Pagi harinya Vanya di bangunkan oleh Ibunya untuk pergi ke sekolah. Saat itu Sarah melihat sudut bibir Vanya terlihat agak memar.
"Ini kenapa? " Sarah memegang bibir Vanya yang memar, dan pada saat itu badan Vanya terasa sangat panas.
Namun Vanya hanya diam, dia bangun dari tempat tidur dan mengambil handuk. Dia berniat untuk pergi ke kamar mandi.
Vanya berjalan tertatih seolah-olah tubuhnya terasa sangat lemah sekali.
"Hei, kalau orang bicara seharusnya Kau jaw .... " Perkataan Sarah terhenti ketika melihat Vanya terjatuh dengan lemas di lantai.
Sarah dengan santai mendekati anaknya.
"Hei, bangun. Tidak usah pura-pura. " Sarah membangunkan anaknya dengan menggunakan kaki.
"Hei, " Sarah terus saja mengulangi hal yang sama, namun Vanya tidak menjawabnya sama sekali.
Sarah pun segera memegang kening Vanya dan pada saat itu, kening Vanya terasa sangat panas.
"Vanya,"
"Bangun Vanya. " Sarah berusaha membangunkan Vanya.
"Vanya."
Tapi tidak ada jawaban dari Vanya.
"Kau tidak boleh mati,"
"Hei, kau tidak boleh mati. Ayahmu bisa marah besar kepada Ibu. " Sarah dengan cepat menggendong Vanya dan membawa Vanya ke rumah sakit. Ternyata Vanya di anjurkan oleh dokter untuk di rawat di rumah sakit selama beberapa hari.
Sarah dengan cemas menghubungi wali kelas Vanya.
"Hallo Buk Ema. Hari ini Vanya tidak masuk ke sekolah karena dia sedang di rawat di rumah sakit. " Sarah memberitahu wali kelas Vanya.
"Iik iya Buk. " Hanya itu yang keluar dari mulut Buk Ema.
Entah kenapa Buk Ema langsung memiliki rasa bersalah kepada Vanya.
"Terima kasih ya Buk. Telfonnya saya tutup karena saya ingin menghubungi Ayahnya. "
"Iya, Ibunya Vanya. " Tiba-tiba telfon itu sudah di tutup begitu saja.
"Apakah itu semua gara-gara pembicaraan kemaren ya? Apakah dia frustasi dengan kata-kata yang cukup kasar kemaren?" Bu Ema berbicara di dalam hatinya.
Ternyata saat menelfon tadi, Buk Yaya mendengar semua percakapan Sarah dengan Bu Ema.
Saat itu Bu Yaya terasa cukup cemas.
"Jadi Bu Ema, Vanya itu di rawat di rumah sakit? " Bu Yaya berusaha memastikan kepada Bu Ema.
"Iya, seperti yang Bu Yaya dengar." Bu Ema menjawab dengan sedikit cemas.
"Apakah Vanya frustasi dengan kata-kata kasar kemaren? " Bu Yaya berbicara di dalam hatinya.
"Ah, ini tidak mungkin. " Bu Yaya berusaha menyakinkan dirinya sendiri.
Sedangkan di rumah sakit, Sarah begitu cemas dengan kondisi Vanya kerena dia sangat takut di marahi oleh suaminya.
"Apa yang harus aku lakukan? Apakah Vanya akan menceritakan ini semua kepada Mas Salim? " Sarah berbicara di dalam hatinya, dia terlihat sangat gelisa.
Tiba-tiba ponsel Sarah berbunyi. Panggilan itu berasal dari suaminya.
"Aduh, gimana ini? " Dengan terpaksa Sarah mengangkat panggilan telfon dari suaminya.
"Hallo Mas. " Sarah berusaha berbasa basi.
"Aku mendapat kabar dari seseorang bahwa Vanya di larikan ke rumah sakit. Bagaimana kondisi Vanya? " Suara Salim terdengar sangat cemas.
"Dia sedang di rawat dirumah sakit Mas."
" Dia akan di rawat di rumah sakit selama beberapa hari. " Sarah berusaha menjelaskan dengan tenang.
"Semoga Vanya tidak bilang kepada Ayahnya atas apa yang telah terjadi. " Sarah berbicara di dalam hatinya.
"Sarah, sarah? Apa kau masih di sana? " Salim berusaha memastikan istri keduanya itu.
"Iya Mas. " Sarah hanya menjawab dua kata.
"Aku akan pulang hari ini. Aku ingin melihat kondisi anakku. "
"Satu hal lagi, aku merasa ada yang janggal. Apa yang terjadi kepadanya selama beberapa hari ini? Kenapa dia harus di rawat di rumah sakit? " Salim bertanya kepada Istrinya.
"Waduh, aku harus jawab apa ni. " Sarah kembali berbicara di dalam hati.
"Apa kau memukulnya atau menyiksanya? " Salim menebak semuanya dengan benar.
Pada saat itu Sarah hanya terdiam dengan pertanyaan Salim.
"Sarah? Apa kau melakukan sesuatu kepada Vanya? "
"Apa kau menyiksanya? " Salim kembali bertanya kepada Istrinya.
Bersambung...
Jangan lupa like dan tolong berikan masukannya ya tentang novel ini.
Serta tolong bantu vote juga ya. Terima kasih .
#Salamdariautor
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments