HAPPY READING
Dini berpikir, ‘Ini beneran bukan karakter Robby yang aku kenal. Robby jarang bersuara lirih seperti saat ini.’
“Din, gue sayang elo banget, serius gue sayang elo. Elo bisa rasain kan gimana sayang nya gue ke elo. Gue be-jat lo tau kan. Tapi sejak ama elo apa pernah gue ngeduain elo, apa pernah lo denger gue mabok dan maen perex (perempuan experimen) lagi?” Robby berupaya menyadarkan perubahan yang dia lakukan selama mereka terikat menjadi sepasang kekasih.
“Apa pernah gue berbuat lebih selain meluk dan cium pipi lo? Itu poin pertama dan utama pembicaraan kita. Lo harus tahu poin itu dulu. Gue enggak mau ngerusak ceweq yang gue sayang,” panjang banget ni prolognya Robby. Bikin Dini tambah ciut aja menunggu kelanjutan bicaranya.
“Gue enggak tau gimana ngomongnya ke elo,” lanjut Robby sambil tarik napas panjang dan terdiam lama. Membuat Dini jadi ketakutan sendiri.
‘Apa Robby mau bilang putus ya, karena dia harus tanggung jawab ada ceweq yang hamil atas ulahnya? Tapi tadi dia bilang sejak jadian kan dia enggak main perempuan lagi? Aduh ada apa sih?’ pikir Dini lagi.
“Gue cuma mau minta tolong, lo pacaran ya ama Harry,” desah Robby lirih.
‘Akhirnya keluar juga kata-kata keramat yang sejak semalam gue pikirin,’ kata Robby dalam hatinya. Sudah dua minggu Robby terbeban dengan persoalan ini. Buat orang lain mungkin dianggap sepele. Tapi Robby tak ingin dia menyesal sepanjang hidupnya bila ini tak dia lakukan. Bagaimana dia bisa hidup tenang bila ada yang harus mati karena dirinya?
“Ssttt..” desis Robby panjang sambil meletakkan jari telunjuknya di bibir Dini, Robby melihat Dini ingin memotong ucapannya. Robby melihat Dini ingin protes dengan permintaannya tadi.
“Jangan potong omongan gue, biar gue enggak salah ngomong. Biar gue enggak lupa poin penting yang harus gue jelasin,” lanjutnya lagi sambil terengah-engah seperti habis tanding basket. Namun masih sempat mengecup puncak kepala Dini.
“Dua minggu lalu Harry ngomong ke gue, minta ke gue, buat jadi pacar lo. Dia minta dengan sangat gue nyerahin lo ke dia. Gue speechless, dia ngancem gue, dia mau bunuh diri kalau gue enggak bilang ini ke elo,” Robby terdiam sesaat.
“Serius gue enggak bisa mikir. Di satu sisi gue sayang ama elo, di sisi lain ada orang yang ngemis-ngemis ke gue.” Robby menjeda kalimatnya.
“Please lo bantu gue dan dia. Lo jadi pacarnya sementara, sampe dia sembuh aja. Habis itu lo bisa putusin dia. Habis itu lo bisa balik ke gue, tapi kalau lo udah benci ama gue karena gue minta ini ke elo, gue terima. Yang penting gue enggak egois bikin orang bunuh diri,” cukup lama waktu yang dibutuhkan Robby untuk berani mengatakan permintaan Harry ke Dini.
Sstttt part ini kejadian sebenernya yang yanktie alami lho. Aneh kan ada teman yang minta kerelaan sahabatnya tersebut menyerahkan kekasihnya?
***
Tadi saat Robby bicara, diawal Dini menggebu mau motong kalimatnya. Tapi sekarang dia malah malas bicara. Dini enggak tau harus ngomong apa. Dia jijik, dia marah, dia terhina, semua campur aduk kaya gado-gado ulek yang super pedas.
“Makasih ya By, gue enggak tau harus bilang apa. Gue enggak tau harus jawab apa, lebih baik lo sekarang pulang deh, gue enggak bisa mikir apa pun” cetus Dini. Dia benar-benar merasa dihempaskan. Kalau Robby minta putus karena dia punya perempuan lain, Dini masih bisa menerima. Tapi ini?
“Lo marah?” tanya Robby.
“Gue engga tau gue marah atau enggak. Kalau pun gue marah, gue enggak tau marahnya ke elo atau ke Harry karena gue enggak bisa mikir. Jadi seperti yang gue bilang tadi, mendingan elo pulang dulu. Kalau kita sudah agak tenang nanti kita ngobrol lagi,” usir Dini pelan.
“Oke, gue balik ya” pamitnya.
