Di bully sepupu dan teman-teman

Pada pagi hari, Vanya di siram oleh Ibunya dengan menggunakan air.

"Ei, bangun. " Sarah membesarkan bola matanya kepada Vanya.

"Kau enak-enak tidur ya. Sekarang Kau bersiap-siaplah untuk pergi ke sekolah. " Sarah menyuruh anaknya untuk pergi ke sekolah.

Namun sepertinya Vanya tidak ingin pergi ke sekolah.

"Vanya tidak ingin pergi ke sekolah Ibu. " Vanya dengan lemas mengatakan kata-kata itu.

Gadis mungil itu terlihat pucat.

"Apa kau bilang? " Sarah langsung mengambil air dengan gayung dan menyiram Vanya berkali-kali.

"Kau masih tidak mengerti ya. "

"Dasar, anak tidak tau diri. Anak pembawa sial. " Sarah mengatakan kata-kata kasar itu kepada Vanya.

"Ibu, ini sangat dingin. " Vanya mengeluh sambil menangis kembali.

"Dingin sekali Ibu. " Vanya terisak-isak menangis.

"Kalau begitu, pergi ke sekolah. " Sarah melemparkan gayung yang hampir mengenai kepala Vanya.

Sarah keluar dari kamar mandi itu dengan membanting pintu.

"Ibu benar-benar menyiksaku. " Air mata Vanya terus saja mengalir. Ia membuka baju, menyiram badannya dan menyabuni badannya secara perlahan.

Hampir seluruh badan Vanya luka-luka dan membiru.

Setelah selesai mandi, Vanya memakai seragamnya. Vanya pun mendekati Ibunya dan berniat untuk meminta uang.

"Apa lagi? " Sarah berteriak kepada Vanya.

"Vanya minta uang jajan Bu. " Vanya yang kaget menjawab pertanyaan Ibunya.

"Kau duduk dan makanlah. " Sarah tiba-tiba menyuruh Vanya untuk makan.

Vanya dengan wajah takut terus saja memperhatikan wajah Ibunya.

"Apakah Ibu benar-benar menyuruhku untuk makan? " Vanya bertanya-tanya di dalam hatinya.

"Kenapa kau masih berdiri di sana?" Sarah kembali meneriaki Vanya.

"Duduk dan makanlah. " Suara Sarah semakin mengeras.

Vanya duduk dan mulai mengambil makanan. Tangan mungilnya gemetar dan air matanya bergelinangan dimatanya karena tidak sanggup menahan tangisnya.

Vanya pun menyendok nasi goreng dengan hati yang terasa hancur.

"Vanya, kamu harus makan banyak-banyak. Kamu tidak boleh sakit. " Vanya berbicara di dalam hatinya.

dia berusaha untuk menguatkan dirinya.

Setelah makan, Vanya mendekati Ibunya.

"Ibu, " Vanya memanggil Ibunya.

Sarah menatap Vanya dengan tatapan tajam. Dia pun kemudian melemparkan uang jajan ke wajah Vanya.

"Uang jajanmu minggu ini akan di potong. " Sarah berdiri dan menyambut saudara Vanya yang bernama Aldi.

Sedangkan Vanya memungut uang yang diberikan oleh Ibunya di lantai.

"Aldi, Sayang. " Sarah mendekati anaknya.

Aldi ini merupakan saudara kedua Vanya. Vanya memiliki Ayah yang berbeda dengan Aldi.

"Sayang, ini jajanmu ya Nak. Ibu melebihi jajanmu. Rajin-rajin di sekolah ya Sayang. " Sarah mencium kening Aldi.

Saat melihat itu, hati Vanya beribu hancur.

Ibu lebih menyayangi Bang Aldi dari pada aku. Apakah aku seburuk itu di mata Ibu?

Air mata Vanya sudah mengalir ke pipinya.

Tiba-tiba saudara pertama Vanya yang bernama Dendri datang. Dia juga berbeda Ayah dengan Vanya. Saat ini Dendri tidak lagi bersekolah, dia di DO di sekolah karena terbukti menggunakan Narkoba.

"Ibu, aku minta uang. " Dendri meminta uang kepada Sarah.

Sarah dengan segera memberi Dendri sejumlah uang.

Dia mengambil uang di dalam kantongnya.

Saat itu Dendri melihat ke arah Vanya.

"Apa kau liat-liat? " Dendri membesarkan bola matanya menatap Vanya.

Air mata Vanya terus saja mengalir dan dia pun menundukkan wajahnya agar tidak melihat dendri.

Kemudian Vanya pun berpamitan kepada Ibunya untuk pergi ke sekolah.

"Aku pergi ke sekolah Ibu. " Dengan hati hancur, Vanya berpamitan kepada Ibunya. Namun Ibunya tidak menjawab pamitan Vanya.

