CINTA KECILNYA MAZ
Prolog
Jangan cari tokoh CEO kaya raya di cerita yanktie yang ini ya. Cerita kali ini setting cerita berawal di tahun 1995 an, agar nanti cerita anaknya bisa pas dengan keadaan sekarang. Kalau ibu bapaknya sudah pakai era sekarang, masa cerita anaknya nanti di masa akan datang. Kan halu banget. Jadi yang sabar ngikutin cerita jadul kali ini.
Jaman itu yang memiliki HP baru orang tertentu, namun hape jenis lama. Awalnya belum ada SMS apalagi WA dan VC. Biasanya untuk mengirim pesan digunakan PAGER atau penyeranta.
Tokohnya juga bukan pria gagah yang punya perut six pack, hanya pria hitam manis biasa, tokoh utama pemuda lurus yang enggak pernah neko-neko dan hanya cinta pada seorang gadis sejak dia SMP.
Tak pernah ada cinta lain dihati dan otak Prasetyanto dan gadis kecil yang dicinta Anto -panggilan sehari-hari Prasetyanto- juga bukan gadis putih manis dan tinggi. Dia hanya gadis hitam manis kecil yang sayangnya sangat smart.
Sejak kecil papa Anto sudah meninggal, dan sang mama bertahan tak menikah lagi. Sehari-hari bu Rahma menerima pesanan kue. Sebenarnya dia bisa saja tak perlu seperti itu, karena papa Anto memiliki usaha keluarga, sehingga setiap bulan dia mendapat bagian keuntungan dari perusahaan keluarga itu.
Tapi bu Rahma tak ingin dia dianggap hanya menumpang hidup oleh keluarga almarhum suaminya. Dia menunjukkan dia bisa mencari makan sekedarnya untuk ketiga putra dan putrinya.
Sejak kuliah Anto telah bekerja di sebuah bank asing, sehingga ketika dia lulus, langsung mendapat penyesuaian jabatan sesuai dengan ijazah yang dimilikinya.
Rahdini bukan seperti teman-temannya yang suka pergi ke disko. Dia lebih suka baca. Baca apa saja. Dari cerita silat Khoo Ping Ho yang bukunya kecil dan berjilid-jilid. Cerita detektive Agatha Christie. Cerita detektive anak-anak karya Enyd Blyton. Novel karya Eddy D iskandar, Marga T, Mira W sampai cerita Winnetou dan Old Shatterhand karya Karl May. Tapi tak lupa novel romantis kerajaan karya Barbara Cartland.
Saat teman-temannya pergi main, Dini -panggilan sehari-hari Rahdini- lebih suka bereksperimen dengan menu resep dan bercocok tanam. Walau begitu Dini bukan gadis culun yang kuper. Dia aktive di group PMR, basket, pramuka juga karate.
Keluarga Dini suka catur dan memancing. Dua kakak perempuan Dini juga menguasai dua bidang ini. Kedua kakaknya bisa main gitar sedang Dini tidak. Dini tak menguasai alat musik apa pun.
Sejak Dini berkenalan dengan mama Anto, perempuan cantik itu sangat menyayangi Dini. Anak kecil yang bisa dia ajak bicara tentang tanaman dan resep masakan. Putri sulungnya saja yang sudah SMA tak peduli dengan dapur. Jadi tak salah bila bu Rahma berharap suatu saat Dini bisa berjodoh dengan putra tunggalnya.
Anto memang putra satu-satunya. Karena kakaknya perempuan, dan adiknya pun perempuan. Anto dan kakaknya selisih tiga tahun. Sedang dengan adiknya selisih empat tahun.
Akankah harapan Anto dan mamanya terwujud? Sedang nasib berkata lain? Dini harus menikah dengan lelaki lain yang membuatnya hamil karena dia diperkosa?
“Kalau saja kejadian ini empat bulan lagi saat aku sudah lulus. Aku yang akan bertanggung jawab terhadap kehamilanmu Dek. Tapi bisa apa kau sekarang?”
“Kalau kita ketahuan menikah, aku bisa dikeluarkan dari sekolah. Dan kita mau makan apa dengan ijazah terakhir hanya ijazah SMP yang aku miliki?”
Anto sangat terpukul ketika tahu perempuan pujaan hatinya hamil. Tapi dia tak bisa menolongnya dengan bertanggung jawab menjadi ayah bayi itu.
Dini pun hanya bisa pasrah ketika harus menikah dengan lelaki yang jauh dari kriteria pria idamannya. Lelaki yang tak ada kemampuan apa pun yang sama dengan Dini sehingga bisa nyaman untuk bertukar cerita. Dan yang pasti lelaki itu juga bukan lelaki yang Dini cintai.
“Mbak, ada yang cari di depan,” suara mbak Yam asisten rumah tangga di rumahku sore ini. Mengganggu keasyikanku membaca novel.
Ya, aku hobby baca. Apa saja aku baca apalagi novel.
Namaku RAHDINI MUSTIKA WONOYUDO, teman-temanku memanggilku DINI. Aku anak bungsu dari tiga bersaudara perempuan semua. Saat ini aku masih kuliah semester dua di IKIP Jakarta jurusan Pendidikan Biologi.
