KEMBALI : Kenangan Itu

🦋🦋TAP JEMPOL👍 KALIAN SEBELUM MEMBACA🦋🦋

"Jaga bicaramu! Bagaimanapun, perlakuan mama kepada kita, kamu tetap harus menghormati mama, ingat Ris! Mama yang melahirkan kamu," ucap Kakak Faris dengan nada menasihati.

"Serah ... gue males bahas dia." Faris pergi meninggalkan kakaknya dan bergegas ke kamarnya. Dia tidak mempedulikan kakaknya yang memanggil berulang-ulang.

***

Kakak Faris yang sudah sangat mengerti tentang adiknya hanya bisa sabar menghadapinya. Dia selalu mengatakan hal-hal yang baik tentang sosok mamanya kepada Faris. Dia tidak ingin Faris membenci mamanya yang telah merawatnya saat dia masih dalam kandungan.

Sebagai seorang kakak, dia selalu berusaha untuk membuat Faris selalu tersenyum dan bahagia. walaupun, untuk saat ini dia belum berhasil melakukannya. Dia sangat mengerti bagaimana perasaan Faris terhadap Ajjmire mamanya, yang tega meninggalkan dia dan Faris saat mereka masih kecil dulu.

Kakaknya Faris mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu.

Hari itu pada malam hari terdengar suara isak tangis Faris kecil, Faris yang baru berusia dua tahun harus kehilangan sosok mama, Karena mamanya tega meninggalkan ayah, kakak, dan dirinya.

"Huaaa ... huaaa ... Mamaaa," tangis Faris kecil yang berada di gendongan sang kakak.

"Mama, kakak mohon jangan pergi ... apa Mama sudah tidak menyayangi kami lagi?" Suara serak dari mulut Kakak Faris.

"Mama juga tega meninggalkan, papa? Ma, kakak mohon jangan pergi!" mohon Kakak Faris kepada Ajjmire.

"Jangan melarangku! Aku tidak peduli terhadap kalian lagi," ucap Ajjmire datar.

"Sayang, papa mohon jangan tinggalkan kami Ma ... kasihan anak-anak kita masih kecil ... mereka masih membutuhkan kasih sayang darimu." Sang suami memohon sambil menggenggam tangan istrinya dan berlutut.

"Keputusanku sudah bulat Pras ... tolong lepaskan tanganku." Ajjmire berusaha melepaskan tangannya dari genggaman suaminya, yang sebentar lagi akan menjadi mantan suami.

"Mama ... huaaa ... Mama." Faris menangis semakin menjadi dan menggeliat dari gendongan sang kakak. Namun kakaknya tidak melepaskan Faris dari gendongannya.

"Mama jangan pergi! Kakak minta maaf kalau kakak selama ini membuat Mama repot. Kakak janji tidak akan nakal lagi, kakak juga akan menjaga adik ... tapi tolong Mama jangan pergi, Ma!" mohon Kakak Faris lagi terhadap Ajjmire.

Sang ibu hanya diam tidak menanggapi anak-anaknya. Sekuat apa pun anak dan suaminya membujuk, dia tetap akan pergi. Dia menatap kedua putranya dengan segudang perasaan yang hanya dirinya dan Tuhan yang tahu. Perlahan tapi pasti setelah tangannya berhasil terlepas dari sang suami, dia mulai berjalan dengan cepat meninggalkan tiga orang yang menangis tersedu di belakangnya.

"Ajjmireee," teriak Prass yang merasa hancur ditinggal oleh sang istri, dirinya sudah kehilangan banyak tenaga untuk menghentikan istrinya, hingga dia jatuh pingsan karena tidak kuat lagi menahan sakit di hatinya akibat ditinggal oleh orang yang sangat dia cintai.

Melihat ayahnya pingsan Kakak Faris segera menurunkan Faris yang masih menangis dari gendongannya dan mendekati papanya. Dia berteriak kepada semua pelayan yang ada di sana untuk membawa papanya ke kamar.

