Kisah Cinta Anak Sultan
Anak?
Sebagai orang tua, mereka memang melahirkanya, memberi makan, rumah, kasih sayang dan pelajaran.
Tapi sampai kapanpun, anak adalah anak, dia punya dunia dan jiwa sendiri. Tak bisa dipaksa meski kita mengarahkanya. Dia mempunyai jiwa yang bebas, dan tak ada yang pantas membelenggunya.
Seperti anak panah dan peluru. Kita memang membidiknya, setepat mungkin, tapi kemana melesat, mereka punya jalanya. Alam dan Tuhan yang menggerakanya.
********
Hai pembaca semua.
*Sebelum membaca novel ketiga saya, saya minta maaf, atas semua kekurangan dalam novel saya nanti.
Ini tentang anak si Alya dan Ardi novel pertamaku. Kalau mau tau jalan cerita sebelumnya boleh tengok ke Berlianku istriku.
Tapi kalau belum sempat. Inysa Alloh masih tetap nyambung untuk dibaca, karena Jingga dan Emaknya beda cerita. Beda latar juga. hehehe
Novel ini dibuat pure hanya kehaluan dari author*. Tolong jangan menuntut sempurna karena author manusia biasa. Hehe
Jika suka silahkan baca, tinggalkan like, komen dan love favorit. Syukur mau kasih vote dan tips. Hehe, selamat membaca.
Kalau nggak suka boleh pergi tapi jangan cela. Kritik boleh tapi jangan hancurkan mental author yaa.
Tolong diambil baiknya, jeleknya lupakan.
****
"What? Buna hamil lagi, Ba?" tanya Jingga terperangah setelah mendengar penuturan ayah ibunya.
Jingga Pelangi Ardi Gunawija, usianya 20 tahun, putri pertama dari keluarga Gunawijaya. Keluarga konglong merat nomer satu di Negaranya.
Di dalam ruang keluarga sebuah istana. Anak ibu dan ayahnya itu sedang berkumpul. Ardi Gunwijaya dan istrinya sedang menyampaikan berita gembira ke putri sulungnya. Bahwa mereka akan kedatangan anggota keluarga baru yang masih ada di perut Nyonya Alya.
Tapi berita itu berkebalikan dengan hati Jingga. Betapa tidak, di usia 46 tahun ibunya hamil lagi. Bukan Jingga benci dengan adik-adiknya, tapi sekarang Jingga sudah punya 5 adik.
2 adik kembar laki-laki yang berusia 2 tahun di bawahnya, yang berarti usia 18 tahun dan mereka berdua tinggal di luar negeri. 1 adik perempuan yang usianya jarak 3 tahun di bawah adik kembarnya yang artinya berusia 15 tahun, dia sedang menempuh pendidikan di pondok pesantren di luar negeri juga.
Dan adik selanjutnya 2 orang adik kembar laki-laki yang usianya masih 4 tahun. Setiap hari bikin keributan membuat Jingga pusing tujuh keliling, karena sangat nakal. Bisa-bisanya ibunya hamil lagi.
Jingga stress kalau ibunya lahiran kembar lagi. Saat Jingga kecil, belum puas dimanja Jingga harus sudah mengalah dengan kehamilan kedua ibunya. Dan seterusnya, Jingga selalu dinomor duakan dari adik-adiknya.
"Iya Sayang" jawab Bunda Alya, ibu Jingga yang dipanggil dengan sebutan Bunal, atau Buna.
"Kenapa ekspresimu tidak suka begitu?" tanya Baba Ardi ayah Jingga.
"Hhhh" Jingga hanya menghela nafas sangat kecewa tapi tidak mungkin mengungkapkan ke Babanya.
"Jingga suka kok, tapi Jingga kasian sama Buna" jawab Jingga.