Sarah acuh tak acuh dan kemudian ia duduk untuk melanjutkan kegiatannya membaca sebuah majalah.

....

Setibanya di sekolah, Vanya datang terlambat. Vanya pun di hukum oleh Bu Guru untuk berdiri selama satu jam pelajaran.

Pada waktu itu, satu jam pelajaran adalah 35 menit.

Ketika istirahat, Vanya berjalan sendirian membawa makanan yang baru saja dia beli. Vanya berniat untuk memakan makanan itu di sebuah pondok.

Tiba-tiba Vanya di senggol oleh seseorang. Vanya terjatuh dan makanan itu juga ikut terjatuh.

"Eh, kalau jalan liat-liat dong. " Prima menatap jijik ke arah Vanya.

"Kau menjatuhkan makananku Prima. " Vanya berbicara pelan.

"Apa? aku tidak mendengarmu. " Prima pura-pura tidak mendengar.

Dia berdiri dengan kedua tangan di bawah dadanya.

"Kau bicara apa? bisakah bicara lebih keras lagi. " Prima seolah-olah mengejek Vanya.

"Kau menjatuhkan makananku Prima. " Vanya menaikan volume suaranya, hal itu membuat nafas Vanya agak sesak.

"Oh, makananmu jatuh. Ya udah bersihin gih. " Prima pergi begitu saja meninggalkan Vanya.

"Kau benar-benar manusia yang tidak mempunyai hati nurani Prima. " Vanya secara perlahan membersihkan makanannya yang terjatuh.

Ternyata Prima berjalan ke arah teman-teman sekelas Vanya.

"Kau tau tidak, Vanya itu mencuri HP Gameku." Prima mempromosikan hal itu kepada teman-teman sekelas Vanya.

"Benarkah? " Salah satu teman Vanya menanggapi.

"Aku tidak menyangka, ternyata Vanya seperti itu ya. Dia seorang pencuri. " Salah satu di antara mereka menunjuk ke arah Vanya.

"Iya, aku benar-benar tidak menyangka. "

"Wajahnya begitu polos, tapi ternyata dia adalah seorang pencuri. "

Mereka pun mendekati Vanya yang sedang melamun. Saat itu Vanya menatap makanannya yang telah terjatuh.

Aku makan apa lagi ya? Aku tidak mempunyai uang lagi untuk membeli makanan.

Vanya dengan sedih menatap makanan yang telah ia pungut.

"Hai Vanya, apa yang kau lakukan? " Prima menegur Vanya.

Vanya menatap Prima.

"Apa yang Kau tatap? apa Kau ingin mencuri HP Gameku lagi? " Prima memutar-mutar HP Gamenya.

"Ih, dasar Vanya pencuri. "

"Iya, aku tidak menyangka kalau Vanya seorang pencuri. "

Beberapa orang di antara mereka mengomentari Vanya.

"Iya, dasar Vanya pencuri. Kau tidak tau malu ya Vanya? seharusnya kau tidak usah pergi ke sekolah. Berenti sekolah saja. Kalau aku jadi dirimu, aku akan bunuh diri saja. " Prima merangkai kata sambil tertawa sinis.

"Dasar anak pelakor, anak tidak tau diri, jelek, miskin dan bodoh. " Prima mulai mengucapkan kata-kata kasar.

Kemudian Prima kembali mendorong Vanya.

"Kau minta maaf sambil bersyujud ya kepadaku." Prima beserta teman-teman lainnya tertawa.

"Haha, sepertinya dia bersyujud kepadamu. "

"Iya, dia bersyujud kepadamu Prima. "

"Haha. Dasar Vanya bodoh. "

Beberapa di antara mereka mulai menghina Vanya.

Hati Vanya sangat mengutuk perbuatan Prima.

Kau benar-benar gadis kejam Prima, kau jahat.

Vanya mengempalkan kedua tangannya.

"Hei anak pelakor, berdirilah. Aku sudah memaafkanmu. " Prima menyuruh Vanya untuk berdiri.

Vanya dengan cepat berdiri dan mendorong Prima.

"Ah, sakit. " Prima mengeluh dan di bantu oleh teman-temannya.

"Kau benar-benar keterlaluan Prima. "

"Kau dengar Prima, aku tidak mencuri HP Gamemu. HP Gamemu tertinggal di dalam laci, jadi aku membawakan HP itu ke rumah dan Aku berniat mengantarkan HP itu ke rumahmu. Tapi aku penasaran dengan HP itu karena kau tidak mengizinkanku untuk meminjam HP itu meskipun sebentar. Kau benar-benar sepupu yang kejam. " Vanya benar-benar emosi saat itu.

"Gara-gara kau, aku di hukum oleh Ibuku. " Vanya memperlihatkan luka-lukanya kepada Prima.

"Kau benar-benar sepupu yang jahat dan tidak punya hati nurani. " Vanya mulai memaki Prima.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!