Dia berjalan dan menggendong adiknya lagi dan menyusul para pelayan menuju kamar sang papa. Dia berusaha menghibur sang adik agar berhenti menangis, setelah adiknya berhenti menangis dan tertidur dalam gendongannya, dia menurunkan sang adik di ranjang bayi dalam box bayi yang berada dekat ranjang papanya.

Lima belas menit kemudian sang papa telah sadar dari pingsannya. Dia memeluk erat putranya dan berjanji akan merawat mereka berdua dengan tenaga dan kasih sayang yang dia punya. Dia akan berusaha sekuat tenaga membuat kedua putranya bahagia walaupun tanpa sosok ibu di sisi mereka.

"Maaf, kan, papa yang tidak bisa menahan mamamu, Nak ... Maafkan, papa." Suara yang terdengar penuh dengan kesedihan.

"Kenapa mama pergi, Pa?" tanya kakak, air matanya masih mengalir di kedua pipinya.

"Kamu tidak akan mengerti, Nak. Terpenting sekarang kamu harus bisa menjaga adikmu, berusahalah membuat adikmu bahagia ... karena selain dengan papa, adikmu hanya dekat dengan mamamu," ucap sang papa sambil mengelus bahu putra pertamanya itu.

"Aku berjanji, Pa. Akan menjaga adik dan memberikan kasih sayang penuh kepadanya," janji sang kakak.

"Baguslah, papa bangga kepadamu ... mulai sekarang berusahalah melupakan mamamu! Papa hanya tidak ingin kalian bersedih jika mengingat mama kalian," ucap sang ayah menenangkan putranya.

Walaupun, hatinya teramat sakit melihat kedua putranya harus hidup tanpa seorang mama. Dia berjanji akan fokus mengurus kedua putranya dan bersumpah tidak akan menikah lagi.

"Iya, Pa, kalau gitu sekarang Papa istirahat, ya!" Kakak menarik selimut dan menutupi tubuh lelaki itu sampai sebatas leher.

"Kamu juga istirahat, Nak!" perintah sang papa.

"Iya, Pa," jawab kakak singkat kemudian keluar dari kamar sang papa dan masuk ke kamarnya.

Pa, kakak janji akan menjaga adik dan Papa. Kasihan Faris dia pasti sangat sedih.

Ma, semoga Mama bahagia dengan keputusan Mama ... kakak sayang sama Mama. Kakak Faris bicara dalam hati. Terlihat butiran air mengalir dari matanya. Setelah lelah menangis dia pun tertidur.

Kakak Faris menghentikan ingatan tentang masa lalunya.

Faris berada dalam kamarnya, dia ingat perkataan kakaknya tadi, memang benar yang dikatakan sang kakak jika dia harus menghormati ibunya. Tapi rasa sakit akibat ditinggalkan dulu lebih besar dari rasa hormatnya kepada sang mama. Sayang? entahlah, dia tidak tau apakah dia menyayangi mamanya atau tidak.

Dia terlalu sibuk untuk memikirkan itu. Menurutnya sudah cukup kasih sayang yang diberikan kakak dan papanya.

Dia tidak lagi mengharap kasih sayang seorang ibu. Iri? Pasti rasa itu ada, ketika melihat teman-temannya yang kedua orangtuanya masih lengkap.

Pernah suatu saat, waktu itu Faris masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Saat liburan sekolah teman-temannya pergi berlibur dengan keluarga mereka masing-masing. Tentunya dengan kedua orangtua mereka.

Sedangkan Faris, dia hanya liburan dengan papa dan kakaknya.

Pernah juga waktu itu teman Faris mengatainya. Anak tidak punya ibu, Faris sangat marah tapi dia hanya bisa diam.

Benar kata temannya jika dia tidak punya ibu.