Sekarang aku tinggal dengan ibu kandungku di Rawasari Selatan Jakarta Pusat agar dekat dengan kampusku di Rawamangun Jakarta Timur, sedang ayah kandungku tinggal di Cilandak, Jakarta Selatan.
Orang tuaku bercerai ketika usiaku 5 tahun dan sejak kecil aku ikut ayahku. Ketika kecil bila libur panjang aku akan menghabiskan waktu liburku di Rawasari. Namun sejak semester akhir SMP aku terpaksa pindah domisili ikut ibuku.
Hanya butuh sepuluh menit saja dari Rawasari ke Rawamangun menggunakan metromini.
“Aduuuuuuuuh, siapa sih Mbak yang ganggu aku baca?” malas-malasan Dini menyahuti mbak Yam.
“Aku lupa nanya namanya je,” mbak Yam jadi serba salah karena dia lupa bertanya siapa teman Dini yang datang sore ini.
“Ya wis suruh tunggu sebentar ya, tolong bikinkan sirop,” jawab Dini sambil bergegas bangkit dan ganti celana pendeknya dengan celana kain dibawah lutut. ‘Bisa di telan mami bila nemuin tamu pakai celana pendek,’ pikirnya.
“Njih Mbak,” sahut mbak Yam sambil berlalu untuk menyiapkan minum bagi tamu tuan putrinya.
Dini melihat di teras duduk cowok manis yang dulu sangat dia suka, tapi cowok itu juga yang membuatnya merasakan patah hati pertama kali. Bukan hanya dulu sih, sejujurnya sampai sekarang dia juga masih menyukai cowoq manis itu. Tapi dia juga cukup terluka olehnya.
“Hai, ‘pa khabar Maz? Ngimpi apa main kesini?” sapa Dini ramah tanpa dibuat-buat.
Wajah manis cowoq itu menatap Dini dalam. Namun tidak segera menjawab sapanya, seakan memastikan gadis kecil dihadapannya adalah benar gadis kecil miliknya. ‘Pantaskah aku menyebutnya dia gadisku?’
“Woi, kalau mau bengong enggak usah kesini,” akhirnya Dini mengeluarkan teguran berupa kata-kata ketus karena lelaki di depannya tetap diam tanpa kata. Untuk apa coba dia datang hanya diam terpaku?
“Enggak bisa ya sopan ama Maz nya? Enggak bisa ya lembut kalau bicara?” jawab Anto lirih. Laki-laki tinggi manis berwajah bulat panjang itu bernama PRASETYANTO SOEKARSO atau biasa di panggil Anto.
“Lho koq jadi Maz yang marah. Kalau sapaan awalku langsung dijawab, kan Ade juga enggak akan nyolot seperti itu,” debat Dini masih sengit. Dini keqi karena sudah lama tak datang, tetiba cowoq itu datang hanya mau ngajak ribut.
“Ya wis duduk dulu, enggak enak kan aku ngobrol kalau tuan rumahnya berdiri begitu?” jawab Anto berupaya sabar. Dia hafal sifat gadis kecilnya yang gampang marah.
“Permisi Mbak, ini minumnya,” mbak Yam menginterupsi perdebatan keduanya.
“Sip mbak Yam, matur nuwun ya,” kata Dini manis. “Silakan minum Maz, nanti Adek salah lagi kalau enggak ditawarin minumnya.”
“Makasih,” jawab Anto pendek. Anto bingung mau mulai bicara dari mana.
Mata hitam Anto masih lekat menatap wajah Dini yang tak pernah bosan dipandanginya. Ada amarah dan duka disana, entah mengapa. Dini tak sanggup menatap balik mata Anto, dia terus menundukkan kepalanya.
DINI POV
Aku selalu kalah bila bertatapan dengannya. Entah mengapa. Sejak SMP aku mengenalnya, dekat dengannya, terbuai dengan sikap manisnya. Namun di hempaskan dengan sikap naifnya. Sejak SMP aku memanggilnya MAZ, bukan mas seperti pada laki-laki lain pada umumnya yang lebih tua dariku.
Padahal dia lebih muda dariku. Walau selisih usia kami hanya hampir dua bulan. Tapi aku lebih dulu lahir. Namun karena pembawaannya yang dewasa, sikapnya yang super ngemong padaku, maka aku memanggilnya maz.
“Jadi Maz ada maksud apa ke rumahku?” aku bertanya lirih walau masih tetap menunduk.
“Apa sekarang harus ada alasan tertentu untuk dapat menemuimu?” lelaki itu menjawab pertanyaanku dengan sedikit ketus. Aku bingung mengapa dia berlaku seperti ini? Kemana sikap ramah yang biasa dia berikan padaku?
“Ya engga gitu juga Maz, kan Maz sendiri yang sudah jarang datang. Jadi jangan salahin Ade kalau berasumsi Maz ada keperluan,” kilahku hati-hati dan masih tetap lirih. Aku sungguh takut dengan mimiknya kali ini.
