Seminggu telah berlalu, Hendi telah selesai dengan tugas kuliahnya. Dia ingin pergi jalan-jalan untuk menyegarkan pikiran. Setelah satu Minggu berperang dengan tugas jadi tidak ada salahnya kan kalau pergi jalan-jalan.
Dia berniat untuk mengajak adiknya pergi ke Danau Delmorania. Danau yang sama yang dikunjungi Senja beberapa hari yang lalu. Dia bangun pagi sekali segera membersihkan diri kemudian menghampiri adiknya ke kamar.
Saat dia hendak mengetuk pintu namun segera mengurungkan niatnya, karena terlihat pintu kamar sang adik sedikit terbuka.
Masuklah ia tanpa permisi dan berjalan mengendap-endap mendekati sang adik yang masih meringkuk dalam balutan selimut.
Niat hati ingin membangunkan sang adik tapi karena melihat adiknya masih terlelap sifat jailnya muncul. Dia mengambil spidol yang terletak di meja belajar kemudia dia menggambar wajah sang adik sehingga nampak seperti kucing. Dia tertawa pelan melihat hasil karya tangannya di wajah sangat adik yang masih pulas dalam tidurnya.
Setelah selesai tertawa dia membangunkan sang adik.
"Bangun woy, jangan tidur mulu!" Dia berteriak di telinga Senja sambil menarik selimut dari tubuhnya.
"Masih pagi juga, berisik, Lo, Kak," jawab Senja sambil menarik selimutnya lagi.
"Tau, siapa juga yang bilang malam, temenin kakak yuk, De," pinta Hendi kepada Senja, tangannya menarik adik nya agar bangun.
"Ke mana?" tanyanya yang akhirnya sudah terduduk karena tarikan sang kakak.
"Danau," jawabnya.
"Ngapain ke sana, Kak?"
"Main, De, sekaligus biar pikiran kakak segar, tahu sendiri kan kalau kakak habis nugas selama seminggu."
"Ya udah sana keluar! Gue mau mandi dulu," perintah Senja kepada sang kakak.
"Ok, jangan kelamaan mandinya!" titahnya.
"Iya-iya bawel." Senja menjulurkan lidahnya, menyambar handuk kemudian segera berlari masuk kamar mandi.
Dasar.
Hendi tersenyum melihat tingkah sang adik.
Senja yang sudah berada di dalam kamar mandi merasa kesal karena melihat wajahnya yang penuh coretan spidol.
"Kakaaak ...," teriaknya.
Hendi yang mendengar teriakan sang adik tertawa terpingkal-pingkal.
***
Lima belas menit kemudian Senja telah siap, dia turun menghampiri sang kakak yang telah menunggunya di meja makan. Senja hanya sarapan berdua dengan kakaknya karena orang tuanya sedang pergi ke luar kota karena ada pekerjaan di sana.
Setelah menyelesaikan sarapan, keduanya memutuskan untuk segera berangkat.
"Kak, naik motor yuk!" ajak Senja, "Tapi sendiri-sendiri," imbuhnya.
"Mau ngajak balap kamu De? tanya Hendi.
"Engga juga, tapi karena Lo bilang gitu jadi boleh deh kita balapan." jawab Senja nyengir.
"Yang kalah ntar traktir makan."
"Kecil itu mah."
Mereka naik ke motor masing-masing. Senja dengan Black Tiger Ninja Hitamnya dan Hendi dengan Lion Ninja Merahnya. Tidak lupa mereka mengenakan helm dan jaket kulit.
"Ok, gue hitung sampai tiga." kata Senja.
Hendi sudah siap menarik gas motor nya. Dia tau kebiasaan sang adik jika bilang akan menghitung sampai tiga dia tidak akan benar-benar menghitung sampai tiga, tapi hitungan pertama langsung menyebutkan tiga.
"Tiga." Senja menyerukan dengan berteriak kemudian memutar gas motornya. Motor mereka berdua pun melaju dengan kecepatan tinggi, saling salip menyalip karena kebetulan jalanan masih sepi karena masih pagi.