Mulai hari itu ketidak sukaan Faris terhadap ibunya semakin besar. Dia ingat waktu usianya baru 2 tahun ibunya dengan tanpa belas kasih pergi begitu saja.

"Aaaarrrggghhh...," teriaknya. "Gue benci ingatan ini, gue benci." Faris berteriak dan melemparkan semua barang yang ada di dekatnya.

Mendengar suara gaduh dari kamar putranya. Prass Hilton segera menuju kamar putranya.

"Faris ... kamu kenapa, Nak?" tanya nya, "Buka pintunya sayang!" imbuhnya.

Tidak ada sautan dari dalam sehingga membuat Prass panik. Terlihat putra pertamanya berlari menghampiri dirinya.

"Faris kenapa, Pa?" tanya Kakak.

"Entahlah, sepertinya dia dalam suasana hati yang buruk ... papa mendengar suara gaduh dari dalam kamar ... papa rasa itu suara dari barang-barang yang dibanting," jawab sang ayah semakin cemas.

Kakak segera berlari ke kamarnya. mengambil kunci duplikat kamar Faris kemudian membuka pintu kamar itu.

Sang Ayah langsung masuk sesaat setelah pintu terbuka. Betapa kagetnya mereka berdua saat mendapati kamar Faris telah berantakan ... barang-barang berserakan di lantai.

Dan mereka semakin panik saat mendapati Faris tidak sadarkan diri di lantai dekat ranjang.

Mereka berdua segera mengangkat Faris dan mebaringkannya di ranjang. Kemudian Prass segera menghubungi dokter pribadi keluarga mereka untuk segera datang ke rumah.

Tak lama, Dokter Dicky pun sampai di kediaman Prass. Dia telah disambut oleh Prass.

Prass segera mengajak Dokter Dicky ke kamar Faris. Dokter Dicky memeriksa keadaan Faris.

Setelah selesai dengan pemeriksaannya, Dokter Dicky segera memberitahukan kondisi Faris terhadap Prass dan Kakak Faris.

"Om tenang saja ... kondisi Faris baik-baik saja ... Faris hanya sedikit frustasi, dan banyak pikiran," kata Dokter Dicky yang membuat lega Prass dan Kakak Faris. "Biarkan Faris istirahat dulu, Om," imbuhnya.

"Baiklah ... terima kasih," ucap Prass.

Kakak Faris akhirnya mengajak Dokter Dicky yang merupakan temannya itu turun ke ruang tengah. Setelah menyuruh pelayan untuk membuatkan minuman dan membaca cemilan Kakak Faris mengajak Dokter Dicky untuk duduk.

"Dic, tadi Lo bilang kalau adik gue frustrasi karena banyak pikiran, maksud, Lo, apa?" tanya nya penasaran.

"Gimana ya jelasinnya ... pokoknya tu Faris banyak pikiran dan gue rasa pikiran itu tentang kenangan yang buruk, gue bilang gini karena kondisi kamarnya yang berantakan tadi" jelas Dicky kepada Kakak Faris sekaligus sahabatnya itu, "Nanti kalau Faris udah sadar, coba deh Lo tanya pelan-pelan sama dia," lanjutnya.

"Ok, ntar gue coba tanya sama dia," jawab Kakak. Keningnya sedikit berkerut, dia sedang berpikir, kira-kira apa yang dipikirkan adiknya itu yang bisa sampai membuatnya kehilangan kendali.

Kakak dan Dokter Dicky berbincang-bincang beberapa saat sebelum Dokter Dicky memutuskan untuk pulang.

Sesaat kemudian Dicky pamit kepada On Prass dan Kakak.

"Om, saya pamit pulang ... dan jangan lupa nanti obat yang daya kasih tolong diberikan kepada Faris, suruh dia minum setelah dia sadar, Om."

"Baiklah ... mari om antar kamu sampai depan." Prass ingin mengantar namun Dicky menolak.