"Kenapa kasian Sayang?" tanya Buna lmebutm
"Buna kan sudah tua, Bun, kenapa masih hamil lagi? Emang Buna nggak capek?" tanya Jingga cemberut menunduk tidak berani menatap Babanya yang galak.
"Anak itu rejeki Sayang, banyak orang yang ingin punya anak lhoh, Baba dan Buna bersyukur dikasih banyak, tandanya Buna masih dipercaya, masa capek? Kamu seneng kan punya adek lagi?" tanya Bunanya Jingga lembut.
"Tau ah. Terserah Buna dan Baba aja" jawab Jingga kecewa.
"Huaaaa.... Biru nakal"
"Hijau yang nakal, Uuhh!"
Dari arah kamar samping tempat area bermain terdengar suara tangisan anak balita bertengkar. Jingga menghela nafasnya. Itu seperti sudah menjadi makanan sehari-hari Jingga. Sampai Jingga stress sendiri dua adik kembar nya ini sangat aktif dan selalu menjadi biang onar.
"Adikmu menangis. Buna ke sana dulu ya. Jingga ngobrol sama Baba" ucap Buna Jingga berdiri dan meninggalkan anak dan suaminya.
Adik-adik Jingga akan sangat nurut dan dekat dengan Bunanya. Karena Buna Jingga memang sangat baik. Tapi jika tidak ada Bunanya mereka selalu membuat ulah.
Jingga kemudian mengeluh kesal lagi, setiap Jingga ingin mengungkapkan sesuatu ke ibunya, selalu ditinggal karena adiknya. Dan itu selaku terjadi di sepanjang hidupnya.
Entah pada saat adik keduanya si Amer (Merah) dan Si Ikun (Kuning), saat mereka mulai besar, bunanya disibukan lagi dengan kelahiran si Nila adik ketiganya. Pokoknya Jingga selalu di nomor duakan. Dan sepanjang hidup, Bunanya selalu sibuk mengurusi balitanya yang tiada henti.
Dan saat adik-adiknya besar, ibunya mulai hamil lagi, ada anak kecil lagi. Begitu seterusnya.a
"Baba sama Buna sudah sampaikan apa yang Baba ingin sampaikan. Katanya kamu ingin sampaikan sesuat juga ke Baba sama Buna. Apa yang ingin kamu sampaikan?" tanya Baba Jingga.
Malam ini mereka bisa berkumpul bertiga terjadi setelah mereka janjian dari 3 hari yang lalu. Sepeninggal kakek Jingga 5 tahun lalu, ayah Jingga sangat sibuk, bahkan sering kali keluar negeri.
"Nggak jadi Ba" ucap Jingga lirih.
Sebenarnya Jingga ingin cerita banyak tentang kuliahnya, teman-temanya. Tapi mendengar kabar ibunya hamil lagi membuat Jingga kesal dan hilang mut ngobrolnya.
"Kamu anak pertama Baba. Kamu harus kuat dan mandiri, harus bisa jadi contoh dan menyayangi adik-adikmu!" tutur Baba Jingga untuk yang kesekian kalinya.
"Ya Ba!" jawab Jingga lirih
Sebenarnya mendengar kata-kata itu Jingga ingin memberontak. Kenapa Babanya selalu berkata dan menuntut anak pertama.
Apa salah jadi anak pertama. Jingga juga ingin diperhatikan kedua orang tuanya, bukan pengawal dan baby sisternya. Anak pertama juga ingin mendapatkan jatah dimengerti dan disayangi.
"Ya sudah. Baba masih banyak pekerjaan, kalau tidak ada yang mau disampaikan Baba kembali ke ruang kerja!" ucap Baba Jingga berdiri hendak pergi.
Jinggak diam dan menunduk. Selalu begitu, mereka hanya berkumpul saat makan bersama. Setelah itu Babanya akan sibuk di ruang kerjanya.
Selesai di ruang kerja Babanya bersama Bunanya di kamar tidak boleh diganggu. Kalau ada waktu berlibur bersama, perhatian mereka ke adik-adik Jingga yang masih kecil.
