Malam harinya , makan malam akan segera di mulai. Semuanya di minta untuk datang ke meja makan untuk makan malam. Charlotte yang baru keluar dari mension belakang , tak sengaja berpapasan dengan seorang pria kecil yang menggemaskan.
Kiranya ia berumur 5 tahun , dengan pipi chubby dan penampilan sangat menggemaskan. Charlotte berlari untuk mengimbangi langkah anak kecil itu lalu menyapanya.
''Hay.....'' Sapa Charlotte sambil berdiri di depan anak itu agar ia berhenti berjalan.
''Hay juga , bisa tolong minggir.'' Ujar Anak itu dengan ekspresi datar dan itu semakin membuat Charlotte ingin mencubitnya.
''Ya ampun , anak siapa sih ini? Comel sekali , Muach.....'' Charlotte tanpa izin mencium pipi anak itu hingga membuatnya tersentak. Biasanya ia tidak akan membiarkan siapapun menciumnya tapi , gadis didepannya ini sangat kurang ajar.
''Ekhem!! Tyaga.'' Panggil seseorang dari arah pintu depan , mereka berdua menengok ke samping. Charlotte hanya tersenyum menatap pria yang kini menatapnya dengan ekspresi yang tak bisa di artikan.
''Apa namamu Tyaga , nama yang bagus. Sampai ketemu nanti...'' Ujar Charlotte lalu mendahului menuju meja makan.
Pria yang memanggil tadi itu adalah Gilbert , pria yang di cium paksa oleh Charlotte saat mabuk. Gadis itu sama sekali tidak ingat dan Olivia juga tidak menceritakan kejadian malam itu.
''Iya papa.'' Sahut Tyaga menghampiri Gilbert.
''Jangan terlalu dekat dengan gadis tadi , ia adalah gadis gila. Kau paham!'' Ujar Gilbert tegas , Tyaga hanya mengangguk lalu mengikuti papanya di belakang menuju meja makan.
Pasangan baru menikah itu datang paling belakang dari yang lainnya. Semuanya menatap kedua sejoli itu yang baru saja menginjakan kakinya di ruang makan. Wajah Olivia terus tersenyum meski hatinya sedang terbakar amarah.
Ia harus tidur di dalam kamar mandi karna ia tidak di izinkan tidur di kamar Christian. Tidak hanya sampai di situ penderitaannya , saat ia sedang terlelap di bathtub , tiba-tiba saja air shower hidup dan itu membasahi badan Olivia. Wajah Olivia saat itu menjadi merah padam saat melihat shower itu tidak hidup sendirinya , melainkan di hidupkan oleh Christian.
Mereka duduk berdampingan , di sebelah Olivia sudah ada Charlotte yang duduk santai. Semuanya sudah berkumpul dan kini siap menyantap makan malam mereka. Kebiasaan disana , jika sudah tersedia makanan maka mereka tidak akan bicara sampai selesai makan.
Beberapa menit kemudian , makan malam telah selesai. Chalondra yang pertama mengenalkan keluarganya pada Olivia dan Charlotte.
''Olivia , Charlotte , perkenalkan ini suamiku Jasper. Ini Tyaga , dan kalian pasti sudah bertemu dengan Gilbert.'' Chalondra memperkenalkan semuanya dengan senyum yang terukir indah di wajahnya.
''Wihhh , akan ada yang siap tempur ni nanti malam.'' Goda suami Chalondra pada adik iparnya. Chalondra hanya menyenggol sambil terkikik.
''Semangat adik ipar.'' Ucap Jasper lagi , pria itu terus tersenyum aneh pada kedua gadis yang kini ada di hadapannya.
''Siapa yang akan tempur?'' Celetuk Charlotte tanpa sadar , dirinya benar-benar bingung apa yang di bicarakan Jasper.
''Oliva dan Christian tentunya.......'' Jawab Chalondra sambil menggoda adiknya yang masih menatap ponsel tidak peduli.
''Astaga , jangan Olivia!" Semuanya seperti bingung apa yang Charlotte maksud , Olivia sudah menebak pasti yang dipikirkan oleh Charlotte akan berbeda dengan maksud Chalondra.
''Kenapa?'' Tanya nenek dan Chalondra bersamaan.
''Itu sangat bahaya , bagaimana kalau diantara kalian ada yang tersakiti? Kalau biasanya di tv orang yang bertempur itu pasti karna mereka musuhan , sedangkan Olivia kan baru nikah masa udah musuhan. Terus mau bertempur lagi , bahaya kan kak?'' Ujar Charlotte dengan serius , yang lain mendengarnya hanya tertawa kecuali , Gilbert , Christian , Olivia dan Tyaga. Olivia hanya menggeleng kepala karna kepolosan sahabatnya satu ini.
''Kenapa? Apa aku salah?'' Tanya Charlotte lagi.
''Tidak salah , hanya saja yang mereka maksud itu sangat berbeda.'' Ujar Olivia perlahan ingin mejelaskan.
''Tapi apa ada bertempur dengan maksud lain?'' Tanyanya lagi , otaknya sama sekali tidak bisa memikirkan maksud lain bertempur itu.
''Sudahlah , intinya bukan bertempur yang kamu maksud. Jangan dipikirkan , anggap saja kamu tidak mendengarnya.'' Ucap Olivia agar Charlotte tidak bertanya lagi , kalau sampai ia bertanya maka tidak akan habis satu malam untuk menjelaskan.