Akhirnya putra pertamanyalah yang mengantar Dokter Dicky sampai depan. Dokter Dicky segera masuk ke dalam mobil milik nya, membunyikan klakson kemudian pergi meninggalkan kediaman kekuarga Hilton.

Setelah mobil sahabatnya yang tidak terlihat dari pandangan mata, Kakak Faris segera masuk ke dalam rumah menutup pintu kemudian berjalan ke kamar sang adik.

Sesampainya di kamar sang adik dia segera duduk di samping adiknya.

Dia menatap adiknya dengan pandangan iba.

"Nak, kira-kira apa yang dipikirkan Faris sehingga membuat dia semarah itu?" tanya Prass kepada putra pertamanya.

"Apa mungkin Faris memikirkan mama? soalnya tadi Faris ngelihat aku, saat aku memandang foto mama, Pa," jawabnya merasa bersalah.

"Jangan lagi mengingatkan Faris tentang Ajjmire, Nak. Kau tahu kan betapa tidak sukanya dia dengan mamanya," ucap sang ayah sambil tangan kanannya mengelus rambut Faris yang terlihat sudah sadar.

"Maaf, Pa, " katanya, kemudian berdiri mengambil air putih dan obat lalu di berikan kepada Faris supaya meminumnya.

***

Tidak ingin menganggu Faris, Prass pun pergi ke kamarnya. Tinggalah Faris dan dirinya berdua.

Faris sudah terlihat lebih tenang daripada tadi, Dia juga sedikit mengobrol dengan sang Kakak.

"Maafin abang, De," ucap sang kakak meminta maaf.

"Untuk apa?" tanya Faris.

"Abang tau kamu seperti ini gara-gara, abang."

"Lupain!"

"Lo, inget nggak, De? Dulu waktu Lo kecil saat papa berangkat kerja Lo selalu nangis karena nggak mau ditinggal sama papa ... waktu itu Lo selalu minta abang gendong dan mengejar, papa," katanya tersenyum mengingat masa kecil nya.

"Udah basi," jawab Faris tersenyum malu.

"Haha ...." Kakaknya tertawa.

"Kenapa ngetawain, gue?"

"Muka Lo lucu."

"Rese Lo, Bang," katanya "Gue udah gede, ganteng gini dibilang lucu." ucap Faris tidak terima dengan perkataan sang kakak.

"Meskipun udah gede juga, gue tetep anggep lo adik kecil gue," ledek sang kakak.

"Udah ah, pergi sana! Jangan ganggu!" Faris mendorong kakaknya agar keluar dari kamarnya.

"Haha .... jangan ngambek abang nggak punya permen."

"Berisik ...," jawab Faris sambil menutup pintu kamar setelah berhasil mendorong kakaknya keluar.

Melihat tingkah sang adik, dia hanya tersenyum. Dia bahagia karena akhirnya untuk pertama kalinya dia bisa ngobrol akrab dengan sang adik.

***

Kamar Prass Hilton

Prass merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Terlihat dia sangat sedih dari guratan di dahinya. Matanya terlihat berkaca-kaca,

Dia sudah dengan susah payah melupakan masa lalunya.

Tidak butuh waktu singkat untuk bisa melupakan semua itu.

Karena semakin dia berusaha untuk melupakan semakin dia malah teringat tentang semua kenangan itu.

Akhirnya dia bisa melupakan masa lalunya dengan cara dia menerima semua kenyataan itu.

Di usianya yang sudah kepala empat dia merasa gagal menjadi sosok seorang ayah.

Sekuat apapun dia memberikan kasih sayang layaknya seorang ibu kepada kedua putranya.

Namun dia tidak bisa benar-benar menggantikan kasih sayang seorang ibu.

Dia merasa bersalah kepada kedua putranya karena tidak bisa mempertahan kan istrinya untuk merawat mereka.

