Di sebuah ruangan.
Seorang wanita cantik pemilik rambut panjang yang melecut indah hingga sejajar bokong, dengan warna merah cola berkilauan, digerainya begitu saja, tanpa hiasan sebangsa pita dan sejenisnya.
Tubuh seksi dengan bagian-bagian jenjang yang katakan saja 'sebentuk anugerah Tuhan', dibalut sebuah gaun hitam selutut, yang dilengkapi jas putih kebanggaannya di bagian luar.
Wanita itu tengah sibuk mempekerjakan sepuluh jarinya, menari-nari di atas keyboard sebuah laptop. Ia pasti mengisi gawainya acapkali di ruangan itu, sebagai seorang dokter di sebuah rumah sakit yang cukup membesarkan namanya saat ini.
Suasana cukup tenang pada mulanya.
Ia nampak fokus menoreh bait demi bait inputan data di layar belasan inci menyala di hadapannya.
Sebuah pas foto berdiri apik melalui penyangga di belakangnya, di atas meja tepat bersisian dengan sebuah telepon duduk. Bingkai tersebut berisi potret pasangan suami istri yang saling bergandeng nampak harmonis. Dilihat dari porsi wajah yang berisi kerutan penuaan, mereka mungkin ... kedua orang tuanya.
Dengan tujuan untuk menyemangati diri, mungkin seperti itu.
Seperti angin yang mengacaukan riak tenang air danau, lalu menimbulkan gelombang kuat yang tak bisa dielak, tema fokus atas layar pintarnya mulai terusik. Suara hentak kaki berdebam kencang terdengar di bagian luar ruangannya. Wajahnya terangkat menatap daun pintu, seolah bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya.
Dan ....
"Dokter Zhou!" Seorang wanita dengan terusan berkancing penuh sebatas lutut, masuk tergopoh tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Dilihat dari topi berukuran kecil yang bertengger di kepalanya, ia jelas adalah seorang perawat.
Dokter cantik berambut cola itu sedikit melengak terperanjat. Namun tak cukup kuat untuk membuatnya jantungan.
"Seorang pasien yang tersandung dan jatuh dari sebuah gedung, baru saja diantarkan ke ruang gawat darurat. Ketua menyuruhmu untuk segera ke sana!" ujar si Perawat dengan suara lantang menginformasikan. Kegiatan berlari berisik menyusur koridor, sepertinya cukup membuat napasnya kembang kempis terengah-engah.
Donter cantik yang akrab disapa Zhou itu mulai berdiri memberi gerak merespon. "Baik, aku akan segera datang ke sana," sahutnya tenang saja.
Tak lama setelah menyusun langkah cukup cepat, sehelai pintu dengan deretan huruf menyala di atasnya, bertuliskan;
EMERGENCY ROOM
( Ruang Gawat Darurat )
Telah dimasuki Zhou.
Bip bip bip
Kedatangannya disambut langsung oleh suara ventilator yang terpasang di sudut kiri brankar pasien.
Terlihat beberapa orang petugas medis yang satu di antaranya adalah seorang perawat wanita yang berperan sebagai helper, dan lainnya diisi oleh empat orang dokter bergender pria. Mereka terlihat sibuk dengan tugas masing-masing di ruangan dengan aroma pekat desinfektan tersebut.
Wajah-wajah serius berbaur dengan aroma tegang, seolah tengah menghadapi ujian nasional yang menguras energi otak mau pun gerak.
Tepat di tengah-tengah, seorang pria muda nampak naas terbaring tak berdaya dengan luka-luka memprihatinkan di sekujur tubuhnya. Tiga buah elektroda yang terhubung EKG, terpasang di bagian dadanya.
Dialah Lin Mu, cikal bakal terpilih pewaris limpahan harta keluarga Lin, yang terjatuh dari ketinggian tiga lantai bangunan villa yang ditinggalinya, oleh sebentuk keserakahan berwujud Lin Yifu, paman keduanya.
"Bagaimana keadaannya?" tanya Zhou setelah berdiri tepat di ujung brankar, dekat kaki Lin Mu.
"Pasien terjatuh dari lantai empat. Kepalanya membentur tangga, sehingga menyebabkan pendarahan masif pada celah tulang intakranialnya. Sekarang situasinya sangat darurat." Dokter ketua penanganan operasi menjelaskan dengan tatapan serius mengarah pada Zhou.
"Dokter Zhou sangat ahli dalam akupuntur, apakah ada cara untuk meringankan kondisi pasien saat ini?" lanjut dokter pria itu, bertanya.
"Ada! Namun resikonya sangat besar!" Zhou menyahut tak yakin.
"Aku mengerti. Tapi bukankah bagi pasien, bisa tetap hidup adalah yang terpenting."
"Baiklah!" kata Zhou tanpa lagi banyak menimpal. Sebuah kotak kecil berisi jarum dengan ukuran-ukuran cukup panjang, mulai disiapkannya. "Aku akan mencobanya."
Setidaknya empat titik, masing-masing berisi dua jarum di kiri dan kanan, mulai ditancapkan Zhou di kepala Lin Mu.