DINI END POV
***
Dini masih serba salah melihat Anto yang bicara ketus dan mimik wajahnya keruh. ‘Tahu gitu tadi aku minta mbak Yam bilang aku enggak ada dirumah aja deh.’ pikir Dini. Kalau mau dijutekin gini, ngapain juga nerima tamu?
“Sejak kapan kamu merokok?” tanya Anto setengah menuduh setelah agak lama hening.
“Maz enggak salah bicara kan? Ade’ enggak ngerokok. Jangan asal nuduh seperti itu. Ade enggak suka!” jawab Dini mulai keras dan ketus dia merasa sangat terluka dengan tuduhan pujaan hatinya itu.
‘Harus berapa kali lagi lelaki ini melukaiku? Belum puaskah satu setengah tahun lalu dia menikamku dengan pedang panjangnya? Bahkan sampai saat ini luka itu belum tertutup,’ Dini kembali teringat luka yang pernah Anto berikan ketika dia masih SMA.
“Maz lihat sendiri De’ kemarin kamu di pacuan nonton latihan track kan? Di tas mu ada rokok,” balas Anto dengan sedikit marah tapi tak diumbar marahnya sehingga hanya desis lirih suara yang keluar dari bibirnya.
‘Dia ada di arena? Kenapa kemarin aku enggak lihat? Kenapa dia enggak nyamperin dan menyapaku? Kenapa, kenapa,’ dan banyak tanya ‘kenapa’ dibatin Dini. Ada banyak tanya dibenaknya saat ini.
Kemarin memang sepulang Dini kuliah Harry menjemputnya dan mereka langsung ke Pulo Mas untuk menemani Harry latihan balap motor. Dini baru ingat kemarin dia pakai tas dari jaring eceng gondok sehingga apa isi tasnya pasti akan terlihat oleh siapa pun.
“Itu rokoknya Harry, pas dia mau turun latihan, dia titip ke Ade’, jadi Ade masukin tas Ade aja,” jawab Dini jujur. Karena memang itulah kenyataannya.
“Hem …,” gumam Anto. Dia perhatikan manik mata Dini seakan tak percaya. Namun tak terlihat dusta di mata bening gadis kecilnya.
“Kalau Maz enggak percaya, tanya aja ke Harry. Penjelasanku kan enggak akan Maz hiraukan,” lanjut Dini putus asa. Lelaki yang sangat dia puja ternyata sudah tak percaya lagi padanya.
“Kamu kenapa koq jadian ama dia?” tanya Anto seakan tak percaya kalau first love nya punya kekasih selain dirinya.
Jedaaaaar!!!
Buat Dini bila saat ini ada suara petir sepertinya akan kalah mengangetkan dari pertanyaan Anto barusan.
‘Kenapa pula pertanyaan ini dia cetuskan? Bukankah aku sudah memberitahu sejarah perjalanan jadian kami,’ batin Dini.
Seribu kalimat sepertinya tersumbat tidak bisa keluar dari mulutnya. Dia bingung harus cerita apa ke pujaan hatinya yang jelas-jelas pernah menolaknya ketika dia SMA dulu.
“Apa salahnya Maz? ‘Kan sejak awal semua selalu Ade laporin ke Maz,” jawabnya lirih, Dini tak tau Anto dengar atau tidak jawabannya barusan.
“SALAH!” jawab Anto cepat, lugas dan jelas walau tidak keras.
“Bahkan SANGAT SALAH,” lanjutnya lagi dengan penekanan di kata sangat salah barusan.
Dini hanya bisa terpaku. ‘Apa sih maksud kedatangan Anto? Datang marah- marah enggak jelas, bikin bete aja,’ pikirnya.
“Kenapa salah Maz?” Dini mempertanyakannya karena butuh ketegasan. Tentu saja Anto hafal sifat tak mau kalau dari gadis kecilnya ini.
“Karena aku sayang kamu!” tegas Anto pasti.
‘What?’
‘Kerasukan setan apa nih cowoq? Kenapa bertolak belakang dengan statement nya yang bikin aku patah hati dulu? Aku enggak salah denger kan? Tuhan jangan bikin aku jatuh pingsan saat ini,’ doa Dini saat ini.
FLASH BACK ON
Seperti biasa setiap hari Minggu pagi, ada kegiatan olah raga di tempat Dini tinggal. Dia ikut kegiatan karang taruna di lingkungan barunya. Ini memang lingkungan baru buatnya, karena dia baru menetap di situ sejak semester akhir kelas tiga SMP, sebelumnya dia tinggal di Cilandak dengan ayahnya.
\=======================================================================
Terima kasih sudah membaca cerita ini, mohon tinggalkan like, vote dan komen membangunnya. Dan yanktie juga menunggu hadiah setangkai mawar atau secangkir kopi, bintang lima serta**vote**nya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 196 Episodes
Comments
buk e irul
jadi lho aku mampir e... maaf author e cowok po cewek ya 🌹🌹🌹
2022-03-24
1
IG : @thatya0316
jadi serasa flashback ke masa dulu... semangat yanktie...🌹 buat karyanya
2022-02-21
1
pensi
semangat kaa
2022-02-20
1