Dini ikut kegiatan olahraga bola basket. Di belakang rumah maminya ada SMA yang tiap minggu lapangan basketnya bisa di gunakan oleh karang taruna di lingkungan sekolah itu berada.
Setelah pemanasan, semua mulai berlatih. Dini dan teman-teman putri dilatih oleh Harry, kebetulan Harry ketua team basket disitu. Buat Dini sosok Harry judes, galak, tidak peduli dengan siapa pun. Dan entah kenapa Harry hobby banget ngehukum Dini bila dia salah dikit aja, perlakuan itu tidak diberikan Harry pada teman-teman dari team putri lainnya.
‘What ever lah. EGP’ (emang gue pikirin), pikir Dini, dia kesini sekedar bersosialisasi koq, bukan cari musuh!
Sekarang giliran Dini nge shoot!
Peraturan tak tertulis adalah siapa pun yg nge shoot masuk, maka bola akan menjadi miliknya lagi untuk terus nge shoot sampai dia tidak bisa memasukkan bola ke jaring.
Kali ini hasil tembakan Dini tidak mengecewakan. Bola masuk dengan manis kedalam jaring. Dini menunggu bola dioper lagi kepadanya untuk dia kembali nge shoot. Tapi ternyata Anto mengambil bola itu dan men drible bola menjauh dari Dini.
Semua yang sedang latihan tentu melihat aksi itu.
“Nto, jangan mentang-mentang dia ceweq lu, lu ambil tu bola dong. Kan masih jatah dia nge shoot lagi!” protes Robby, cowoq Ambon nan manis dan katanya sih dia naksir Dini.
Tapi sayang Dini tidak peduli pada Robby karena saat itu idolanya hanya PRASETYANTO seorang cowoq kalem yang selalu ada di sisinya sejak mereka kenalan ketika kelas satu SMP.
“Dia ade gue!” jawab Anto kalem dan dilanjutkan nge shoot dengan santainya tanpa rasa bersalah. Anto berupaya menghilangkan kegugupan saat Robby secara tak disangka mengatakan hal itu.
Anto memang sangat menyukai gadis kecil yang beda jauh dengan teman-temannya. Karakter Dini sudah sangat melekat di hatinya sejak mereka berkenalan. Terserah orang mau bilang dia cinta monyet, yang dia tau, dia menyukai Dini sejak kelas satu SMP.
Buat Dini kalau saat itu ada petir, dia yakin gelegarnya tak akan sekeras kata-kata yang keluar dari mulut pujaannya itu.
‘Ternyataaaaaa … aku hanya dianggapnya sebagai adik saja olehnya. Enggak lebih!’ Dini menangis dalam hati. Andai bisa, dia ingin segera berlari dan sembunyi dibalik bantal untuk menyembunyikan wajahnya yang teramat marah bercampur sedih.
‘Aku teramat bodoh menganggap dia juga menyukai diriku, seperti aku yang menyukai dia. Attensinya padaku hanya attensi sebagia adik. Seperti attensinya pada Sari adik bungsunya,’ Dini menyesal selama ini dia salah duga.
Rasanya perih seperti jari teriris pisau lalu disiram alkohol. Itu yang di rasakan Dini saat itu. Dia bergegas menepi kepinggir lapangan. Duduk dipinggir lapangan dan minum air mineral yang dia bawa dari rumah. Tak ada air mata. Dia tak mau terlihat lemah oleh siapa pun. ‘Rahdini bukan ceweq cengeng!’
Harry memperhatikan kejadian itu dari sudut matanya, tidak bisa di tebak apa yang dia pikirkan. Bagi yang memperhatikan mimik Harry, akan melihat ada sedikit senyum kecil yang memperlihatkan kelegaan hatinya. Dia bersyukur, ternyata hubungan Anto dan Dini bukan seperti yang dia pikirkan. ‘Mereka hanya sekedar kakak adik saja.’
“Ayo jangan kelamaan istirahat, lanjut latihannya,” Harry menegur Dini ketus. Dini cepat bergegas menutup botol minumnya dan kembali ke lapangan.
Semua anak perempuan baris teratur untuk latihan passing, Dini pun bersiap menunggu gilirannya.
“Aduuuh!” teriak Dini saat terima bola yang dilontar Harry dengan sangat keras. Dini yakin untuk ukuran cowoq pun lontaran tersebut sangat keras. Dan jarinya keseleo karena terima bola dengan tidak benar.
‘Mimpi apa aku semalam?’ batin Dini.
‘Mengapa hari ini aku harus mendapat pengalaman pahit beruntun seperti ini?’
“Sakit banget?” tanya Robby manis sambil memegang tangan Dini. Dini hanya bisa mengangguk sambal menggigit bibir bawahnya menahan air mata agar tak jatuh. Robby membimbingnya ke luar lapangan. Diurutnya pelan jari tengah tangan kiri Dini yang terlihat sedikit membiru.
“Enggak usah lanjut latihan ya hari ini!” perintahnya.
‘Ya iyalah, siapa juga yang bisa main kalau tangan lagi sakit gini, aneh aja,’ gumam Dini dalam hati.
Sementara Anto hanya bisa menatap dari jauh gadis kecilnya mendapat pertolongan penggemarnya. Siapa pun di team basket itu tau Robby ada perhatian khusus buat Dini. Ada kilat cemburu di sudut mata Anto. Namun Anto tidak berani memperlihatkan dimuka umum.
“Lo kelewatan Bro. Kalau cari perhatian enggak gitu caranya,” Steve teman Harry sejak SMP membisikkan kata-kata itu di telinga Harry.
Harry terpaku melihat hasil perbuatannya. Dia hanya berniat cari perhatian Dini, gadis hitam manis itu sering menjadi bunga tidurnya. Dia sama sekali tidak ingin melukai bidadarinya itu. Bahkan sering saat dia making love dengan banyak perempuan bebas di luar sana, dia sering membayangkan melakukannya dengan Dini. Harry memang bad boy! Making love adalah perbuatan biasa baginya.
“Mau pulang duluan? Aku anter yok!” tetiba Anto sudah datang menawarkan diri pada Dini.
“Enggak usah, aku pulang bareng semua aja, yang sakit cuma jariku koq. Enggak ganggu kalau nunggu semua bubar. Aku paling suka session terakhir. Rugi kalau enggak nonton. Aku mau lihat Robby main,” Dini menjawab ketus ke Anto sambil senyum manis ke arah Robby.
‘Inget Din, kamu cuma dianggap adik, lebih baik kamu menjauh darinya,’ batin Dini memperingatkan dirinya sendiri agar tak lebih terluka.
FLASH BACK OF
Dini masih bingung dengan pernyataan sayang yang keluar dari mulut Anto barusan. Mengapa bisa beda dengan pernyataannya yang membuatnya terpuruk saat dia SMA dulu?
“Bukannya Maz dulu pernah bilang, aku ini hanya adikmu?” tanya Dini ragu.
“Aku malu saat itu,” jawab Anto lirih. “Besoknya dan hari-hari berikutnya kamu enggak pernah bisa aku temui. Kamu selalu menghindar, jadi aku enggak bisa njelasin,” lanjut Anto. Memang sehari sesudah itu Anto terus mencari Dini, tapi gadis kecilnya hilang tak pernah bisa dia temui. Andai sudah seperti saat ini, tinggal dihubungi lewat ponsel ya?
“Maaf Maz, waktu itu Ade’ sakit hati. Ade’ enggak nyangka Maz bakal menikamku seperti itu, Ade’ sangat hancur, Ade’ enggak siap,” kilah Dini. Dia sedih mengingat kejadian menyakitkan itu.
“Aku tau. Aku juga salah. Bicara soal sakit, apa kamu tahu sakitnya hatiku tiap kamu cerita tentang cowoq lain dan kamu minta izin padaku buat pacaran dengan mereka?” keluh Anto sedih.
‘Bukan hanya kamu yang terluka karena peristiwa itu. Imbasnya kamu hanya menganggapku kakak dan dengan santainya cerita tentang cowoq yang mendekati dirimu. Itu membuatku sangat-sangat terluka De,’ Anto hanya bisa mengatakan hal ini dalam batinnya saja.
“Ade’ enggak salah Maz,” debat Dini. Kadang dia menyebut dirinya ade, kadang dia menyebut dirinya aku kalau ke orang-orang terdekat. Dini memang tak pernah mau kalah berdebat dengan siapa pun.
Dan ini juga yang sangat disukai Anto. Berdebat dengan Dini harus punya logika yang tepat. Karena gadis ini berdebat dengan logika, bukan mengedepankan perasaannya.
“Apa Ade salah minta pertimbangan kakakku sendiri? Apa Ade salah minta pendapat kakakku sendiri? Ade hanya berpegang pernyataanmu, kalau Ade ini cuma adikmu, itu aja koq. Mana Ade tau kamu sakit hati.” nah kan, Dini selalu berpikir dengan logika. Dia tak marah dianggap adik lalu menjauh. Dia tetap manis disisi Anto sebagai adik, bukan sebagai perempuan yang menyukai Anto.
“Lagian kalau saat itu Maz sadar, kan Maz langsung bisa bilang saat itu, bahwa Maz enggak suka Ade pacaran dengan si A, si B atau si C karena Maz maunya Maz pacaran dengan Ade. Bukan Maz malah kasih pandangan dan penilaian tentang cowoq yang Ade tanya,” cerocosnya lagi, membuat Anto hanya bisa terpaku.
‘Harusnya aku tadi bawa lakban untuk membuat mulutnya terkunci!’ itu yang Anto pikir melihat mulut Dini malah nyerocos tak karuan.
Dini ingat sehabis tragedy di lapangan basket pagi itu, sepulang latihan dia langsung minta izin mami untuk nginep di rumah bapak di Cilandak.Alasannya ada kegiatan pagi di sekolah, biar gampang dia berangkat dari rumah bapak aja. Karena dia sekolah di daerah Bulungan, kawasan sekolah elite di Jakarta Selatan kala itu.
Untungnya maminya mengizinkan dan sorenya diantar papinya dia langsung berangkat dengan bawa ransel berisi seragam dan buku-buku untuk menginap selama satu minggu. Dia kembali ke rumah maminya hari Minggu sore di minggu berikutnya sehingga mbolos satu kali latihan basket sehabis tragedi minggu lalu.
=============================================================
Hallo semua. Semoga selalu sehat yaaaa
YANKTIE mengucapkan terima kasih kalian sudah mampir ke cerita sederhana ini. Ditunggu komen manisnya ya
Jangan lupa juga kasih LIKE, hadiah secangkir kopi atau setangkai mawar dan setiap hari Senin gunakan VOTE yang kalian dapat gratis dari noveltoon/mangatoon untuk diberikan ke novel ini ya
Salam manis dari Sedayu~Yogyakarta
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 196 Episodes
Comments
Devi Handayani
tempat tempat lokasinya sangat familiar buat aku... rawasari rawamangun pulomas.... jangan jangan smanya yg di depan itu yaa hheheeh.... metomininya juga aku tau dulu no brp jurusan apa....sayang metro udah jadi kenagan
2022-04-05
1
IG : @thatya0316
alon-alon ya yanktie
2022-02-21
1
SyaSyi
aku mampir lagi yanktie, aku krm bunga juga
2022-02-13
1