Dia tau kedua putranya sudah menerima hal itu, namun dia tidak bisa menyembunyikan perasaan bersalahnya kepada mereka berdua.

Kalau saja dulu dia bisa mempertahankan sang Istri pastilah kedua putranya hidup lebih bahagia dari sekarang.

Dia sudah cukup bahagia melihat kedua putranya tumbuh dengan sehat.

Dia bangga kepada kedua putranya karena bisa mengerti keadaan sang papa.

Namun, luka lama itu sedikit terbuka saat melihat kondisi Faris tadi. Dia hanya bisa berdoa semoga kedua bahagia hidup bahagia dan damai di masa depan dan tidak merasakan kehidupan yang pahit seperti dirinya.

Setelah merasa matanya sudah tidak sanggup untuk terbuka. Prass pun akhirnya tertidur dengan sejuta pikiran dalam benaknya.

.

.

.

Bersambung, terima kasih sudah membaca karyaku.

I love you, all

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Jarusnya cari aja pengganti,baru bisa cepat melupakan masa lalu..

2023-03-11

0

Sari Istiqomah

Sari Istiqomah

Assalamualaikum semangat berkarya thor

aku sudah boom like, mampir yuk keceritaku

Dia Untukku. Terimah Kasih.

2020-10-09

1

ayyona

ayyona

beli duren ke kota baru
novel keren di like dulu 😍😎

2020-09-22

1

lihat semua
Episodes
1 KEMBALI : Senja
2 KEMBALI : Taman
3 KEMBALI : Maaf dan Akrab
4 KEMBALI : Kenangan Itu
5 KEMBALI : Nomor HP
6 KEMBALI : Papa
7 KEMBALI : Dua Tahun Kemudian
8 KEMBALI : Awal Pembalasan
9 KEMBALI (Reflek)
10 KEMBALI (Sadar)
11 KEMBALI (Rizal dan Anggi)
12 KEMBALI (Hari Pertama)
13 KEMBALI (Permanen)
14 KEMBALI (Kenapa)
15 KEMBALI (Lo Sehat Kan)
16 KEMBALI (Gesrek Lo)
17 KEMBALI (OTW (Orang Tidak Waras))
18 KEMBALI (Perang Dunia)
19 KEMBALI (Pokemon)
20 KEMBALI (HP Kak Hendra)
21 KEMBALI (Kakak Cemburu?)
22 KEMBALI (But I Miss You)
23 KEMBALI (Mak Lampir)
24 KEMBALI (Masa Perkuliahan)
25 KEMBALI ( Memberi Kabar)
26 KEMBALI (Salah Paham)
27 KEMBALI (Tidak Berubah )
28 KEMBALI (Rival Gue )
29 KEMBALI (Undangan Pesta)
30 KEMBALI ( Jadi Pacar Herry)
31 KEMBALI (Jangan Membuat Malu )
32 KEMBALI ( Kamu Harus Mau )
33 KEMBALI ( Bukan Guling)
34 KEMBALI ( Cium Dulu )
35 KEMBALI ( Bohong )
36 KEMBALI ( Alarice Minta Maaf )
37 KEMBALI (Bunda)
38 KEMABLI (Jangan Pergi)
39 KEMBALI (Sayap Yang Patah)
40 KEMBALI (Kau Cahaya Hidupku)
41 KEMBALI ( Menua Bersamamu)
42 KEMBALI ( Awan Menangis )
43 KEMBALI ( Emang Dia Mau? )
44 KEMBALI ( Siapa Dia)
45 KEMBALI ( Reyhans Adyatama Renald )
46 KEMBALI ( Dua Hati )
47 KEMBALI ( Dosen Baru )
48 KEMBALI ( Aku Mau Bicara )
49 KEMBALI ( Dia Milliku )
50 KEMBALI ( Masa Lalumu )
51 KEMBALI ( Sayang )
52 KEMBALI ( Mau Apa )
53 KEMBALI ( Tidak Semudah Itu )
54 KEMBALI ( Apa Lagi? )
55 KEMBALI ( Cemburu Tak Tertahan )
56 KEMBALI ( Kenapa Harus Dia?)
57 KEMBALI : Bunda Baik Baik Saja
58 KEMBALI : Aku Yang Salah
59 KEMBALI : Tidak Akan Melawan
60 KEMBALI : Diam
61 KEMBALI : Gelisah
62 KEMBALI : Kita Bukan Teman
63 KEMBALI : Kakak Kelas Kamu
64 KEMBALI : End
65 PENGUMUMAN
66 PROMOSI
67 Promo : Jadi Istri Iparku
Episodes