''Apa temanmu tidak pernah mendengar kata itu? Atau memang dia baru keluar dari goa?'' Tanya Chalondra berbisik , Olivia hanya tersenyum.
''Lebih tepatnya ia baru keluar dari rumah yang selalu menjaganya ketat. Ia tidak mengerti akan hal seperti itu , jadi biarkan saja.'' Ujar Olivia yang memang tidak ingin merusak kepolosan sahabatnya.
Semuanya kembali berbicara satu dengan yang lainnya. Charlotte kembali berbisik pada Olivia.
''Aku akan memberitahu ibu bahwa kita sudah pindah , bagaimana?'' Tanya Charlotte yang membuat Olivia membulatkan matanya.
''Jangan , nanti saja aku yang akan memberi tahu. Untuk sekarang jangan beritahu dulu okey?'' Cegah Olivia dengan tersenyum agar Charlotte tidak curiga. Pasalnya , keluarga Charlotte sedang ada masalah jadi , jika mereka tau kalau Olivia sudah menikah maka Charlotte sudah dipastikan akan pulang kerumahnya dan tidak akan dapat keluar.
''Bukankan itu termasuk berbohong?'' Tanya Charlotte memastikan.
''Tidak , hanya saja menunda pemberitahuan. Kalau berbohong itu , saat orang tuamu sudah bertanya dan kamu mengatakan tidak pindah. Itu baru namanya bohong.'' Jelas Olivia , Charlotte hanya mengangguk saja.
Tyaga yang lewat disana langsung menyahuti ucapan Olivia.
''Itu juga termasuk berbohong.'' Celetuk Tyaga sambil berlalu pergi dari sana. Olivia hanya menatap kesal anak itu , Charlotte tidak menghiraukan dan mengikuti pria kecil itu dari belakang menuju mension belakang.
Nenek sudah masuk kedalam kamarnya jadi , semuanya bisa pergi ke kamar masing-masing atau ingin berbicara , itu bebas. Christian sudah duluan menuju kamarnya setelah nenek beranjak pergi.
Olivia hendak membantu membersihkan meja makan tapi dilarang oleh Chalondra dan memintanya masuk kedalam kamar. Mau tidak mau , Olivia harus masuk kedalam kamar pengantin yang lebih seperti neraka.
Meski mereka menikah tapi mereka seperti orang asing yang tinggal di satu atap. Olivia melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar , matanya tertuju pada pria yang sudah tertidur di atas kasur big size nya.
''Aku tidak menyangka kalau aku akan menikah dengan cara seperti ini. Apa pernikahan ini adil? Ibu , ayah , apa aku bisa ikut kalian pergi? Kenyataan ini sangat berat untukku terima.'' Gumam Olivia sambil menyeka air matanya yang hampir jatuh. Olivia berjalan menuju closet room dan tidur di lantai.
Christian membuka matanya , ia mendengar gumaman yang Olivia ucapkan.
''Tunggu sampai dia datang , maka kamu akan aku lepaskan untuk selamanya.'' Ujar Christian lalu membalik badannya dan tertidur.
Keesokan paginya , Olivia sudah terbangun dan sedang berada di dapur untuk membantu pelayan memasak sarapan. Tak lama berada di dapur , nenek menghampiri Olivia dengan senyum yang tak pernah usai dari wajahnya.
Wanita paruh baya itu masih terlihat segar dan sangat elegan. Beliau sangat menjaga kesehatannya dan membuatnya tampak sangat sehat.
''Nak oliv , bangunin Christian sana. Biasanya nenek yang akan menjadi alarm untuknya , karna sekarang sudah punya istri jadi kamu saja yang bangunkan dia.'' Ujar Sang nenek sambil memegang bahu Olivia.
Gadis itu terpaksa mengangguk lalu pergi menuju kamarnya. Benar kata nenek bahwa Christian masih terlelap dalam tidurnya. Olivia yang baru beberapa langkah ingin menghampiri Christian , tiba-tiba saja ia berhenti saat ide bagus terbesit dalam pikirannya.
Gadis itu melangkah menuju gelas yang berisi air di nakas sebelah tempat tidur. Tangannya dengan tegas mengambilnya dan membuka tutupnya. Senyum devil terukir begitu saja. Tangannya mengayun ke arah wajah Christian dan.......
Byurrrrrrr..........
Christian langsung terbangun dari tidurnya dan terduduk dengan masih mengumpulkan nyawanya. Olivia dengan segenap tenaga menahan tawanya saat melihat wajah panik Christian.
''Kenapa kamu menyiram ku?!!!" Bentak Christian dengan wajah merah padam.
"Aku melakukan itu karna aku kira kamu itu tadi pingsan. Aku terus mengguncang lenganmu tapi kamu sama sekali tidak meresponnya. Aku takut dan dengan segera menyiram mu agar tersadar." Jawab Olivia dengan wajah menunduk agar tidak mencurigakan.
"Benarkah?" Gumam Christian lalu meringsut turun dari kasurnya , pria itu seperti ikut bingung dan linglung. Ia menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Olivia tertawa terbahak-bahak setelah sampai diluar kamar. Ia sangat senang bisa membalas perbuatan Christian padanya kemarin. Setelah puas tertawa bahkan hingga membuat matanya berair , gadis itu kembali menuju kamar dan duduk di closet room.
**Bersambung.......
...****************...
...Terima kasih sudah membaca 😘**...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments