Di dalam sebuah ruangan salon minimalis. Mila sedang berbincang-bincang dengan sang pemilik salon, seorang wanita gemuk berusia empat puluh tahun yang riasan wajahnya bisa dibilang agak sedikit menor, maklum namanya juga seorang pemilik salon, sudah barang tentu dia suka berdandan.
Usut punya usut, dari obrolannya barusan dengan Mila, ternyata selain sebagai pemilik salon ia juga merupakan seorang germo, sedangkan salon kecil miliknya itu merangkap sebagai tempat penyewaaan kamar untuk para tamu hidung belang yang datang mencari cewek-cewek muda yang mau melayani mereka, dan cewek-cewek muda itu tak lain adalah anak buahnya sendiri yang juga merangkap sebagai karyawan salon.
Dari semua yang diceritakan oleh wanita itu kepada Mila, satu hal yang membuat Mila tercengang adalah ketika ia tahu bahwa selama ini Abangnya telah bekerja sebagai seorang mucikari yang tugasnya mencari gadis-gadis belia yang masih polos, atau para gadis yang terlihat sedang labil, dan saat bertemu mangsanya itu Arkana akan coba mengajaknya bergabung untuk bekerja sebagai seorang perempuan panggilan.
“Kamu tinggal masuk aja ke pintu itu.” Ujar si pemilik salon sambil menunjuk ke sebuah pintu yang ada di belakang Mila. “Saat ini orang yang dimaksud oleh Abang kamu itu sedang menunggu kamu di kamar nomor enam.”
Mila mengangguk, lalu tanpa membuang waktu lagi ia segera pergi ke pintu itu dan membukanya, pintu yang langsung terhubung dengan sebuah lorong, dan di sepanjang lorong itu terdapat beberapa pintu kamar, kira-kira ada enam kamar.
Sambil berjalan, Mila melihat angka-angka yang tertera di permukaan pintu.
“Gila... gila...” Gumamnya sambil terus menggeleng-gelengkan kepala. “Aku nggak pernah nyangka kalau akhirnya aku bakalan ada di tempat seperti ini.”
Mila akhirnya menghentikan langkahnya, tepat di depan pintu kamar terakhir, kamar nomor enam.
Mila mengetuk pintu, dan tidak perlu menunggu lama pintu langsung terbuka, seorang laki-laki muda muncul dari balik pintu tersebut.
“Selamat datang...!” Sambut laki-laki itu dengan wajah sumringah.
Meskipun lumayan ganteng tapi tetap saja Mila merasa jijik ketika melihatnya, apalagi ini untuk pertama kalinya ia melakukan hal seperti ini, tapi apa boleh buat, dirinya terpaksa harus melakukannya, karena kalau tidak, maka ia tidak akan bisa ikut bersama ketiga sahabatnya itu ke puncak, ketiga sahabat yang pada awalnya ia sendiri tidak pernah mengira bahwa mereka datang dari keluarga kaya raya.
Micelle anak orang kaya. Ayahnya adalah seorang pejabat tinggi, sedangkan Ibunya adalah seorang pengusaha yang bergerak di bidang property, telah banyak bangunan-bangunan megah seperti gedung pemerintahan, perkantoran, mall-mall besar dan lain-lain yang sudah berhasil dibangun dengan menggunakan jasanya.
Sofi anak seorang pengusaha tambak ikan yang juga merupakan pengekspor ikan ke beberapa negara di Asia.
Sedangkan Fina adalah anak seorang pemilik salah satu hotel mewah di tempat kelahiran kedua orang tuanya di Surabaya.
Sebagai anak orang kaya ternyata gaya hidup mereka jauh berbeda dengan apa yang dijalani olehnya selama ini.
“Selamat datang...” Sapa laki-laki itu lagi, membuyarkan lamunan Mila tentang ketiga sahabatnya yang kaya raya itu.
“Oh, iya.”
Mila buru-buru masuk ke dalam kamar.
Mila tidak mau terlalu banyak membuang waktu berharganya hanya untuk melayani laki-laki hidung belang yang tak berduit tebal dan hanya mampu menyewa tempat murahan seperti ini.
Apalagi ia juga sudah berjanji kepada ketiga sahabatnya bahwa selambat-lambatnya ia hanya akan telat satu jam saja untuk tiba di rumah Micelle.
Kamar ditutup.
Beberapa saat berlalu, tak ada suara yang terdengar dari dalam kamar, hening, entah apa yang terjadi selanjutnya di dalam kamar itu, yang jelas hal ini membuat penasaran sorang wanita gemuk bermake-up tebal yang mengintip mereka dari balik pintu.
Dengan penasaran ia menempelkan telinganya lagi ke daun pintu, namun tetap tak terdengar suara apapun dari dalam kamar, makin penasaran lalu wanita itupun mengintip melalui lobang kunci, namun lagi-lagi tak membuahkan hasil.
"Isshhh.. pelit!" Desis kesal perempuan gemuk bermakeup tebal itu seraya menghentakan kakinya.
"Tak salah lagi, rupanya si tamu membiarkan kunci tetap menggantung di pintu, atau jangan-jangan dia sudah mendengar desas-desus soal kebiasaanku ini."
Si wanita menyandarkan tubuh berlemaknya ke dinding sambil senyam-senyum sendiri, entah apa yang ada di dalam pikirannya.
ck-lek! Pintu bergerak terbuka. Ia tercekat dan segera menjauh dari pintu. Namun sekilas langsung terlihat olehnya bahwa yang dibuka bukan pintu kamar yang sedang jadi sasaran intipnya, namun kamar sebelahnya.
Seorang gadis belia berwajah manis keluar dari kamar tersebut.
"Mamiiii....!" Teriak si gadis dengan suara yang ditahan.
"Ssstttt...!" Wanita itu menempelkan jari telunjuk kanannya ke bibir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Tri Soen
Mami germo nya kepo banget yak 😂
2022-01-08
0
Nae Sarang
jelasin thor mila ngapain aja tuh di kamar nomor enam. hehe
2022-01-08
0
Yeti Nurmalia
ni germo pengen kali ya.haha
2022-01-04
0