Episode 1

Universitas Donghai, gedung pengajaran area A.

Suara ricuh seperti biasa menguasai ruangan, di mana Li Mu tengah sibuk berkutat dengan angka-angka di lembar tugas yang dikerjakannya.

Entah kenapa ....

Otaknya sama sekali tak mendapati titik konsentrasi yang bisa membuatnya menyelesaikan perhitungan dalam tugasnya tersebut dengan cepat.

Atau mungkin ... bukan itu alasannya!

"Kenapa sesulit ini?" gumam Lin Mu seraya memegangi kepalanya dengan telapak kiri tangannya. Sedang tangan lainnya masih rapat menjepit bolpoint yang sama sekali tak tergores membentuk jawaban di helai gawainya itu walau setitik.

Angka-angka dengan rumus limit, turunan, dan integral itu terlihat seperti benang kusut yang sulit diurai. Berputar merayang, hingga membuat kepalanya terasa ingin meledak. Menghadapi soal-soal yang bahkan cukup mudah bagi orang lain, namun begitu membingungkan bagi Lin Mu.

Apa yang salah darinya?

Kenapa ia tak seberuntung orang lain?

Di tengah kesusahannya, suasana tenang di sekitarnya tiba-tiba berubah menjadi gaduh, seiring suara berdebam yang berasal dari hentak lebih dari satu pasang kaki, mengudara membentuk irama gothic yang membuat semua orang di sekeliling bertingkah layaknya cacing kepanasan.

Tak lain adalah Du Xiaoyue, lengkap dengan kawan-kawannya.

Porsi tubuh tinggi semampai, disponsori sehelai gaun cantik sebatas lutut berwarna abu dengan kerah kriting dihiasi pita merah ditengahnya, menambah poin kecantikan Xiaoyue menjadi lebih dari sekedar cantik. Ia terlampau mempesona.

Didampingi empat dayang di belakangnya, katakan saja seperti itu. Gadis-gadis yang merupakan teman-teman satu server dengan Xiaoyue itu terlihat memukau dengan busana-busana yang sudah jelas bukan dibeli dari pasar kumuh di ujung perbatasan kota.

Mereka berjejer di belakang sang putri--Xiaoyue, persis pasukan berani mati, yang sebenarnya mereka pun sudah pasti takut mati.

Tampang gadis-gadis seksi itu menggambarkan jiwa-jiwa belanja yang kental. Akan sangat konyol membicarakan kematian di saat uang keluarga mereka bahkan terasa sulit untuk dihabiskan.

"Bukankah orang yang berjalan paling depan itu ... adalah Du Xiaoyue, murid tahun pertama itu?!" Seorang mahasiswa yang menduduki deretan kursi paling ujung, pemilik sepasang alis mirip karakter animasi Shin Chan, berseru terkejut.

"Kau benar!" Satu kawannya yang duduk di sampingnya menimpal. "Dia cantik sekali. Pantas saja dia dianggap sebagai wanita tercantik dari Universitas Donghai begitu masuk sekolah."

"Mungkin saja dia berbakat!"

Lalu terdengar lainnya menyergah, "Sekarang adalah kelas terbuka untuk anak tahun kedua, untuk apa anak baru tahun pertama datang kemari?"

Suara saling timpal antar para pria penghuni kelas semakin ricuh tak terkendali. Atau lebih tepatnya, tak ada yang mengendalikan.

Begitu kira-kira keadaannya.

Di saat semua orang memusatkan perhatian mereka pada sosok-sosok cantik yang baru saja memasuki ruangan, Lin Mu masih bergeming dalam posisi--di antara kesulitan yang tak juga menemukan titik penyelesaian.

Entah ia tak mendengar, atau sengaja menutup telinga--tak peduli, Lin Mu tak menggubris apa pun di sekitarnya.

"Xiaoyue, apakah dia orang yang punya janji pernikahan denganmu itu?" Gadis berambut merah di samping Xiaoyue bertanya ingin tahu. "Sungguh biasa saja!" lanjutnya memberi komentar.

Xiaoyue menanggapinya dengan ekspresi sinis. "Sekali pun aku tidak memiliki suami seumur hidupku, aku juga tidak akan menikah dengan orang seperti dia!"

Langkah kaki Xiaoyue dan kawan-kawannya terhenti beberapa jarak di depan meja di mana Lin Mu berada. Diamati mereka, Lin Mu yang masih diam merunduk menatap lembaran memusingkan dalam penjagaan kedua lengannya.

Gadis berambut merah terlihat maju mendekat ke arah Lin Mu. Dengan tubuh sedikit dibungkukkan, sepasang telapak tangannya ia taruh di atas meja tepat di samping kertas berisi soal matematika yang tengah digeluti Lin Mu.