Updated 67 Episodes

1
KEMBALI : Senja
2
KEMBALI : Taman
3
KEMBALI : Maaf dan Akrab
4
KEMBALI : Kenangan Itu
5
KEMBALI : Nomor HP
6
KEMBALI : Papa
7
KEMBALI : Dua Tahun Kemudian
8
KEMBALI : Awal Pembalasan
9
KEMBALI (Reflek)
10
KEMBALI (Sadar)
11
KEMBALI (Rizal dan Anggi)
12
KEMBALI (Hari Pertama)
13
KEMBALI (Permanen)
14
KEMBALI (Kenapa)
15
KEMBALI (Lo Sehat Kan)
16
KEMBALI (Gesrek Lo)
17
KEMBALI (OTW (Orang Tidak Waras))
18
KEMBALI (Perang Dunia)
19
KEMBALI (Pokemon)
20
KEMBALI (HP Kak Hendra)
21
KEMBALI (Kakak Cemburu?)
22
KEMBALI (But I Miss You)
23
KEMBALI (Mak Lampir)
24
KEMBALI (Masa Perkuliahan)
25
KEMBALI ( Memberi Kabar)
26
KEMBALI (Salah Paham)
27
KEMBALI (Tidak Berubah )
28
KEMBALI (Rival Gue )
29
KEMBALI (Undangan Pesta)
30
KEMBALI ( Jadi Pacar Herry)
31
KEMBALI (Jangan Membuat Malu )
32
KEMBALI ( Kamu Harus Mau )
33
KEMBALI ( Bukan Guling)
34
KEMBALI ( Cium Dulu )
35
KEMBALI ( Bohong )
36
KEMBALI ( Alarice Minta Maaf )
37
KEMBALI (Bunda)
38
KEMABLI (Jangan Pergi)
39
KEMBALI (Sayap Yang Patah)
40
KEMBALI (Kau Cahaya Hidupku)
41
KEMBALI ( Menua Bersamamu)
42
KEMBALI ( Awan Menangis )
43
KEMBALI ( Emang Dia Mau? )
44
KEMBALI ( Siapa Dia)
45
KEMBALI ( Reyhans Adyatama Renald )
46
KEMBALI ( Dua Hati )
47
KEMBALI ( Dosen Baru )
48
KEMBALI ( Aku Mau Bicara )
49
KEMBALI ( Dia Milliku )
50
KEMBALI ( Masa Lalumu )
51
KEMBALI ( Sayang )
52
KEMBALI ( Mau Apa )
53
KEMBALI ( Tidak Semudah Itu )
54
KEMBALI ( Apa Lagi? )
55
KEMBALI ( Cemburu Tak Tertahan )
56
KEMBALI ( Kenapa Harus Dia?)
57
KEMBALI : Bunda Baik Baik Saja
58
KEMBALI : Aku Yang Salah
59
KEMBALI : Tidak Akan Melawan
60
KEMBALI : Diam
61
KEMBALI : Gelisah
62
KEMBALI : Kita Bukan Teman
63
KEMBALI : Kakak Kelas Kamu
64
KEMBALI : End
65
PENGUMUMAN
66
PROMOSI
67
Promo : Jadi Istri Iparku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!