"Ba" panggil Jingga ragu menghentikan langkah Babanya.
"Kenapa?" tanya Baba Jingga berhenti dan menoleh ke anaknya.
"Boleh nggak sekali aja Jingga pergi tanpa pengawal, Jingga ingin habiskan akhir pekan liburan bareng temen. Jingga udah semester 7 Ba. Jingga udah dewasa Ba. Jingga nggak mau diawasi pengawal terus!" ucap Jingga akhirnya mengeluarkan unek-uneknya.
Baba Jingga menggerakan bibirnya sambil berfikir. Lalu menatap putrinya dengan seksama. Jingga memang sudah tumbuh besar, dia menjadi putri yang berani dan disegani.
Karena Jingga anak pertama, Baba dan Bunanya melarang Jingga kuliah di luar negeri. Kemana Jingga pergi selalu di awasi pengawal, bahkan kuliahpun begitu.
Apalagi karena sifat Jingga yang berbeda dari ibunya. Bahkan meski ibu, nenek dan adiknya berhijab, Jingga bersikeras memilih tidak.
Orang tuanya mengalah dan hanya bisa mendoakan agar kelak mau. Dan sebagai syaratnya karena Jingga nurut, Jingga tidak boleh jauh dari orang tuanya dan selalu dikawal.
"Kamu tau kan, kamu anak pertama, dan kamu putri kesayangan Baba dan Buna. Baba tidak mau kecurian terjadi sesuatu denganmu. Tidak. Kamu harus pergi dengan pengawal Baba" jawab Baba Ardi tegas.
"Ba.. kenapa Adik Nila boleh kuliah di luar negeri, tanpa pengawal dan Jingga nggak? Nila kan putri Baba juga" seru Jingga akhirnya protes.
"Adik Nila manis penurut, dia juga tinggal di pesantren, jadi Baba ijinkan kuliah di luar Negeri. Kamu Baba suruh pakai jilbab seperti Buna saja tidak mau" jawab Baba Jingga beralasan.
Salah Jingga memang tidak mau menurut. Tapi Jingga memang belum terketuk untuk meniru ibunya.
"Baa" panggil Jingga lagi memohon.
"Harus dengan pengawal, kemanapun kamu pergi"
"Sehari aja Ba! Jingga pengen maen!" rengek Jingga lagi.
"Nggak!"
"Baba!"
"Tidak"
"Jingga udah besar Ba. Bentar lagi Jingga Sarjana, bentar lagi Jingga dewasa dan bekerja"
"Dan sebentar lagi, Baba akan temukan kamu dengan calon jodoh kamu, baru Baba bebaskan kamu dari pengawal!" ucap Baba Jingga tegas membuat Jingga semakin terjepit.
"What?" pekik Jingga kaget dan tidak terima.
"Sudah. Baba mau kerja. Selesaikan tugas kuliahmu. Sebentar lagi kamu skripsi kan? Jangan buat Baba marah. Kamu tahu kan hukumanya?" tutur Baba Jingga tidak mau ada penolakan dan tolelir keputusan. Baba Jingga berlalu meninggalkan Jingga.
Jingga kemudian menghentakan kakinya dan mengepalkan tanganya. Jingga merasa sangat kesal dilahirkan menjadi anak pertama. Apalagi dengar dirinya mau dijodohkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 273 Episodes
Comments
MeiSudarmini Soegi
Jingga.. ada di warna Pelang
termasuk salah satu fenomena alam yang indah
itu sebabnya Baba menjaga Jingga menurut pandangan umum terlihat berlebihan
2022-06-29
1
MeiSudarmini Soegi
terserah author ajaa...🤣🤣
2022-06-29
0
MeiSudarmini Soegi
Jingga..
apa pas lahir senja menjelang petang??
termasuk warna favorit??
2022-06-29
0