ngeri melihat kamar mandi di dalam. Pikiran buruknya datang.

“He... nggak jadi Pak!” jawab Jingga menggaruk pipinya yang tidak gatal.

Jingga menatap pintu luar yang terbuka. Ingin sekali lari dan pergi dari situ. Sementara Pak Rendi memeriksa  hasil koreksian Jingga. 

“Masih ada dua kelas yang belum kamu koreksi!” ucap Pak Rendi enteng. 

“Pak saya haus dan lapar, saya sudah koreksi banyak banget, 4 kelas lho Pak. Tidak ada kompensasi Pak, saya pulang sekarang ya Pak!” jawab Jingga dengan tatapan memelas. 

Pak Rendi tidak menjawab dan hanya menatap Jingga dingin. Sebenarnya Jingga masuk kategori mahasiswa penurut, karena dia tidak kabur dan tetap melanjutkan pekerjaanya. Ada rasa iba di hati Pak Rendi, tapi entah kenapa, Pak Rendi tetap tidak mau memberi kompensasi. 

“Kamu mau makan apa? Biar saya belikan!” ucap Pak Rendi sebagai ujud iba_nya.

“Hoh?” Jingga terbengong tidak percaya dosenya mau membelikan makanan untuknya, nggak salah?

Tapi hal itu justru membuat Jingga risih. Jingga diam tidak menjawab. Mood makan Jingga kan sesuai makanan yang dia lihat.

“Saya tidak menawarkan sesuatu untuk yang kedua kalinya. Selesaikan pekerjaanmu, jika kamu kabur kamu dianggap gagal mengerjakan tugas dan nilai kedisiplinanmu C” ancam Pak Rendi seenak jidat melihat Jingga diam. Jingga hanya menelan ludahnya. 

“Iya saya selesaikan! Saya nggak jadi lapar Pak!” jawab Jingga kemudian duduk.

Pak Rendi diam kemudian pergi lagi. Jingga kemudian melanjutkan pekerjaanya. Dan setelah Jingga mengerjakan koreksian satu kelas Pak Rendi datang lagi.

“Makanlah!” tutur Pak Rendi memberikan sebungkus burger bermerek dari toko ternama. 

Jingga menerimanya dengan tatapan heran. Meski diam ternyata dosenya sedikit perhatian.

“Ehm.. makasih Pak!” jawab Jingga. 

Ternyata Pak Rendi juga membeli makanan yang sama. Lalu Pak Rendi duduk di kursinya, meski tanpa mengobrol mereka berdua makan bersama di ruang Pak Rendi itu.

Jingga makan sangat pelan dan hati-hati. Rasanya sangat tidak nyaman makan berdua dengan dosenya. Sementara Pak Rendi makan dengan santai dan lahap.

Setelah makanan habis, Pak Rendi memeriksa proposal penelitian dari mahasiswanya dan Jingga melanjutkan tugasnya.

“Ishh kenapa nggak pergi aja sih ini dosen” gerutu Jingga merasa kikuk berdua dengan dosenya. 

Meskipun ada cctv, pintu dan jendela terbuka tetap saja Jingga risih. Sementara Pak Rendi sambil memeriksa proposal mahasiswanya sesekali mencuri pandang ke mahasiswa cantik di depanya itu. Entah apa yang ada di benak Pak Rendi. 

Karena tidak nyaman, Jingga mempercepat pekerjanya. Menyalakan otaknya mode on agar cepat selesai dan pulang. Dan Jingga selesai. 

“Ini Pak! Sudah selesai, saya boleh pulang kan?” ucap Jingga. 

“Hmm ya!” jawab Pak Rendi tanpa menoleh. 

“Makasih Pak, selamat siang” tutur Jingga pergi. 

Pak Rendi masih tetap di posisi diamnya memeriksa beberapa proposal mahasiswanya. Jingga pun keluar ruangan. Dengan bernafas legaa. 

“Haah...menyebalkan!” gerutu Jingga.

Tiba- tiba ponsel Jingga berdering. 

 

Terpopuler

Comments

Ummu Sakha Khalifatul Ulum

Ummu Sakha Khalifatul Ulum

Itu ponsel Jingga berdering jangan2 pak Rendi telepon nyuruh Jingga balik lagi ke ruang annya 😂😂
Lanjut thor semangat 💪

2021-12-19

0

ILni Dien

ILni Dien

pak dosen suka yaaa sama jingga 😁😁

2021-12-17

0

Dewi Purnomo

Dewi Purnomo

Dosennya perhatian juga ke Jingga....hehehe.

