Arkan dan Raka berpindah dari satu tempat ketempat lainnya. Memasuki kawasan taman hiburan yang padat dengan manusia seperti lautan.
Bisa saja jumlahnya mencapai ribuan atau bahkan lebih.
"Huh, Ini sangat menyenangkan, Ar. Jarang-jarang kita melakukan ini!"
Mereka tersenyum ria melihat banyak pemandangan unit terhampar di sekeliling mereka.
"Raka, lihat itu. Bagaimana kalau kita naik Roller coaster itu!" ajak Arkan.
"Oke, siapa takut. Ayo, I Coming." Keduanya membeli takut dan hendak naik kedalam kereta paling cepat.
"Aku disini," serobot seorang wanita bersama teman perempuannya. Melakukan itu tampa perasaan bersalah.
"Ish, kau ini. Jangan begitu, Liv," bisik Rachel. Setelah Ia melihat wajah Arkan dengan ketampanannya.
Arkan tersenyum.
"Tak apa, Nona. Kami dibelakang sini sama saja kan," tutur Arkan.
"Terima kasih, Mas," tukas Gadis itu.
"Wah, ganteng banget sih Mas, kamu," ucap Olivia tercekat setelah menoleh kearah Arkan.
Dafa terkekeh mendengar mereka hanya memuji Arkan.
"Halo, ladys. Kenalan dong!" sapa Raka mengulurkan tangan.
"Olivia, Mas." sambut Olivia. "Ini Rachel sahabatku." Olivia menarik lengan Rachel yang terkesan malu-malu agar mau bersalaman.
"Aku Raka Hermawan, panggil saja Raka. Meski tidak ganteng tapi kiyut." Bangga sekali Raka dengan wajahnya.
Raka yang memperhatikan kedua gadis itu pada Arkan ikut menoleh.
"Ayo, Ar. Kenalkan namamu!"
"Hai, saya Arkan." Sepertinya Arkan terpantik pada Rachel. Gadis itu cantik, memiliki bola mata sipit dan bulu mata lentik. Alisnya juga tebal melengkung layaknya bulan sabit.
"Rachel," jawab Rachel tersipu.
Usai bersalaman dengan Rachel, Arkan bersalaman juga dengan Oliv.
Olivia senang melihat Rachel tertarik menatap Arkan. Rachel sulit sekali didekatkan dengan seorang pria. Bukan karena sombong melainkan sangat pemalu.
"Mas Raka duduk sama saya saja biar Rachel sama Mas Arkan." Ide itu begitu saja terlontar dari mulut Olivia.
Rachel jadi salah tingkah dibuatnya.
"Kok gitu sih, Liv," desis Rachel.
"Udah, ayo Mas Raka!" Olivia menarik Raka agar segera duduk. Dengan sedikit kikuk akhirnya Arkan dan Olivia duduk bersebelahan.
Permainan seperti roda itu mulai berputar naik turun. Semua penumpang histeris. SUsah payah Rachel tidak ingin berteriak akhirnya berteriak juga ketika turun kebawah.
"Aaa...." Arkan mengulum senyum gemas melihat raut wajah Rachel telah memerah.
"Aaaa...." Teriakan itu berulang-ulang terjadi.
Hilang sudah rasa malunya di hadapan Arkan.
Entah berapa kali putaran itu, Mereka turun. Rachel hampir saja tumbang akibat pusing untunglah Arkan menahan tubuhnya.
"Kamu tidak papa?" tanya Arkan.
Rachel menggeleng sambil memegangi keningnya.
"Tidak, terimakasih Kak," tutur Rachel.
"Sama-sama," balas Arkan.
"Oya, abis ini kalian berdua mau kemana?" kali Olivia yang bertanya.
"Gak tau ni belum punya ide." Dafa sedikit tertarik pada Olivia. Meski tubuhnya berisi tapi masih normal untuk ukuran seorang gadis. Rambut Olivia agak bergelombang Ia memiliki nilai plus melalui hidungnya yang mancung. Wajah gadis itu Oval sedang Rachel terlihat Imut dan teduh dibalik senyum manisnya.
"Kita makan bareng yuk!" ajak Olivia. Olivia juga lebih mudah akrab dibanding Rachel. Itu sebabnya Olivia selalu berencana ingin menjomblang kan Rachel dengan lawan jenis.
"Wah, boleh banget tu, dimana?" tanya Dafa antusias.
"Ayo ikut, Mas Arkan mau kan?" Tanya Olivia pada Arkan.
"Oke, itu ide bagus."
Mendapat persetujuan Arkan Olivia menggandeng tangan Rachel.
"Liv, kita pulang aja yuk!" ajak Rachel. Keadaan itu membuatnya tidak nyaman berada bersama dua orang pria asing.