Robby berdiri lalu memeluk Dini erat, kembali dia kecup puncak kepala Dini dan dia bisikan : “Gue minta maaf ya, yang pasti gue sayang banget ama elo.”
Dini tak bisa menjawab, saat ini dua sungai sudah terbentuk di pipinya. “Jangan nangis, gue sayang elo,” kata Robby lagi sambil menghapus air mata di pipi Dini dengan kedua ibu jarinya, lalu dikecupnya pipi Dini lembut seperti biasa dia lakukan. Terakhir dikecupnya dahi Dini sebagai ucapan pamitnya kali itu.
Dini memberanikan diri menantap manik mata Robby, dia melihat Robby mencoba menahan air matanya agar tak terjatuh. Dini tahu Robby tak berbohong. Lelaki itu juga berat menghadapi kisah aneh mereka ini.
FLASH BACK OFF
Itu alasan Dini jadian ama Harry, setelah dia dan Robby diskusi panjang ber kali-kali. Dini janji akan mensupport Harry untuk lepas dari ketergantungannya terhadap narkoba.
Sesudah itu dia akan putusin hubungan dengan Harry dan bila masih ada rasa sayang di antara mereka, mereka akan balikan. Dini tidak tau berapa lama waktu yang akan dia habiskan, karena itu selama dia bersama Harry dia membebaskan Robby menjalin hubungan dengan ceweq lain.
Itulah sebabnya Anto bingung kenapa ada rokok di tas Dini, karena dia tahu Robby tidak merokok, jarang minum sampai mabuk parah dan bukan pemakai narkoba.
“Koq enggak mau njawab?” desak Anto.
“Susah Maz nge jelasinnya, lagian sulit juga ngejabarinnya” jawab Dini ragu.
“Ya poinnya ajalah,” desak Anto. “Aku tau Harry bukan typemu,” desak Anto lagi, dia sangat penasaran Dini bisa jadian dengan Harry.
Dini membenarkan pendapat Anto.
‘Harry memang bukan typeku, dia enggak suka puisi, dia enggak bisa main satu pun alat musik, dia enggak satu agama denganku, dia pemabuk dan pengguna narkoba, dia enggak romantis, dia enggak lembut, dia enggak suka main catur, dia enggak suka mancing dan banyaaaaaak lagi sifatnya yang berbeda.’
‘Dan yang pasti dia enggak gentle, enggak pernah berani mengungkapkan apa yang dia mau secara langsung ke Dini, selalu lewat orang lain.’ pikir Dini
Anto melihat Dini masuk ke dalam rumahnya, saat keluar dia membawa gitar kakaknya. Dini sekali lagi menyuruh Anto meminum sirop yang sejak tadi tidak di sentuhnya.
“Janji jangan potong ceritaku dan jangan marah ya,” bujuk Dini sambil dia menyerahkan gitar itu ke tangan Anto.
“Enggak janji,” jawab Anto sambil menerima gitar dari tangan Dini, dan memetiknya pelan tanpa nada.
“Ya wis, Ade enggak mau cerita,” kilah Dini. Kosa kata Dini sering bercampur dengan kata-kata Jawa karena di rumahnya, semua wajib berbahasa Jawa dalam bahasa sehari-hari di dalam rumah. Maminya bilang agar mereka tidak lupa adat leluhur walau kelahiran Jakarta.
“Nyanyi aja biar enggak bete,” lanjut Dini.
“Enggak. Ayo cepat cerita dulu,” desak Anto.
“Maz enggak mau ikutin syaratku,” kata Dini malas dan mengulur waktu. Dia masih bingung bagaimana menceritakan semuanya ke Anto?
“Ya sudah, aku berupaya ikutin syaratmu,” jawabnya curang. Dia tidak berjanji, dia hanya akan berupaya. Itu artinya enggak akan semua syarat dia setujui. Dan Dini hafal kata-kata bersayap Anto itu.
======================================================================
Hallo semua. Semoga selalu sehat yaaaa
YANKTIE mengucapkan terima kasih kalian sudah mampir ke cerita sederhana ini. Ditunggu komen manisnya ya
Jangan lupa juga kasih LIKE, hadiah secangkir kopi atau setangkai mawar dan setiap hari Senin gunakan VOTE yang kalian dapat gratis dari noveltoon/mangatoon untuk diberikan ke novel ini ya
Salam manis dari Sedayu~Yogyakarta
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 196 Episodes
Comments
Devi Handayani
ya ampun thorrr..... sedih bgt dong kok bisa yaa... biasanya kan cowo bakal mempertahankan cewe yg dia suka mati matian.... kok ini malah direlakan😔🥺😥
2022-04-05
0
~🌹eveliniq🌹~
dah jd favorit aku
2022-03-03
1
Irma Kirana
semangat 💪😊
2022-02-21
1