Hanya butuh waktu lima belas menit mereka sampai di danau karena mereka mengendarai motor dengan kecepatan tinggi. Senja yang menang dalam balapan itu.
"Jangan lupa traktiran nya!" kata Senja setelah turun dari Tiger.
"Curang Lo, De." Hendi tak terima dengan kekalahannya.
"Curang dari mananya coba, Kak?" tanya Senjax kemudian mendekati sang kakak dan menepuk bahunya dan tertawa.
"Ya pokoknya curang," jawab Hendi tak mau mengalah.
"Trus apa mau, Lo?"
"Lo yang traktir gue kan Lo yang menang," jawab Hendi sambil tersenyum menggoda sang adik.
"Ok deh, apa sih yang engga buat kakak gue tersayang."
Setelah selesai dengan perdebatan kecil mereka. Mereka segera menuju tepi danau menaiki perahu yang hanya muat untuk dua orang kemudian mendayung perahu menuju pulau buatan yang berada di tengahnya.
Setelah sampai mereka berdua segera turun dari perahu mengikat kan tali ke batang pohon terdekat kemudian duduk di kursi yang berada dalam gazebo.
Kakak beradik itu mengobrol membicarakan masa kecil mereka. Saat menjelang siang, Hendi bergabung dengan temannya yang tidak sengaja bertemu dirinya di tempat ini.
"Ini adik kamu, Hen?" tanya Aldi.
"Iya."
"Masih kecil."
"Aku udah gede tau." Senja yang menjawab.
"Haha masih SMP kan?"
Senja menganggukan kepalanya.
"Kenalin De, teman-teman kakak ... ini Aldi, Itu Rizal, dan yang ada di samping Rizal itu Alex." Hendi memperkenalkan teman-temannya kepada Senja.
Senja awalnya bergabung dengan teman teman sang kakak dan makan siang bersama mereka, tapi setelah makan siang. Senja memutuskan untuk berkeliling pulau itu.
"Kak, Senja mau keliling ya," pamit Senja kepada sang kakak dan teman-temannya.
"Ya udah, tapi jangan jauh-jauh ya De!" perintah sang kakak yang di jawab dengan anggukan kepala oleh Senja.
"Adik, Lo, cantik ya, kalau aja usianya nggak jauh dariku, udah aku pacarin." Kata Rizal yang kemudian mengundang tawa sahabatnya.
***
Senja keluar dari gazebo kemudian berjalan menuju pohon besar tepat di tepi pulau buatan. Pohon besar yang dia pernah duduk di bawahnya beberapa hari yang lalu bersama Faris.
Namun, saat dia berjalan mendekat dari kejauhan terlihat ada seorang pemuda yang sedang berdiri sambil melemparkan batu ke dalam danau.
Merasa tidak asing dengan pemuda itu Senja memutuskan untuk menghampirinya.
"Kak Faris di sini juga?" Senja menyapa pemuda itu. Merasa ada yang memanggil namanya pemuda itu menoleh ke arah Senja.
"Ah iya," jawab Faris. "Lo Senja kan?" lanjutnya.
"Masih inget, Lo, Kak, ternyata." Senja tersenyum kemudian berdiri di samping Faris.
"Ngapain Kak mainan batu? " tanyanya.
"Buat ngilangin stres." Faris melanjutkan permainannya lagi tanpa perduli dengan gadis di dekatnya itu. Senja memperhatikan batu yang dilempar oleh Faris. Batu itu memantul tiga kali di atas air sebelum akhirnya tenggelam. Sehingga dia tertarik untuk melakukannya.
Senja mengambil batu yang berada di sekitarnya kemudian melempar batu itu ke danau. Dia melempar berkali-kali batu itu tapi tidak satupun batu yang ia lempar memantul di permukaan air.
Faris yang melihat kelakuan Senja hanya tersenyum. Senja memutuskan untuk bertanya kepada Faris bagaimana caranya agar batu itu terpantul.
"Ajarin dong!" pinta nya.
"Tinggal lempar aja."
"Udah berkali-kali gue lempar nggak ada yang terpantul tu," jawab Senja cemberut.
"Haha ... gitu aja cemberut, sini gue ajarin! liatin gue ya!" perintah Faris.