"Tenanglah, Hel. Jangan bikin aku marah ni," ancam Olivia. Olivia sangat baik pada Rachel begitu sebaliknya. Mereka berdua ingin kebaikan satu sama lain. Akan tetapi Rachel agak senewen karena Olivia terlalu liar pada pria. Kerap kali Rachel melihat Olivia berciuman bibir dengan pria di depan matanya. Kadang juga seenaknya duduk dipangkuan pria yang tengah dekat denganya.
"Ayo lah, Nona. Kita hanya makan saja!" Arkan akhirnya bersuara. Ia sedikit bisa menebak kepribadian dari raut wajah Rachel.
Rachel tersenyum kecil dan akhirnya mengalah.
Mereka memasuki sebuah Kafe open house di daerah itu. Memilih menu sesuai selera masing-masing.
Arkan terus mencuri pandang pada gadis tersebut mungkin umurnya kisaran dua puluhan. Tentu saja Rachel salting dipandangi cowok seganteng Arkan.
"Rachel," panggil Arkan.
"Hem?"
"Apa Rachel masih sekolah?" pertanyaan itu ingin mencairkan suasana hati Rachel.
"Iya, Kak. Masih kuliah semester dua," jawab Rachel.
"Rachel cantik, tapi sedikit pemalu ya?"
"Hihihi.. aku hanya tidak ingin terjerat pergaulan bebas," jawab Rachel polos.
"Waw, pemikiran brilliance."
"Orang tua ku sangat menyayangiku jadi aku tidak ingin mengecewakan mereka." Rachel mulai terbuka.
"Orang tua mu benar, Hel. Kau pasti tumpuan masa depan mereka. Lakukan apa yang menurutmu benar tapi jangan terlalu menutup diri ya. Karena itu juga tidak terlalu baik," tukas Arkan.
"InsyaAllah, Kak. Rachel hanya berusaha menjadi anak yang berbakti."
"Itu sih aku setuju, Hel. Tapi masak iya deket ma cowok aja gak mau, kamu itu akhirnya berkeluarga juga gimana kamu tahu cowok itu baik atau gak jika belum kamu dekati dulu," sela Olivia. Mengunyah penuh mulutnya.
"Bener, Hel. Yang penting dalam batas wajar." Raka ikut menimpali.
"Hehehe.. iya Kak," jawab Rachel nyengir.
Menyendok nasi lalu melahapnya.
Arkan begitu kagum dengan Rachel. Sungguh wanita idaman seorang pria kalau bukan karena pekerjaan nistanya sudah pasti Arkan ingin mendekatinya.
Rachel memperhatikan Arkan, bergetar jantungnya menatap wajah Arjuna yang dimiliki Arkan. Apalah daya seorang perempuan tentu harus menutup diri kalau bukan pria dulu yang memulai.
"Ehem....." Olivia berdehem melirik Rachel. Gegas Rachel melahap lagi nasi miliknya lagi saat Arkan mengangkat kepala.
"Kalian tinggal dimana, Mas?" tanya Olivia.
Raka dan Arkan saling berpandangan. Mustahil mereka mengatakan tinggal Di Losmen dijalan X . Tempat itu terkenal tempat tinggal seorang pekerja Seeeeee***ks komersial.
Raka menggaruk kepalanya.
"Itu, kami tinggal tidak jauh dari sini. Kami hanya seorang anak rantau yang tengah ngekos," bohong Raka.
Arkan jadi tak enak hati, kebohongan itu tentu bukanlah sesuatu yang baik nantinya.
"Oh, keren ya. Berarti kalian bekerja dong,bekerja apa?" tanya Olivia menggali lebih dalam.
"Ha?" Raka menoleh kearah Arkan.
"Pekerja kasar, Liv," bohong Raka lagi.
"Ndak apa-apa. Yang penting halalkan," tukas Olivia. Tidak disangka bijak juga dia mengerti keadaan pria didepannya.
"Iya, Liv. Maklumlah cari pekerjaan susah ditambah sekarang serba mahal," cerita Raka.
"Iya, Mas. Kalian bisa kok bekerja di kantor tante ku kalau mau nanti aku yang bilang. Gimana?" tanya Olivia.
"Wah, ide bagus Liv. Tapi sayang kami terlalu nyaman saat ini dengan pekerjaan kami," sambung Arkan.
"Wah, sayang sekali ya. Mudah-mudahan kalian cepat sukses deh," tutur Olivia lagi.
Salah seorang wanita modis tiba-tiba menghampiri Arkan. Ia sangat yakin Arkan adalah pria si kumbang yang bekerja di malam hari. perempuan itu salah satu pelanggan Arkan.
"Mas!" panggilnya.
Arkan dan Raka terkejut bersamaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
kosong
💪💪💪💪💪
2022-03-17
2
kosong
✌✌✌✌✌
2022-03-17
2
pensi
novel ZANN mampir beri dukungan buat kk 👍🏻👍🏻👍🏻💪🏻💪🏻💪🏻
2022-02-21
1