Episode 2

Villa Keluarga Lin.

Bangunan bergaya Eropa yang terdiri dari empat lantai banyaknya. Memiliki dua pilar tegak yang menjulang di bagian depan, dari mula lantai dasar hingga berujung di puncak lantai keempat tingginya. Luas keseluruhan areanya mungkin mencapai setengah dari luas lapangan bola di Manchester. Terlalu megah untuk ukuran sebuah villa.

Pintu kembar dengan dua handle yang saling bertemu di tengahnya itu, telah tertangkap pandangan Lin Mu mulai dari beberapa jarak. Ia baru saja turun dari taksinya.

Kini kakinya telah berdiri tepat di depan pintu bercat coklat dengan ukiran klasik itu.

Telapak tangannya terulur untuk mendorongnya, namun ....

"Suara Paman Pertama, Paman Kedua, juga Bibi, sedang bertengkar," gumam Lin Mu, menghentikan geraknya spontan. Wajahnya nampak mengernyit teriring perasaan yang ... entahlah!

Tapi akan sampai kapan ia berdiri di sana? Mendengarkan perselisihan yang sebenarnya tak ingin ia dengar.

Setelah beberapa saat, mengalahkan rasa tak nyamannya, Lin Mu akhirnya memaksakan diri untuk masuk ke dalam villa. Dari sekian meter jaraknya, ketiga orang yang terdiri dari paman dan bibinya itu terlihat serius membicarakan suatu hal.

Linmu menyongsong ketiganya dengan ekspresi dingin tanpa semangat.

"Lin Mu, sudah pulang? Kakekmu melakukan pemeriksaan ke rumah sakit. Sebentar lagi akan pulang. Nanti turunlah untuk makan bersama!" ujar Bibi Lin Rong.

"Umm ... aku sudah tahu. Kalau begitu, aku ke kamar dulu," sahut Lin Mu seadanya saja.

Ekspresi tak sedap ditunjukkan Lin Yitai, paman pertamanya. Ketika ia berjalan melewati bagian belakang sofa di mana pamannya itu terduduk dengan cangkir berisi teh di tangannya.

"Bocah tengik ini, semakin lama semakin tidak ada aturan! Dia bahkan tidak menyapa setelah bertemu senior."

Paman keduanya, Lin Yifu, menanggapi, "Untuk apa masih memedulikan hal ini sekarang." Lalu melanjutkan dengan seringai licik juga suara yang dipelankan, "Lagi pula hidupnya sudah tidak lama lagi."

.....

Waktu makan malam.

Lin Mu nampak bersimpuh di hadapan seorang pria berusia lanjut yang terduduk di atas sebuah kursi roda di depan tungku perapian.

Pemuda itu bahkan masih mengenakan pakaian yang sama saat pulang dari universitas tadi.

"Kakek, aku Lin Mu. Besok dan lusa aku libur. Aku bisa baik-baik menemanimu."

Wajah renta dengan banyak kerutan itu terlihat lesu. Tatapannya nampak lurus ke depan, entah membentur apa. Tak sedikit pun ia tergoda untuk menatap paras rapuh anak muda di hadapannya tersebut. "Umm, baik." Hanya sesingkat itu ia menanggapi.

Lin Mu tentu sedih karena hal itu. Kepalanya masih tertunduk, seolah tak ingin memperlihatkan gambaran ekspresinya pada si kakek. "Sejak ayah dan ibu meninggal, Kakek terus seperti ini. Tidak tahu apakah masih bisa disembuhkan atau tidak," ujarnya terselip nada putus asa.

Di saat yang sama, sebuah seruan mengalihkan perhatian Lin Mu.

"Lin Mu, ayo kemari makan!" Dialah Bibi Lin Rong.

"Baik," sahut Lin Mu singkat saja.

Dalam beberapa menit, semua sisa keluarga Lin, lengkap berada di meja makan.

Lin Mu mengambil posisi di samping Lin Yitai, berseberangan dengan Lin Yifu.

"Jika dibicarakan ...."

Kalimat yang akan dilontarkan Lin Yitai sontak terpotong, ketika secara cepat Lin Rong menyergahnya, "Belakangan rumah lelang akan melaksanakan sebuah kegiatan. Aku masih belum mengambil alih rumah lelang secara resmi. Jadi saat bekerja, pastinya sedikit tidak leluasa." Seraya menyumpit makanan yang terhidang di hadapannya.

"Kita lakukan serah terima," imbuh Lin Yitai kembali. "Belakangan ini, biarkan aku saja yang mengurus rumah lelang."

Namun Lin Yifu dengan santai menyela, "Karena tidak leluasa, Kakak Pertama jangan mengurusnya lagi. Lebih baik, biarkan aku saja yang mengurus rumah lelangnya. Aku juga bisa membantu menyelesaikan masalah Kakak Pertama." Dalam pandang tak kasat mata, bibir pria dengan brewok di sekujur dagunya itu, menampilkan seringai mengerikan yang tak siapa pun menyadari.

Sepasang sumpit yang digunakan Lin Mu terdengar berkeretak menimpa meja. Pemuda itu menaruhnya di samping mangkuk nasinya yang nampak kosong. "Aku sudah kenyang. Aku kembali ke kamar dulu," ujarnya tiba-tiba bangkit dari duduknya.

Tak ada yang menyahut. Bahkan setelah Lin Mu mulai melangkah jauh meninggalkan mereka.