2021-12-17

0

lihat semua
Episodes
1 1. Hamil lagi.
2 2. I am not baby sister
3 3. Dosen Killer
4 4. Lapar
5 5. Mobil Merah
6 6. Matre
7 7. Kak Tama
8 8. Berdebat
9 9. Tidak jadi cerita.
10 10. Lolos
11 11. Pilihan Baba
12 12. Dewi Fortuna.
13 13. Bertemu calon dari Baba
14 14. Ngeri
15 15. Pemuda bertopi
16 16. Kabur
17 17. Leaflet
18 18. Seperti petualangan
19 19. Ajak Kak Tama
20 20. Jingga yang polos.
21 21. Memo Kuno
22 22. Manis.
23 23. Kata Buna
24 24. Seminggu lagi
25 25 Berantem
26 26. Pantes
27 27. Naik Darah
28 28. Penasaran.
29 29. Adip pensiun
30 30. Tari dan Uti
31 31. Ke Siapa?
32 32. Sangat Dingin
33 33. Sedikit lega
34 Terima Kasih
35 34. Ayo Temui
36 35. 1 masalah clear
37 36. Mulai nyaman bercerita
38 37. Bertemu dengan Nenek
39 39. Pak Rendi tahu
40 40. Pak Rendi Gila
41 41. Fatma
42 42. Merayu Bunga
43 43. Oma tidak suka
44 44. Mengadu ke Oma
45 45. Dapet Ijin
46 46. Hilang Respect
47 47. Perlu Pelajaran.
48 48. Oma tidak boleh luluh
49 49. Berangkat
50 50. Ketinggalan
51 51. Pertanyaan
52 52. Bimbang
53 53. Nggak mungkin
54 54. Tidak berkutik
55 55. Ditunda
56 56. Putus
57 57. Padam
58 58. Ketemu Adip
59 59. Pelit
60 60 Penasaran.
61 61. Tari dan Uti Tau
62 62. Pusat Perhatian.
63 63. Tebar Pesona
64 64. Deal
65 65. Otewe
66 66. Diacuhkan.
67 67. Malu
68 68. Buang Angin.
69 69. Sampai
70 Promosi : SkySal
71 70. Rencana Baba Ardi.
72 71. Mulai tanpa hp.
73 72. Kaya Jin
74 73. Iblis jahat.
75 74. Tak Bertenaga
76 75. Buna Kesal
77 76. Perahu Siap
78 77. Mulai Merasakan keindahan
79 78. Sampai
80 79. Serasi
81 80. Gadis Desa
82 81. Terlambat.
83 82. Amer
84 83. Berisik.
85 84.Perhatian
86 85. Kakak Ganteng
87 P- Kak Novi Rahajeng
88 86. Imam
89 87. Ngapain?
90 88. Tali Timba
91 89. Mengecewakan
92 90. Bukan Dokter.
93 91. Jangan sampai menyesal
94 P - Kak Erma Roviko
95 92. Jadi Makmumnya
96 93. Penyihir jahat
97 94. PR untuk Om Gery
98 95. Sekarang saatnya
99 96. Aku punya minuman untukmu
100 P - Kak Dini Ratna
101 97. Tunggu Dulu Ya
102 98. Kalian mau ikut?
103 99. Kembalilah ke Sekolah
104 100. Rencana ke Kota.
105 101. Celingak celinguk.
106 P- Kak Liana
107 102. Mantap.
108 103. Ternyata seorang Hafids
109 104. Belanja Amer
110 105. Pasti kembali
111 106. Bertengkar
112 107. Telpon saja
113 108. Bangga
114 109. Minder
115 110. Bisikan
116 111. Jingga tidak tahu
117 112. Langsung pucat
118 113. Perahu sudah jalan
119 114. Khawatir
120 115. Dibius.
121 116. Didobrak.
122 117. Hujan
123 118. Pohon Pinang
124 119. Pemimpin tertinggi.
125 120. Jalan Tengah.
126 121. Tidak mau
127 122. Maaf, aku harus menikahimu.
128 123. Air Putih
129 124. Ini bukan mimpi
130 125. Fotokan Dong!
131 126. Coba ulangi!
132 127. Aku Lapar.
133 128. Kakakmu Aman Bersamaku.
134 129. Aku Istrinya kan?
135 130. Aku mencintaimu, apa adanya.
136 131 Jingga centil.
137 132. Umbi Bakar
138 133. Rencana Tama
139 134. Harus Dijelaskan
140 135. Cinta
141 136. Kakaaak.
142 137. Usaha Sendiri
143 138. Pulanglah.
144 139. Kepercayaan