Untuk beberapa saat para dokter dan petugas itu masih menunggu. Dan ....
"Saat ini kondisi pasien sudah stabil!" ungkap sang perawat setelah melihat monitor di mana fungsi vital di tubuh Li Mu, terlihat.
"Aku merangsang potensi pasien dengan menggunakan jarum akupuntur. Tapi berada dalam kondisi ini untuk waktu yang lama, bisa menyebabkan kematian otak. Sisanya aku serahkan pada kalian!" terang Zhou.
Itu cukup mengejutkan. Hingga para dokter kembali dibuat kelabakan.
"Cepat, lanjutkan pertolongan sekarang!" Dokter ketua berteriak menginstruksikan pada satu rekannya. Telapak tangannya masih nampak sibuk dengan tindakan yang mungkin seharusnya ia lakukan.
"Sinyal EKG pasien terus tidak teratur!" Dokter lainnya berseru cepat memberitahu. Ia berdiri di depan monitor yang terhubung dengan elektroda yang dipasang pada badan pasien.
Garis-garis zigzag membentuk signal elektrokardiogram yang terpampang di layar, tak lepas dari pengamatannya.
"Sialan! Apa masih tidak bisa?!" timpal dokter pria setengah baya itu lagi mulai putus asa. Masker ketat yang menutupi sebagian wajahnya tetap saja terlihat jujur--tak bisa menyembunyikan ketegangan dalam dirinya.
Keringat bercucur seolah memperolok suasana. Sesekali diseka mereka, sebagai bentuk pengalihan.
"Defribilator! Bersiap!"
Sepasang benda yang dilihat dari bentuknya, menyerupai bentuk setrikaan itu, mulai disiapkan oleh salah satu dokter.
"Daya defibrilator, dua ratus joule!" teriaknya seraya mendaratkan sepasang alat pacu jantung itu di tubuh si pasien naas--Lin Mu.
Tubuh Lin Mu meresponnya dengan hentak spontan ke atas, lalu bergetar, seiring mendaratnya alat pacu jantung tersebut di bagian bawah dadanya.
Tindakan demikian berulang para dokter itu lakukan. Seiring angka demi angka tekanan yang juga beranjak mereka naikan.
"Masih tidak bisa!" Dokter pemantau EKG itu berkata dengan nada pasrah. Ia nampak mengusap wajah, mulai putus asa.
Garis-garis berbentuk zigzag penanda kehidupan bagi tubuh Lin Mu, di depannya, kini berubah membentuk garis lurus sepenuhnya.
"Atur defibrilator hingga tiga ratus joule!" Dan itu adalah seruan untuk tindakan finish paramedis dengan pakaian khas operasi tersebut, atas Lin Mu. Meski tak cukup meyakinkan, setidaknya mereka telah mencoba.
Apa hendak dikata ....
Gempuran berulang menguras tenaga, waktu dan pikiran itu tetap jua tak memberi hasil yang melegakan.
TIIIIIIIT ....
Bunyi panjang yang berasal dari ventilator menandakan berakhirnya usaha melelahkan mereka.
Kehidupan Lin Mu mungkin benar-benar berakhir di angka NOL.
"Tidak ada tanda-tanda kehidupan," ucap salah satu dokter pria dengan suara lemah. Wajahnya nampak menunduk dalam rangka menyerah. "Pertolongan untuk pasien ... tidak berhasil."
Di posisinya, Zhou yang sedari tadi berdiri diam mengamati, terdengar menghembuskan napas beratnya--nampak jelas menyayangkan atas kegagalan usaha keras rekan-rekannya. Seraya menurunkan maskernya di batas dagu, ia berkata dengan suara pelan, "Pergi beritahu keluarga pasien!"
"Baik!" Satu-satunya perawat wanita yang turut bergelut dalam tindakan, menyahut dengan tegas.
Sehelai selimut putih dibentangkan salah seorang dokter, yang kemudian ia balutkan pada Lin Mu hingga sempurna menutupi seluruh tubuh pemuda naas, yang mungkin telah menyerah pada waktu tersebut.
Dengan hembusan napas kasar penuh rasa menyesalkan, semua petugas medis yang terlibat penanganan, termasuk Zhou, melangkah bersmaan meninggalkan ruangan, setelah lampu dan semua alat mereka matikan.
Dalam pekat tanpa cahaya.
Di tengah dinginnya suhu ruangan.
Dalam heningnya suasana tanpa aktifitas ....
Sebuah suara berkesiur.
Menyusul sebuah titik hitam yang muncul dari langit-langit ruangan.
Titik hitam itu perlahan meluas dan melebar, hingga membentuk seperti pusaran angin.
Dari sanalah ... harapan Lin Mu ... mungkin akan kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Jimmy Avolution
Josss...
2022-03-27
0
rain
dgn kematian MC maka akhirnya cerita pun tamat..
canda tamat bukan camat
2022-01-27
0
ZaZa
👍👍👍 No Komen soal kata" yg dipilih...
Novel Cina rasa nusantara 😍😍😍 Jadi inget Android gua😁
2021-12-11
8