Semua masih sibuk dengan pembicaraan serius bertema rumah lelang yang sepertinya sama sekali tak menarik minat Lin Mu untuk turut bergabung di antaranya.

Lin Yitai bangun dari tempatnya, terpancing. "Serahkan padamu? Aku sudah melakukan banyak hal untuk rumah lelang! Atas dasar apa menyerahkannya padamu?!" Dengan telunjuk lurus teracung pada Lin Yifu, pria berkacamata itu berseru tak setuju.

"Kamu juga ingin mengambil rumah lelang! Jaga dengan baik wilayah kecilmu saja, jangan memikirkan tentang warisan lagi!" Lin Yifu keras membalas, juga tak terima dengan hardikan Kakak pertamanya itu tentu saja.

Di serambi luar kamarnya, seolah menelan sesuatu yang pahit, Lin Mu memasang ekspresi sedih. Kedua paman dan Bibinya sibuk memperdebatkan warisan, di saat bahkan ia tak mengerti apa pun tentang hal itu.

"Ayah, Ibu ... kalian pergi terlalu cepat," gumamnya getir. Kaleng minuman bersoda yang digenggamnya pun turut merasakan kesakitan akibat dicengkramnya terlampau kencang--cukup geram dengan keadaan. "Kalian tidak melihat tampilan keluarga Lin yang sudah retak saat ini," lanjutnya menyesalkan. Telapak kanan tangannya erat terkepal, mewakilkan perasaannya yang mungkin telah mencapai titik paling menyedihkan dalam hidupnya saat ini.

"Lin Mu!"

Panggilan itu berhasil mengalihkan perhatian Lin Mu. Secara spontan ia menghela kepalanya ke belakang--tipis saja.

"Kamu memikirkan ayah dan ibumu lagi?" Dialah Lin Yifu, paman kedua Lin Mu di silsilah keluarganya.

Merasa tak begitu suka, Lin Mu kembali membalik wajahnya ke depan. "Ada hal apa Paman Kedua mencariku?" tanyanya dengan suara datar.

"Tidak apa-apa. Hanya melihat kamu belum makan, lalu sudah langsung naik. Aku kira terjadi sesuatu padamu, lalu datang melihatmu ke sini."

Pria brewok dengan rambut gondrongnya itu sudah berdiri tepat di samping Lin Mu.

"Terima kasih, Paman Kedua. Aku baik-baik saja," jawab Lin Mu seadanya.

"Lin Mu, ayah dan ibumu pergi lebih awal, Sungguh sangat disayangkan," tutur Lin Yifu seolah bersedih. "Kami empat bersaudara, tapi hanya ayahmu yang mempelajari kemampuan dari Tuan Besar. Sayangnya dia selalu terobsesi dengan akademis. Dia hanya mengerti caranya menikmati nilai budaya dari barang antik."

Sejenak diam untuk sekedar mengambil napas, Lin Yifu lantas kembali melanjutkan, "Bagaimana pun keluarga Lin adalah keluarga yang besar. Tidak sedikit orang di luar sana yang menunggu untuk diberi makan. Dia sudah mengalami kerugian yang sangat banyak ketika memimpin keluarga beberapa tahun itu. Namun Tuan Besar bersikukuh ingin dia yang mengambil alih bisnis keluarga."

Telapak kanan tangan Lin Yifu beranjak naik, lalu mendarat terentang di punggung bagian atas keponakannya. "Bicara begitu banyak, sebenarnya Paman Kedua hanya ingin memberitahu satu hal ...." Sesaat ia terdiam. Lampu-lampu di seantero kota diabsen sepasang matanya yang bergulir ke sana dan kemari. "Manusia jangan melakukan apa pun yang melampaui batas kemampuannya. Kalau tidak, itu akan sulit untuk menyelesaikannya."

Lin Mu sontak menghela wajahnya menoleh pria itu, dengan kening berkerut-kerut. "Paman Kedua, apa maksud perkataanmu ini?!" tanyanya tak cukup paham.

Namun tanpa diduga Lin Mu, telapak tangan Yifu yang menempel dipunggungnya, dengan cepat bergerak mendorong tubuhnya ke depan, hingga ...

"Aaaarrggghh ...!!" ... terjatuh dari ketinggian balkon lantai tiga yang semula dipijaknya. Lalu mendarat keras di halaman lantai paling dasar bangunan megah itu.

Darah segar yang berasal dari tubuh naas Lin Mu, terciprat ke segala arah di sekitar tempatnya terjatuh.

Dari atas ketinggian, Lin Yifu menatap tubuh keponakannya dengan seringai puas berbalut kemenangan. "Maksudku ... kamu akan memilki akhir yang sama dengan ayahmu!" Ia kemudian berteriak memanipulasi keadaan.

"GAWAAAATTT!! LIN MU TERJATUH!!!"

Terpopuler

Comments

Jimmy Avolution

Jimmy Avolution

Sadis....Hanya karena harta...😀

2022-03-27

0

༄ᴳᵃცʳ𝔦εᒪ࿐

༄ᴳᵃცʳ𝔦εᒪ࿐

Ok, fix!
Novelnya sama persis sama komiknya 😂

2021-12-14

5

ZaZa

ZaZa

Jadi LinMu nggak bunuh diri tapi didorong paman keduanya🙄

2021-12-11

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!