145 140. Batu Alam
146 141. Tama dan Kawanya
147 142. Pulang
148 143. Oma
149 144. This is Time to begin.
150 145. Syok
151 146. Amer turun tangan
152 147. Kemarahan Baba.
153 148. Buna peredam Baba
154 149. Cari Tama.
155 150. Jingga hanya butuh Bang Adip.
156 151. Mungkin Karma
157 152. Om Tito
158 153. Fotokopian Baba.
159 154. Perang dingin.
160 155. Kesaksian Vivi
161 156. Si Hijau
162 157. Permainan Ikun
163 158. Baba berhianat
164 159. Bunga
165 160. Tekad Jingga.
166 161. Buna meradang
167 162. Blokir Bandara.
168 163. Kamu bukan orang lain.
169 164. Nila Angkat Bicara
170 165. Baba berangkat.
171 166. Baba fokus berfikir
172 167. Tangkap Pencuri
173 168. Ketiduran
174 169. Desa T
175 170. Saya Mertuanya
176 171. Tengsin, dan Wibawa
177 172. Silahkan istirahat, saya tinggal dulu
178 173. Ke Bukit
179 174. Nikahkan kami sebagaimana mestinya.
180 175. Tidak akan ada yang Patah
181 176. Butuh Berapa Trillyun?
182 177. Ya Sudah sahkan
183 178. Ingat kamu masih kuliah
184 179. 1 bulan Kelamaan.
185 180.Aku mau tinggal di sini
186 181. Berpikir keras
187 182. Maskawin Berharga
188 183. Diusir Baba
189 184. Dikerjai Amer.
190 185. Kasih Tau Apa?"
191 186. Berisik!!!
192 187. Aku mau jadi suami yang punya Harga diri.
193 188. Ada Syaratnya
194 189. Yeeaay Makan.
195 190. Baba udah setuju
196 191. Jingga spechless
197 192. Aku percaya
198 193. Besok Jangan PHP
199 194. Mobil Sasrahan
200 194. Persiapan 1
201 195. Persiapan 2
202 196. Minta Maaf
203 197. Tips dari Oma.
204 198. Rahasia Uwak.
205 199. Sejarah mobil merah.
206 200. Sukurrriiin.
207 201. Masih Kuat
208 202. Akad Resmi.
209 203. Aku bukan Pedoopil.
210 204. Nanti Malam Wajib lho ya
211 205. Mirip.
212 206. Aku malu.
213 207. Siapa nama Besan Mas Ardi?
214 208. Baba tidak mau kalah
215 209. Jingga menangis
216 210. Om Dika mau ngomong Penting.
217 211. Kenapa Dika dan Adip nangis2?
218 212. Kenapa Adip Sampai Terlantar?
219 213. Itu nama Uwak Adip
220 214.
221 215. Buna harus kasih Tabu Jingga
222 216. Mudik...
223 217. Menantu Idaman
224 218. Kertas Apa Itu?"
225 219. Harusnya Om Dika dikabari
226 220. Masih Sempat
227 221. Mengerjai Jingga
228 222. Cekungan
229 223. Stroke.
230 234. Yang Nggak bikin Gendut
231 235. Coba Kaya Buna.
232 236. Emaak.
233 237. Ikut Polisi
234 Kencan dengan Motor
235 229. Parah
236 230. Harus Merasakan Juga
237 231. Rumah Kita.
238 232. Merpati Indah
239 233. Cita- cita Adip
240 234. Tama.
241 235. Apa aku akan begitu juga?
242 236. Kasih Ijin
243 Tanggung Jawab
244 Cita- citq Adip
245 Pamit.
246 Bocah...
247 Salah Paham
248 Ikhlas
249 Wajar.
250 Dasar Adip....
251 Kejutan
252 Baba Ikut
253 Siswi Berkerudung
254 Rendi Gila
255 Antar Ke Bandara.
256 Dia mengancam
257 Jurus Jingga
258 Abaang.
259 Terbang.
260 Kebalik
261 Itu Baru Istri Bang Adip
262 Salah sebut Nama
263 Isak Jingga
264 Buna..
265 Jingga pamit
266 Sembab
267 Hentikan
268 Halusinasi
269 Pelatihan.
270 Travelling
271 Tamat
272 Nabung Kangen
273 Ketemuan Yuk!!!
Episodes