Senja memperhatikan gerakan tangan dan tubuh Faris saat melempar batu itu dia melihat batu itu terpantul. Kemudian Faris menyuruhnya untuk mencoba mempraktikan apa yang telah dia ajarkan tadi.
Senja mengambil batu lagi kemudian melakukan hal yang telah di ajarkan oleh Faris. Betapa senangnya dia ketika batu yang ia lempar bisa terpantul di atas air.
"Yeee ... ternyata nggak sesusah yang gue kira," teriaknya heboh sambil meloncat locat kecil.
Faris yang memperhatikan kelakuan Senja tersenyum kemudian duduk di bawah pohon terdekat dan masih memperhatikan tingkah kekanakan gadis di depannya.
Dasar bocah main batu aja bisa sesenang itu.
Setelah sadar akan sikapnya Senja melirik ke arah Faris yang masih setia memperhatikannya. Merasa malu Senja hanya bisa tersenyum kikuk.
Senja mendekati Faris karena tadi pemuda itu menyuruhnya untuk ikut duduk di bawah pohon.
"Waktu kecil lo nggak pernah main ya?" ucapan itu ditujukan Faris untuk Senja yang terdengar ledekan bagi Senja.
"Siapa bilang gue nggak pernah main?" Senja malah balik melontarkan pertanyaan.
"Haha, mungkin mainan lo cuman boneka doang," tebak Faris.
"Siapa bilang?"
"Aku barusan."
Mereka mengobrol tentang banyak hal dengan sesekali berdebat. Keduanya tidak pernah mau mengalah. Sampai tak terasa waktu sudah menjelang sore.
"Lo sering kesini?" tanya Senja.
"Nggak juga."
"Tapi Lo seneng main kesini?"
"Lumayan, bisa nggak jangan panggil lo gue nggak enak di dengar."
"Terus manggil apa?"
"Serah."
"Kakak deh," jawab Senja kemudian.
Dari kejauhan terdengar suara kakaknya yang memanggil mengajaknya untuk pulang karena hari sudah menjelang sore.
Akhirnya Senja pun pamit kepada Faris, kemudian berdiri hendak meninggalkannya. Namun langkah nya terhenti saat Faris menarik tangannya kemudian meletakkan ponsel di tangannya.
"Tulis nomormu!"
"Buat apa?"
"Kalau nggak mau ya udah." Faris akan mengambil ponselnya dari tangan Senja. Namun saat tangannya hampir menyentuh ponsel miliknya Senja menjauhkan tanganya kemudian dengan cepat dia menyimpan nomor miliknya di ponsel Faris sambil cekikikan.
Senja memberikan ponsel itu ke pemiliknya, tanpa mengeceknya Faris segera menaruh ponsel itu ke dalam kantong jaket yang dipakainya.
Senja melakukan hal sama dengan Faris, sehingga sekarang Senja punya nomornya dan Faris juga demikian.
"Duluan ya, Kak," kata Senja sebelum akhirnya benar-benar pergi meninggalkan Faris.
"Iya," balas Faris.
***
Setelah sampai di tempat sang kakak, Senja malah mememperlihatkan wajah kesalnya kepada sang kakak. Hendi yang merasa heran dengan adiknya, mengernyitkan dahi. Seakan tau apa yang dipikirkan kakak nya Senja segera menarik tangan sang kakak untuk naik perahu.
"Kenapa tu muka?" Hendi memulai pembicaraan.
"Sebel sama, Kakak."
"Kenapa sebel?"
"Kakak nggak lihat apa tadi?" jawab Senja masih dengan wajah yang ditekuk, "Aku kan lagi asik ngobrol sama temanku, malah di ajak pulang," imbuhnya.
"Haha, teman apa teman?" Hendi malah asik menggoda adiknya.
"Temaaan, Kak." Senja menjawab dengan nada kesal.
"Haha, ini kan udah sore, De. Lain kali bisa main lagi." Hendi tertawa sambil menjelaskan alasannya mengajak pulang sang adik.
"Nyebelin."
"Masa?" kata Hendi masih ingin menggoda sang adik.
"Di dapur."