"Hey, kami beberapa orang ingin duduk di sini. Kamu pindah ke belakang!" titahnya sungguh songong sekali.

"Bukankah masih ada banyak tempat." Lin Mu menyahut datar tanpa mengangkat wajahnya sedikit pun.

"Kami ingin duduk di sini!" hardik si rambut merah itu lagi. Lalu sejurus tatapnya jatuh pada kertas yang terdampar naas di hadapan Lin Mu. "Perhitungan kalkulus yang sesederhana itu pun, tidak bisa dihitung dengan baik. Masih tidak tahu malu duduk di barisan pertama!" katanya penuh cemooh. "Aku nasihati kamu untuk sedikit lebih tahu diri. Pergi cari sudut lain, dan tetaplah di sana!"

Entah stok kata di mulutnya memang habis, atau hanya tak ingin berdebat, Lin Mu terdiam tak menanggapi sama sekali.

Sedang di posisinya, Xiaoyue menatapnya dengan ekspresi dingin yang maknanya cukup sulit dideskripsikan.

Bolpoint yang sedari tadi terjepit di sela jari jemarinya, erat digenggam Lin Mu. Jika isi hatinya dituangkan dalam sebentuk kata, mungkin akan berbunyi; kurang ajar!

Ya, tapi itu jelas hanya perumpamaan, ketika bahkan deru napasnya pun tak ingin turut campur memberi pembelaan untuknya.

Lalu sebuah telapak tangan menghentak pundaknya dari belakang. Lin Mu spontan menoleh ke arahnya.

Seorang pemuda dengan rambut acak-acakan, memperingatkan, "Wanita cantik sudah mengatakannya. Kamu cepat minggir! Jangan diam dan menghalangi di sini!" Pemuda itu berseru memerintah.

Sejenak saja Lin Mu menatapnya, lantas tanpa lagi berpikir, ia memasukkan alat-alat tulisnya ke dalam tas yang tersampir di samping kursi yang didudukinya. Mengangkat diri, lalu pergi menyongsong pintu keluar tanpa sepatah kata pun.

Namun tepat ketika langkahnya mensejajari tubuh Xiaoyue, gadis itu melontarkan hujatannya dengan suara dan tatapan sinis senada, "Memang sampah!"

Lalu ditimpal tak kalah tajam oleh di gadis berambut merah, "Orang seperti ini bisa masuk ke Universitas Donghai. Apakah sekarang syarat perekrutan mahasiswa baru sudah melonggar?"

"Asalkan aku sudah membatalkan janji pernikahan ini, aku juga malas memedulikan di mana ia bersekolah!" Xiaoyue menyahut dengan senyuman puas.

 

Seperti tengah mendukung perasaannya, suasana jalanan nampak lengang dan sunyi. Lin Mu Berdiri di tepian jalan menunggu taksi yang entah kapan akan melintas.

Bayangan ekspresi penuh kebencian yang ditunjukkan Xiaoyue beberapa saat lalu, juga dua kata menohok yang diucapkan wanita itu, menguasai isi kepala pemuda itu saat ini.

Memang sampah!

Memang sampah!

Memang sampah!

Bagi Lin Mu, makna yang terkandung di dalam kalimat itu tak sesederhana jumlah kata yang tersusun dalam barisnya. Membutuhkan lebih dari sekedar dua kata untuk menenangkan gemuruh di dada Lin Mu terhubung efek yang dihasilkannya.

"Janji pernikahan ini, jelas-jelas dibuat oleh kakekmu. Ini juga bukan salahku," gumam Lin Mu dengan telapak tangan mengepal geram. Sosok Xiaoyue seperti pisau kecil dengan bilah tipis. Goresan sederhana, namun berdampak cukup besar setelahnya.

Kesiur napasnya dihembuskan Lin Mu cukup berat. "Lupakanlah! Lebih baik aku pulang ke rumah untuk melihat kakek lebih dulu," gumamnya memutuskan. "Tidak tahu bagaimana dengan kesehatan kakek sekarang," lanjutnya dengan muram durja tentu saja.

Sebuah taksi berwarna kuning menyala, telah berhenti tepat di hadapannya. Lin Mu lalu masuk dan melaju membawa serta segenap perasaan kacaunya.

Terpopuler

Comments

KOwKen

KOwKen

lanjut nih, udah keren parah. gua malah stuck nulis fantasi, gegara ilang file

2022-05-31

0

Andy Setiawan

Andy Setiawan

mbulet ceritae

2022-04-13

0

Jimmy Avolution

Jimmy Avolution

Nice...

2022-03-27

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!