Updated 273 Episodes

1
1. Hamil lagi.
2
2. I am not baby sister
3
3. Dosen Killer
4
4. Lapar
5
5. Mobil Merah
6
6. Matre
7
7. Kak Tama
8
8. Berdebat
9
9. Tidak jadi cerita.
10
10. Lolos
11
11. Pilihan Baba
12
12. Dewi Fortuna.
13
13. Bertemu calon dari Baba
14
14. Ngeri
15
15. Pemuda bertopi
16
16. Kabur
17
17. Leaflet
18
18. Seperti petualangan
19
19. Ajak Kak Tama
20
20. Jingga yang polos.
21
21. Memo Kuno
22
22. Manis.
23
23. Kata Buna
24
24. Seminggu lagi
25
25 Berantem
26
26. Pantes
27
27. Naik Darah
28
28. Penasaran.
29
29. Adip pensiun
30
30. Tari dan Uti
31
31. Ke Siapa?
32
32. Sangat Dingin
33
33. Sedikit lega
34
Terima Kasih
35
34. Ayo Temui
36
35. 1 masalah clear
37
36. Mulai nyaman bercerita
38
37. Bertemu dengan Nenek
39
39. Pak Rendi tahu
40
40. Pak Rendi Gila
41
41. Fatma
42
42. Merayu Bunga
43
43. Oma tidak suka
44
44. Mengadu ke Oma
45
45. Dapet Ijin
46
46. Hilang Respect
47
47. Perlu Pelajaran.
48
48. Oma tidak boleh luluh
49
49. Berangkat
50
50. Ketinggalan
51
51. Pertanyaan
52
52. Bimbang
53
53. Nggak mungkin
54
54. Tidak berkutik
55
55. Ditunda
56
56. Putus
57
57. Padam
58
58. Ketemu Adip
59
59. Pelit
60
60 Penasaran.
61
61. Tari dan Uti Tau
62
62. Pusat Perhatian.
63
63. Tebar Pesona
64
64. Deal
65
65. Otewe
66
66. Diacuhkan.
67
67. Malu
68
68. Buang Angin.
69
69. Sampai
70
Promosi : SkySal
71
70. Rencana Baba Ardi.
72
71. Mulai tanpa hp.
73
72. Kaya Jin
74
73. Iblis jahat.
75
74. Tak Bertenaga
76
75. Buna Kesal
77
76. Perahu Siap
78
77. Mulai Merasakan keindahan
79
78. Sampai
80
79. Serasi
81
80. Gadis Desa
82
81. Terlambat.
83
82. Amer
84
83. Berisik.
85
84.Perhatian
86
85. Kakak Ganteng
87
P- Kak Novi Rahajeng
88
86. Imam
89
87. Ngapain?
90
88. Tali Timba
91
89. Mengecewakan
92
90. Bukan Dokter.
93
91. Jangan sampai menyesal
94
P - Kak Erma Roviko
95
92. Jadi Makmumnya
96
93. Penyihir jahat
97
94. PR untuk Om Gery
98
95. Sekarang saatnya
99
96. Aku punya minuman untukmu
100
P - Kak Dini Ratna
101
97. Tunggu Dulu Ya
102
98. Kalian mau ikut?
103
99. Kembalilah ke Sekolah
104
100. Rencana ke Kota.
105
101. Celingak celinguk.
106
P- Kak Liana
107
102. Mantap.
108
103. Ternyata seorang Hafids
109
104. Belanja Amer
110
105. Pasti kembali
111
106. Bertengkar
112
107. Telpon saja
113
108. Bangga
114
109. Minder
115
110. Bisikan
116
111. Jingga tidak tahu
117
112. Langsung pucat
118
113. Perahu sudah jalan
119
114. Khawatir
120
115. Dibius.
121
116. Didobrak.
122
117. Hujan
123
118. Pohon Pinang
124
119. Pemimpin tertinggi.
125
120. Jalan Tengah.
126
121. Tidak mau
127
122. Maaf, aku harus menikahimu.
128
123. Air Putih
129
124. Ini bukan mimpi
130
125. Fotokan Dong!
131
126. Coba ulangi!
132
127. Aku Lapar.
133
128. Kakakmu Aman Bersamaku.
134
129. Aku Istrinya kan?
135
130. Aku mencintaimu, apa adanya.
136
131 Jingga centil.
137
132. Umbi Bakar
138
133. Rencana Tama
139
134. Harus Dijelaskan
140
135. Cinta
141
136. Kakaaak.
142
137. Usaha Sendiri
143
138. Pulanglah.
144
139. Kepercayaan
145
140. Batu Alam
146
141. Tama dan Kawanya
147
142. Pulang
148
143. Oma
149
144. This is Time to begin.
150
145. Syok
151
146. Amer turun tangan
152
147. Kemarahan Baba.
153
148. Buna peredam Baba
154
149. Cari Tama.
155
150. Jingga hanya butuh Bang Adip.
156
151. Mungkin Karma
157
152. Om Tito
158
153. Fotokopian Baba.
159
154. Perang dingin.
160
155. Kesaksian Vivi
161
156. Si Hijau
162
157. Permainan Ikun
163
158. Baba berhianat
164
159. Bunga
165
160. Tekad Jingga.
166
161. Buna meradang
167
162. Blokir Bandara.
168
163. Kamu bukan orang lain.
169
164. Nila Angkat Bicara
170
165. Baba berangkat.
171
166. Baba fokus berfikir
172
167. Tangkap Pencuri
173
168. Ketiduran
174
169. Desa T
175
170. Saya Mertuanya
176
171. Tengsin, dan Wibawa
177
172. Silahkan istirahat, saya tinggal dulu
178
173. Ke Bukit
179
174. Nikahkan kami sebagaimana mestinya.
180
175. Tidak akan ada yang Patah
181
176. Butuh Berapa Trillyun?
182
177. Ya Sudah sahkan
183
178. Ingat kamu masih kuliah
184
179. 1 bulan Kelamaan.
185
180.Aku mau tinggal di sini
186
181. Berpikir keras
187
182. Maskawin Berharga
188
183. Diusir Baba
189
184. Dikerjai Amer.
190
185. Kasih Tau Apa?"
191
186. Berisik!!!
192
187. Aku mau jadi suami yang punya Harga diri.
193
188. Ada Syaratnya
194
189. Yeeaay Makan.
195
190. Baba udah setuju
196
191. Jingga spechless
197
192. Aku percaya
198
193. Besok Jangan PHP
199
194. Mobil Sasrahan
200
194. Persiapan 1
201
195. Persiapan 2
202
196. Minta Maaf
203
197. Tips dari Oma.
204
198. Rahasia Uwak.
205
199. Sejarah mobil merah.
206
200. Sukurrriiin.
207
201. Masih Kuat
208
202. Akad Resmi.
209
203. Aku bukan Pedoopil.
210
204. Nanti Malam Wajib lho ya
211
205. Mirip.
212
206. Aku malu.
213
207. Siapa nama Besan Mas Ardi?
214
208. Baba tidak mau kalah
215
209. Jingga menangis
216
210. Om Dika mau ngomong Penting.
217
211. Kenapa Dika dan Adip nangis2?
218
212. Kenapa Adip Sampai Terlantar?
219
213. Itu nama Uwak Adip
220
214.
221
215. Buna harus kasih Tabu Jingga
222
216. Mudik...
223
217. Menantu Idaman
224
218. Kertas Apa Itu?"
225
219. Harusnya Om Dika dikabari
226
220. Masih Sempat
227
221. Mengerjai Jingga
228
222. Cekungan
229
223. Stroke.
230
234. Yang Nggak bikin Gendut
231
235. Coba Kaya Buna.
232
236. Emaak.
233
237. Ikut Polisi
234
Kencan dengan Motor
235
229. Parah
236
230. Harus Merasakan Juga
237
231. Rumah Kita.
238
232. Merpati Indah
239
233. Cita- cita Adip
240
234. Tama.
241
235. Apa aku akan begitu juga?
242
236. Kasih Ijin
243
Tanggung Jawab
244
Cita- citq Adip
245
Pamit.
246
Bocah...
247
Salah Paham
248
Ikhlas
249
Wajar.
250
Dasar Adip....
251
Kejutan
252
Baba Ikut
253
Siswi Berkerudung
254
Rendi Gila
255
Antar Ke Bandara.
256
Dia mengancam
257
Jurus Jingga
258
Abaang.
259
Terbang.
260
Kebalik
261
Itu Baru Istri Bang Adip
262
Salah sebut Nama
263
Isak Jingga
264
Buna..
265
Jingga pamit
266
Sembab
267
Hentikan
268
Halusinasi
269
Pelatihan.
270
Travelling
271
Tamat
272
Nabung Kangen
273
Ketemuan Yuk!!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!