Hendi tertawa mendengar balasan sang adik, mengacak-acak rambutnya yang malah semakin membuat kesal adiknya. Setelah sampai tepi danau. Mereka segera menuju parkiran motor, mengenakan helm dan jaket kulit. Kemudian melaju beriringan dengan kecepatan sedang.
Karena tadi Senja mengajak kakaknya balapan lagi tapi ditolak dengan alasan rame bahaya katanya.
***
Sementara itu setelah sepeninggalan Senja, Faris pun juga memutuskan untuk pulang. Ketika sampai rumah dia segera masuk ke dalam kamar melepas jaket dan menaruh kunci motornya ke meja dekat dekat ranjang.
Kemudian memutuskan untuk mandi. Selesai mandi dia mengambil ponselnya dan membuka kontak dan mengetikkan nama Senja, namun tidak muncul nama itu dalam pencariaannya. Dia malah menemukan kontak dengan nama Bee dengan disertai emoticon berbentuk hati.
Faris tersenyum melihat nama itu. Kemudian dia mengirim pesan kepada nomor itu.
***
Sedangkan di kamar Senja.
Drett drett ... terdengar bunyi Ponsel miliknya yang dalam mode vibrate. Senja segera mengecek ponsel miliknya. Terlihat ada satu pesan masuk dari nomor dengan nama My Love yang baru kali ini dia lihat. Senja heran dengan nama itu namun dia tidak memperdulikannya karena dia sudah bisa menebak siapa pemilik nomor itu.
"Bee? dasar cewe aneh," Isi pesan itu.
"My Love?" Senja membalas pesan itu.
"Haha ...."
"Dasar gila."
"Siapa?"
"Lo."
"Yang tanya."
Sudah beberapa menit setelah dirinya mengirim pesan terakhir namun tidak ada balasan dari My Love.
Senja meletakkan ponselnya di atas meja kemudian keluar dari kamar dan turun ke ruang makan. Dia melihat sang kakak sedang memasak makanan untuk makan malam.
"Kenapa Kakak masak? Di mana bibi?"
"Di kamarnya, sengaja pengen masak sendiri."
"Oh. Kak bikinin suny side up satu!" pintanya kepada Hendi.
"Siap tuan putri."
Setelah selesai dengan acara memasaknya Hendi menghidangkan hasil masakannya di meja. Senja yang dari tadi duduk segera mengambil nasi, telur, dan sayur. Mereka lagi lagi makan berdua karena orang tua mereka baru pulang lusa.
"De?"
"Hmmm," menjawab dengan padat dan singkat.
"Jangan panggil kakak pakai sebutan lo ya."
"Kenapa?"
"Nggak suka dengarnya."
"Bukannya udah biasa ya?"
"Iya tapi kakak nggak suka."
"Iya deh Ka, eh kok permintaan kakak sama kaya dia sih."
"Dia siapa?"
"Kak Faris."
"Siapa?"
"Kak Faris."
"Iya Faris siapa?"
"Teman aku yang tadi."
"Oh ... berarti cocok."
"Apanya?"
"Kita." Kata Hendi sambil menaikkan turunkan alisnya.
"Haha ...aneh." Senja tertawa setelah mendengar jawaban sang kakak.
Setelah selesai makan malam kakak beradik itu memutuskan untuk bermain musik di ruang kusus yang terletak di antara kamar mereka. Senja mengambil Gitar dan memainkannya sedangkan Hendi asik dengan Pianonya.
Setelah lelah dengan permainan mereka. Keduanya memutuskan untuk ke kamar dan tidur.
.
.
.
Aku punya kakak cowok nggak seakrab kamu Senja. Bikin iri aku tahu.
Minta like sama komen aja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Lina Ami Fariz
aq punya kakak cowok yg nyebelin,adik cowok super duper nyebelin...hah...bikin awet muda tau ga sih..😂😂😂
2021-02-05
1
ayyona
sibuk ga jelas di hari rabu
aku sempetin datang bertamu
naroh jempol di novel Author tersayangku
😍😍😘😘
2020-09-23
1
W.Willyandarin
menarik kak
2020-09-05
1